SINAR lampu putih yang tidak begitu terang menjadi penerangan restoran bermenu utama Pancake itu. Lima orang dengan penampilan rapi selayaknya menghadiri sebuah acara resmi duduk mengelilingi sebuah meja putih memanjang yang cukup untuk ditempati oleh enam orang. Di hadapan mereka terhidang makanan jenis Steak dan Pasta yang mereka pesan masing-masing. Ada kesamaan di kelima piring tersebut, tak ada satu pun garnish yang menghiasi hidangan mereka. Ini demi seorang cowok berblazer hitam malam ini yang akan menjadi pusat perhatian banyak orang di acara yang segera mereka hadiri beberapa saat lagi. Sebuah film bergenre remaja yang cowok itu bintangi akan dipertontonkan pertama kalinya di hadapan publik. Dan sebelum semua itu dimulai mereka berlima menikmati makan malam mereka masing-masing di resto yang hanya berjarak beberapa meter lokasi bioskop tempat premiere film itu dilakukan.
"Kak Jovan!" Sebuah panggilan dari luar resto yang memang konsepnya terbuka tanpa penghalang kaca, sehingga mempermudah orang yang berada di luar resto melihat keadaan di dalam. Keberadaan Jovan di sana ternyata dengan cepat bisa menarik perhatian siapa pun yang melewati resto itu. Terutama cewek-cewek berumur belasan yang memang menjadikan sosok Jovan sebagai idola mereka.
"Kak Jovan. Nengok dong!" Panggilan pertama tadi nampak tak berhasil membuat Jovan menengok sehingga si pemanggil tadi harus melakukannya untuk kedua kali.
Dan berhasil! Jovan memalingkan wajahnya ketika dia yakin bahwa ada seseorang yang memanggil namanya. Jovan tersenyum ramah dan melambaikan tangan kepada si pemanggil tadi yang ternyata adalah salah satu dari lima cewek yang sepertinya masih SMP. Lima cewek tersebut teriak histeris ketika melihat Jovan meladeni panggilan mereka. Tanpa ada aba-aba dari siapapun mereka berlima langsung berlari dengan cepat masuk ke dalam resto menghampiri Jovan. Tak ada yang bisa melawannya, fans-fans Jovan yang sudah siap dengan ponsel berkamera masing-masing kini sudah berada di sekeliling Jovan dan menodongnya untuk berfoto dan meminta tanda tangan.
"Kak Jovan, Kak Jovan, aku belum foto sama Kakak," ucap salah satu dari lima cewek itu yang belum mendapat giliran berfoto dengan Jovan
"Iya. Iya sabar ya. Gantian satu-satu," ujar Jovan lembut. Dia berdiri lalu merangkul fansnya seraya tersenyum ke kamera.
Serbuan fans Jovan tak terbendung. Setelah lima cewek tadi ada satu kelompok cewek yang seumuran mereka menyusul datang dan sukses membuat Jovan menghentikan makan malamnya. Andre dengan sigma mengatur gerombolan cewek-cewek itu agar tertib. Walaupun usahanya tentu gagal. Dia tidak mungkin berbuat kasar kepada mereka. Pihak restoran pun kewalahan. Termasuk tiga orang perempuan yang tadi satu meja dengan Jovan, harus rela membawa piring dan gelas mereka pindah ke meja lain karena meja mereka sudah tidak menjadi tempat yang nyaman untuk makan karena kedatangan gerombolan fans Jovan itu.
"Jo, kayaknya lo udah harus masuk. Nina barusan nelepon, waktunya lo wawancara sama pers." Andre memberitahu Jovan sesaat setelah dia menerima telepon dari seseorang. "Adik-adik semua, kita keluar dulu ya. Fotonya di luar, kasian yang pada lagi makan keganggu. Kalian bakal dapet foto Jovan satu-satu tapi nggak lama ya. Dan yang tertib!" Andre mencoba memberi pengertian pada fans-fans Jovan. Kali ini peringatan yang Andre lakukan lebih keras dari sebelumnya. "Tante, nanti langsung ketemu di dalam ya. Kita masuk duluan." Andre meminta izin kepada Mama Jovan.
"Oke." Mama Jovan mengangguk.
Kezya buru-buru menghampiri Jovan sebelum Jovan pergi. Dia rapikan kerah kemeja Jovan yang berantakan dan lengkap dengan blazernya. "Sekarang udah ganteng." Kezya tersenyum.
"Danke, Schatzi," balas Jovan seraya mengusap lembut pipi Kezya.
"Jam tangan kamu ke mana?" tanya Kezya ketika dia melihat ujung pergelangan tangan Jovan tidak ada lilitan jam tangan hadiah ulang tahun dari papanya tidak Jovan kenakan malam itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH 2
Teen FictionMenjadi pacar Jovan Meier ternyata membuat PR hidup Kezya semakin bertambah. Bertahan untuk tidak merasa tersakiti ternyata lebih sulit kebanding dia harus menyelesaikan setumpuk soal Bahasa Jerman. Memutuskan untuk menjadi pacar Jovan berarti harus...