Pagi ini langit terlihat tidak bersahabat. Beberapa menit lagi mungkin langit akan menumpahkan semua perasaannya.
Adara berdiri di balkon kamarnya yang langsung menghadap kearah kamar Daffa. Daffa adalah teman sepermainan Adara dari mereka berusia dua tahun. Tidak heran jika mereka terlihat akrab. Sayangnya, mereka tidak pernah satu sekolah. Alasannya karena mereka tidak ingin berjumpa lagi di lingkungan sekolah.
"Bosen gue liat muka lo."
"Terus lo kira gue ga bosen gitu jumpa lo tiap detik.''
Mungkin begitulah percakapan mereka saat ditanya orang tua mereka tentang alasan kenapa tidak mau satu sekolah.
Karena merasa bosan, Adara memanggil Daffa, berharap ia sudah terbangun dari tidur paginya.
"Dappaaa! Udah bangun belum?" teriak Adara dari balkon kamarnya.
"Halloo ada orang disana???"
"Dappaaaa yuhuuuu!!"
"Berisik!" jawab seseorang dari seberang sana.
"Idihh abang Dappa kenapa? Lagi pms ya?!" Adara semakin menambahkan volume suara melengkingnya, membuat orang diseberang sana menutup telinga.
Seketika pintu balkon Daffa terbuka, Daffa keluar dengan muka bantalnya sambil mengusap-usap pipinya.
"Dar jangan berisik dulu, di dalem ada sepupu gue, ga denger ya lo diteriakin sama dia?"
"Eh itu sepupu lo? Gue kira tadi lo yang teriak, hehe. Maap deh ya."
"Oke gpp, gue mau lanjut tidur dulu ya," pamit Daffa.
"Oke deh."
.....
"Berisik banget sih tetangga lo."
"Biasalah, namanya juga cewe," jawab Daffa berniat melanjutkan tidurnya. Tapi tertahan karena sepupunya membuka suara lagi.
"Kalau itu tetangga gue, mungkin udah gue musnahin."
"Itu mah lo, bukan gue. Lo kan ga punya perasaan," jawabnya enteng.
"Anjir lo!"
"Udah ah, gue mau tidur, ganggu aja lo."
Daffa kembali melanjutkan tidurnya. Ia tidak perduli jika sepupunya memanggilnya lagi atau bahkan mengoceh sendiri.
....
08.30 AM.
Hujan sudah mulai turun setetes demi setetes. Adara sudah tidak sabar untuk menunggunya. Dibawah, ia sudah siap dengan peralatan perangnya.
Hujan sudah mulai menurunkan semua isi hatinya. Dalam hitungan ketiga, Adara siap meluncur ke lapangan.
1
2
3
"Mulaii!!"
Adara sudah mulai memantulkan bola orennya ke lapangan dan bersiap-siap untuk memasukkannya kedalam ring. Adara memang sangat suka dengan dunia basket, apalagi bermain saat hujan seperti ini.
"Yeaayy masuk!!!" sorak Adara gembira saat ia memasukkan bola ke dalam ring.
Sudah berturut-turut bola Adara masukkan, tapi ia tidak ada merasa lelah sedikit pun. Saat ia ingin memasukkan bola ke dalam ring, matanya tidak sengaja melihat kearah mobil hitam di depan gerbang rumahnya.
Merasa diperhatikan, orang tersebut menutup kaca mobilnya dan melaju pergi. Adara tidak bisa melihat jelas wajah orang itu, karena hujan yang sangat deras menyulitkannya untuk melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SQUABBLE
Teen FictionApa benar perasaan bisa datang ketika kita selalu bersama? Adara belum mempercayainya, meskipun ungkapan itu kini datang dikehidupannya. Sampai sekarang Adara masih menunggu sosok dingin itu, walaupun cowok yang belum pernah menyatakan perasaan kep...