PROLOG

241 18 9
                                    


COWOK berseragam SMA itu menggerakkan pulpennya dengan cepat di atas buku tulisnya. Jalanan yang sedikit tersendat di depannya membuat dia lebih leluasa untuk menulis lebih rapih menyelesaikan PR ekonomi yang belum sempat dikerjakannya semalam karena dia baru sampai di rumah jam dua dini hari setelah menyelesaikan syuting empat adegan sebuah FTV yang dia bintangi. Lingkaran hitam samar-samar terlihat di kedua lingkar matanya yang indah menjadi bukti jelas bahwa dia belum mendapat tidur yang cukup semalam.

Seorang cewek yang mengenakan seragam dengan badge sekolah yang sama seperti cowok tadi juga asik dengan gunting dan kertas-kertas di tangannya. Sesekali dia menempelkan kertas-kertas yang telah diguntingnya ke atas salah satu halaman scrapbook yang ada di pangkuannya. Scrapbook itu adalah hasil buatannya sendiri. Dia satukan kertas-kertas HVS warna-warni menjadi satu buku yang dia jilid dengan hardcover. Dia bubuhkan beberapa hiasan gambar karyanya sendiri di bagian sampul scrapbook itu. Dan di antara hiasan-hiasan tersebut dia selipkan namanya dan juga nama cowok kesayangannya yang hari ini memaksa dia untuk berangkat sekolah bersama, KEZYA & JOVAN. Setelah memastikan tiket bioskop yang baru ditempelnya sudah merekat rapih dia tersenyum puas memandangi hasil karyanya di halaman itu. Dia tutup buku berwarna biru itu lalu dia serahkan kepada cowok di sebelahnya yang masih sibuk dengan PR-nya yang tak kunjung selesai.

"Jangan aku terus dong yang isi buku ini. kamu juga ikutan," ucap Kezya dengan nada memohon.

"Nggak ah, kamu aja, Schatzi. Buat ngerjain PR aja aku nggak punya waktu. Lagi pula ngapain sih bikin scrapbook begitu segala? Kurang kerjaan," komentar cowok bermata hazel green itu.

"Ih, ini kan biar kita bisa inget setiap kejadian dan momen-momen yang kita lewatin sama-sama. Kan romantis, Jo," Kezya merajuk.

"Oke, Schatzi. Aku isi nanti ya," ujar Jovan disertai dengan helaan napas panjang. Dia ambil scrapbook yang disodorkan oleh Kezya lalu dia letakkan scrapbook itu di atas ransel yang ada di sampingnya. "Sekarang mendingan kamu bantuin aku ngerjain soal ini. Aku nggak masuk waktu Bu Rina ngajarin rumus ini." Jovan menyodorkan buku cetak pelajaran ekonominya kepada Kezya dan menunjukkan jarinya di atas soal nomor sepuluh.

Kezya memandangi wajah polos Jovan sesaat sebelum dia terima buku yang Jovan serahkan. "Ngerjain PR itu di rumah, bukan di jalan ke sekolah, Jo," gerutunya sembari mulai membaca soal yang Jovan tanyakan tadi.

"Kamu tahu semalam aku baru pulang jam dua," ujar Jovan membela diri.

"Kalau gitu kurangin syutingnya."

"Kalau aku minta kamu kurangin waktu ngegambar gimana? Kamu mau?"

Kezya diam sejenak. Rumus yang sudah dia ingat tadi buyar mendengar kata-kata Jovan. Seketika dia sadar ada yang keliru dalam ucapannya barusan.

CRUSH 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang