Bab 5

17 3 0
                                    

Matahari sudah terbit dari tempat persembunyiannya. Ia kembali ke cakrawala untuk menyinari hidup setiap makhluk.

Caca sudah siap dengan seragam sekolah muslimnya yang setiap hari ia kenakan pada hari jumat. Ia terlihat cantik untuk pagi ini. Saat merasa semuanya sudah beres ia langsung ke bawah, sarapan bersama Ayahnya. Ibunya sudah meninggal sejak ia SD, karena sebuah penyakit yang di derita. Kini, dirinya hanya tinggal bersama Ayah saja dengan asisten rumah tangga yang sudah bekerja bersama keluarganya sejak sebelum ia lahir.

Perempuan itu tersenyum saat melihat sang Ayah sudah duduk dengan tegap serta koran pagi di tangannya yang sedang ia baca.

"Pagi Ayahku!" Serunya sambil mencium pipi Ayahnya lalu duduk kursinya.

Rendra melipat koran paginya dan meletakannya di meja makan. "Pagi juga, sayang," balas Rendra.

Caca melihat Rendra sang Ayah tidak memakai baju kantornya, membuat ia bertanya, "Ayah enggak ke kantor?"

Rendra tersenyum, "nanti."

"Hari ini, Ayah ingin pergi lebih siang dan ingin mengantarmu ke sekolah dulu,"

Caca tersenyum, "serius, Yah?" Rendra mengangguk. Caca begitu senang mendengarnya, karena biasanya ia pergi sekolah selalu naik angkutan umum atau bus umum. Rendra tidak pernah sempat untuk mengantar dirinya ke sekolah.

"Asyikk," serunya.

"Wahh...kelihatannya Ndok Caca terlihat senang sekali pagi ini," Caca tersenyum mendengarnya.

"Iya dong, Bu!" Balas Caca dengan semangat. Ia sudah terbiasa manggil asisten rumah tangga dengan sebutan 'Ibu' karena bagi dia Ibu Ina bukanlah sekedar asisten rumah tangga, tapi sudah seperti Ibu nya sendiri, yang sudah menemaninya sejak Ibu kandungnya meninggal dunia.

"Soalnya nih, ya, Bu, Caca hari ini diantar sama Ayah ke sekolah!" Serunya gembira membuat Bu Ina tersenyum senang.

"Wahh ... bagus dong, Ndok Caca, jadi tambah semangat deh, sekolahnya kalau begitu," Caca mengangguk antusias.

Rendra yang mendengar merasa teriris hatinya mendengar kegembiraan putri semata wayangnya ini.

"Yaudah sekarang kamu habiskan sarapanmu dulu, nanti Ayah yang antar kamu ke sekolah," Caca hanya mengangguk.

"Ayo, cepat kamu habiskan, nanti kamu kesiangan lho, ke sekolahnya!"

"Aye captain!"

***

"Nah, udah sampai," ucap Rendra pada Caca. Caca tersenyum dan melepas sabuk pengamannya.

"Yaudah, Yah, Caca masuk dulu ya," katanya sambil menyalami Rendra. "Assalammualaikum,"

"Waalaikum salam,"

Rendra menuruni kaca mobilnya membuat Caca melambaikan tangan yang di balas oleh Rendra juga.

"Caca!" Teriak seseorang yang suaranya sangat familliar di telinga Caca.

Caca menggeser tubuhnya membuat Rendra yang di dalam mobil terlihat oleh Errol.

"Eh, Om Rendra,"

"Pagi Om," ucapnya sambil menyalami tangan Rendra yang masih di dalam mobil.

"Om Rendra enggak ke kantor?" Tanya Errol yang langsung di cibir Caca.

"Kepo lo kudanil!"

Errol langsung menatap sinis Caca, "dih, ngape lo? Nggak suka?"

"Syirik dasar," cibiran balik dari Errol.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alca [Pending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang