SQUABBLE - 1

392 84 41
                                    

Ruangan ini sekita mejadi panas mencekam. Penonton hening sejenak, kemudian bertepuk tangan ketika jagoannya berhasil melontarkan kalimat simpel, namun mampu membuat lawannya tidak berkutik. Dia Dhefin Atteza, cowok pintar yang berasal dari kelas XI IPA 1. Sayangnya, dia tidak peduli dengan kalimatnya yang singkat namun terkadang menyakitkan.

"Anda jangan menganggap kelas akhir itu kelas buangan, siapa tahu di luar akademik siswa itu sendiri mempunyai prestasi yang membanggakan," jawab lawannya, Adara. Cewek yang duduk di kelas XI IPA 4. Walaupun tidak berada d kelas unggulan, Adara bukanlah siswi yang bodoh atau pemalas.

Penonton yang mendukungnya pun bersorak riuh tidak kalah lantang dengan sorakan penonton sebelumya.

"Itukan masih siapa tahu, belum pasti. Kenyatannya prestasi selalu didapat oleh kelas unggulan," jawab cowok bertubuh tegap itu dengan santai, namun mampu membuat lawannya panas.

"Anda jangan berpikir gitu dong. Saya berprestasi juga kok diluar akademik, contohnya saya bisa memenangkan lomba catwalk, terus saya juga bis----"

"Yang dipermasalahkan sekarangkan siswa yang lain juga, bukan anda saja. Dan saya juga ga peduli dengan prestasi anda."

Cewek itu langsung berdiri dan memukul meja yang berada di depannya.

"TERUS MENTANG-MENTANG LO ADA DI KELAS UNGGULAN, LO BISA MERENDAHIN KELAS AKHIR ITU!!! ASAL LO TAU YA, ORANG PINTAR ITU PENUH KEBOHONGAN, HIDUPNYA KAKU, KAYA LO!!YANG GA PERNAH NGERTI DENGAN PERASAAN ORANG!!!"

Cewek itu langsung pergi meninggalkan aula dengan langkah kasar. Pendukungnya melihat kepergiannya dengan bengong, sedangkan yang berada dipihak cowok bertepuk tangan, karena cowok itulah yang memenangkan debat yang bertema 'Pengaruh Pengelompokan Kelas Berdasarkan Kemampuan Akademik Siswa.'
.....

"Dar, lo kenapa pergi sih? Jangan emosi gitu dong, ntar kelas kita dikira ga sportif lagi."

Athila yang sudah bersahabatan dengan Adara sejak masuk SMA langsung mengejar Adara.

"Apa ga emosi sih La?! Dia udah ngerendahin kelas kita, ya gue ga bisa terima lah," jawab Adara dengan amarah yang masih meluap.

"Tapikan lo ga harus ninggalin debat dengan sepihak gitu dong Dar, itu sama aja lo ngebiarin kelas kita direndahin."

"Iya iyaa, tapi gue tetap ga bisa terima," jawab Adara nyolot.

"Yaudah terserah lo. Tapi cakep juga ya tu cowo," ucap Athila sambil tersenyum membayangkan wajah cowok yang memenangkan debat.

"Sakit lo ya? Cowok begituan lo bilang cakep? HAHAAA cowok belagu kaya dia ga pantes buat dipuji, yang ada makin songong tu cowok."

"Udahla Ra," sontak mereka berdua menoleh kearah suara, "Dara udah hebat kok udah mau memperjuangkan kelas kita, emang tu cowok aja yang keterlaluan," sambung Galih menenangkan.

"Lo nyindir ato apani? Jangan bullshit deh," ucap Adara dengan sinis.

"Iih engga, gue serius tau. Lo tu udah keren banget tadi, suer deh," jawab Galih dengan serius.

"Okeh. Thanks Gal."

"Okay."

....

"Eh eh itu kak Dhef."

"Kak Dhef hebat banget."

"Ihh Kak Dhef keren banget, bikin aku makin cinta deh."

SQUABBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang