Enjoy with this chapter
--
Berjuang?
🌚🌚🌚🌚
Hari minggu itu identik dengan rasa malas, begitupun juga dengan Achel. Untuk hari ini, ia sangat-teramat malas untuk melakukan sesuatu yang berat. Yang ia lakukan hanya bermain ponsel, makan, tidur, bangun, tidur lagi. Begitu seterusnya.
Achel menghela napas, lama-lama ia merasa bosan jika didalam kamar terus. Ia mengubah posisinya menjadi duduk, ngapain ya yang enak? Jalan-jalan? Nonton?
"ACHEL! SINI TURUN! ADA LAURENT!" Achel memejamkan mata saat mendengar teriakan Bunda nya yang kelewat cempreng.
"SURUH 'KEKAMAR AKU AJA BUNDA!" Achel juga membalas dengan teriakan.
"GUE KASIH WAKTU LIMABELAS MENIT UNTUK LO SIAP-SIAP! GUE MAU NGAJAK LO JALAN."
Achel tersenyum, itu suara teriakan Laurent. Dengan cepat, Achel mengganti pakaian nya menguncir rambut nya dan memasukkan benda-benda lain ke dalam tas kecil milik gadis itu.
Setelah ia rasa semua nya siap, barulah ia keluar dari kamar menuruni setiap anak tangga. Diruang tamu, terlihat jika Laurent sedang berbicara dengan Bunda nya.
"Ayok! Gue udah siap, nih!" ucap nya semangat.
Laurent dan Bunda nya menoleh, "Kita pergi ya, Bunda." ucap Laurent
Audy tersenyum hangat, mengusap kepala Achel dan Laurent pelan. "Hati-hati, bawa mobil nya jangan ngebut, Rent." pesan Bunda nya.
"Eh, Ayah sama Abang kemana, Bun?" tanya Achel
"Pergi mancing ikan 'katanya." Achel mengangguk-ngangguk paham.
Mereka berdua-Achel dan Laurent pergi setelah berpamitan kepada Audy. Berpapasan dengan itu, Ayah dan Abang nya selesai memancing. Abang nya sibuk membawa ember yang berisi ikan-ikan hasil pancingan mereka sedangkan ayah nya membawa alat pancing.
"Ayah! Achel pergi ya!" pamit nya
Aris tersenyum tipis, mengangguk lalu melanjutkan langkah nya memasuki rumah. Achel beralih kepada Abang kesayangan nya.
"Mau apa lo?!" tanya Dito sengit
Achel berdecak sebal, mencubit pipi Dito dengan gemas. "Bang Dito nggak boleh terlalu sering marah-marah! Nanti cepet tua! Nggak akan ada yang mau sama lo nanti, mau jadi jomblo seumur hidup emang?"
Dito mendengus, "Sono pergi! Nggak usah sok manis, jijik gue liat nya."
Achel menekuk bibirnya, merasa sebal akan respon Dito yang kelewat dingin dan cuek. Ini yang ia tidak suka dari Abang nya. Walaupun tampan tetapi sifatnya yang dingin dan cuek bikin Achel kesal dan gemas sendiri. Kayak cogan-cogan di novel gitu, deh. Dingin-dingin gemesin. Haha!
Dito terkekeh pelan, "Jangan sok cemberut makin jelek lo. Udah sana pergi, nggak usah balik lagi kalau perlu." ucapnya lalu tersenyum manis.
Achel terdiam beberapa saat, Dito-atau lebih tepat nya-Anindityo Putra Alexis. Abang nya yang lebih tua tiga tahun darinya itu, sama sekali-ralat. Ia jarang sekali tersenyum seperti itu, kecuali jika Abang nya bersama dengan Bunda. Baru, Dito akan bersikap baik, tidak ada kata-kata dingin yang ia lontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verletzt
Ficção Adolescente"Lo dan gue nggak akan pernah menjadi 'kita." Tentang bagaimana rasanya menyembunyikan perasaan terhadap orang yang dicinta.