Baru saja Alif pulang sekolah, rasa lelah masih menempel pada dirinya. Dia yang tidak peduli dengan panggilan Rahquel yang malah membuat perempuan itu jadi kesal, yang jelas Alif masuk ke kamar melemparkan tas nya kesembrangan tempat dan ia langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur kings size miliknya.
Matanya terpejam dan membuang napas dengan kasar, ia mengambil ponselnya dari saku celana, melihat apakah ada notif pesan yang masuk atau tidak, dan ternyata tidak. Alif asal melempar ponselnya saja, yang penting ponsel itu masih berada di kasur.
Saat matanya baru saja terpejam nada dering panggilan masuk membuat mata Alif terbuka dengan lebar, tangannya meraba-meraba ke samping tempat ia berbaring, tangannya tak kunjung menemukan ponselnya.
Dering dari ponselnya membuat Alif membangunkan tubuhnya untuk terduduk, dan matanya langsung menemukan ponselnya berada di ujung kasur dekat tumpukan bantal yang sudah tersusun rapi.
Ia ambil ponsel itu, lalu nomor tanpa nama itu membuat Alif menautkan alisnya.
Lah siapa nih, yang nelpon gue?
"Hallo?" ucap Alif pelan dan menunggu jawaban dari lawan bicaranya.
"Assalamualaikum, woi!" Alif mengerutkan keningnya seperti mengenal suara tersebut. Suara yang tidak asing lagi, suara yang sudah pergi dari sisinta selama dua tahun itu.
"Eh, iya, waalaikum salam," jawab Alif kikuk.
"Yaela, kaku amat sih lo, udah kaya dalaman baru aja wkwkw," dari cara bicaranya yang ngaco ini Alif tambah menerka-nerka.
"Siapa dah elu?" Tanya Alif membuat orang itu tertawa.
"Astapilulo, saking lamanya nggak ketemu lo ampe lupa ama gue? Togenya dikau bwank," ucapnya alay membuat Alif menjadi yakin kalau dia ini adalah...
"Woy ini gue Sukron, njirr, masa lupa lo sama teman seperjuang kaya gue?"
Tuh kan udah gue duga kalau ini si, kunyuk, batin Alif.
Mata Alif mendelik saat Sukron memberitahunya dengan suara khas alaynya.
"Lebay lo e'ek cicak!"
"Kasarnya abang,"
Alif kembali merebakan tubuhnya di kasur dan matanya terpejam. Ia hanya menempelkan ponselnya, lalu mendengarkan jawaban dari Sukron.
"Yee...bodo," ketus Alis, "ngapain si, lo nelpon gue? Nggak tau apa gue baru pulang sekolah,"
Terdengar suara tawa di sebrang sana. Membuat Alif mendengus sebal.
"Gue emang sengaja nelpon lo di jam-jamnya lo baru pulang!"
Terlacnut emang nih, orang! Dumel Alif dalam hati.
"Ada apa lo nelpon gue?" Alif malas bertele-tele lagi, ia langsung memilih topik pada intinya saja.
"Gue cuma mau ngasih lo kabar yang begitu gembira, mungkin pas lo dengar nanti, bakal buat lo susah move on gue yakin itu!" Alif memutar bola matanya.
"Kebanyakan cincong gue matiin nih, sambungan teleponnya!"
"Sades amat sih lo, ini gue serius, eh, tapi gue nggak mau serius-serius amat dah ama lo, nanti gue baper, abis baper sakit hati, euh no way and big no banget,"
"Yee...bacot lo! Gue matiin nih," ancam Alif.
"Jangan gitu dongs kamu, nggak tau apa gue nelpon lo itu harus mengeluarkan pulsa yang merugikan negara hidup gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alca [Pending]
Teen FictionI love you, but, She's did't love me. Copyright 2017, itsbilja