Aku dapat bersumpah: aku tidak sedang men-stalkingmu ketika kukatakan aku mulai tertarik padamu. Kau yang namanya belum kuketahui hingga beberapa tahun kemudian. Kau yang hanya mampu kuamati tanpa kau menyadarinya.
Dalam beberapa kali melakukan pengamatan terhadapmu dapat kusimpulkan bahwa tampaknya memang kemampuanmu untuk menyadari keadaan sekelilingmu ketika kau tengah berkonsentrasi sangatlah minim. Ya, hipotesaku itu terbukti beberapa tahun kemudian ketika kau mengatakan padaku:
"Aku tidak bisa melakukan dua hal di waktu yang bersamaan, Jihye. Kau pilih ingin aku mendengarkanmu, ataukah ingin aku berbicara padamu."
Namun sayangnya kegiatanku mengamatimu harus berakhir setelah teman-temanmu memergokiku sedang menatap ke arahmu. Semenjak hari itu, aku tidak dapat menemukanmu di mana pun di sudut kota Ilsan. Kau tidak lagi naik bus di jam yang sama. Kau tidak lagi mengunjungi perpustakaan untuk mencari buku-buku puisi.
Sempat terpikir olehku, apakah kau menyadari tatapanku selama ini. Apakah kau berpikir bahwa aku mengutitmu?
Ah, aku kehilangan penyemangat pagi semenjak kau lenyap dari pandanganku.
Tetapi tidak.
Kenyataannya, hanyalah, kau pindah ke Seoul. Hari itu adalah perpisahanmu dengan teman-temanmu sebelum kau pergi.
Hari itu nyaris saja menjadi penyesalan terbesarku seumur 19 tahun hidupku. Kalau saja aku tahu kalau setelah hari itu aku tidak pernah lagi melihatmu, mungkin saat itu juga aku akan memberanikan diri untuk mendekatimu dan berbicara padamu.
Namun tidak.
Itu mustahil untuk kulakukan saat itu.
Jangankan untuk berbicara padamu, untuk mengangkat kepala dari balik buku menu saat menyadari kau menyadari tatapanku pun tak sanggup kulakukan.
Ah, mengapa diriku yang sembilan belas tahun itu begitu membuat diriku yang kini frustrasi setiap kali mengingatnya?
Untung saja, tatapan itu bukanlah yang terakhir kalinya. Setelah beberapa tahun lamanya aku tidak lagi melihat bayanganmu dalam hidupku, dalam pagi-pagiku, di sana, di tempat itu kita kembali bertemu.
Pertemuan kita selanjutnya terjadi di stasiun di kota Seoul yang begitu luas. Tepatnya 3 tahun kemudian, ketika kau dan aku berusia 22 tahun. Saat itu musim dingin. Salju turun dengan ringan.
Pertemuan kita mungkin bisa digambarkan dengan sebuah bait puisi dari Kim Sowol yang pernah kubaca dari salah satu buku yang kau baca di perpustakaan itu.
If you come back to me, many years later
'I remember you not' is my answer
If you resent,
'I remember you not after many longing years spent'
If you still resent,
'I remember you not for leaving I'd imagined you not'
Today not, yesterday nor
'I remember you not' many years later
Kukatakan sekali lagi, aku tidak menguntitmu.
...
Baiklah.
Harus kuakui.
Saat itu, aku tidak mengira bahwa kau akan pernah pergi dari Ilsan. Bahwa aku tidak lagi dapat melihatmu setiap pagi di bus yang sama. Bahwa aku akan merindukan untuk melihat lesung pipitmu mengembang saat sedang membaca buku yang menarik bagimu. Bahwa karena kerinduan itu aku akan berusaha menelusuri jejakmu di tempat-tempat yang mengingatkanku padamu. Bahwa aku akan berusaha menelusuri pikiranmu dengan membaca buku-buku perpustakaan yang pernah kau baca. Bahwa semua untuk memperingati kesedihan akan kehilangan semangat pagiku. Dan bahwa setelah beberapa tahun kemudian, setelah aku berhasil menghentikan obsesiku yang tidak masuk akal padamu -kau bahkan tidak mengetahui keberadaanku saat itu- ketika kita bertemu kembali giliranmulah yang menemukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself: 365 Days With You
FanficDunia penuh kompleksitas Kita selalu berusaha mencari cinta 365 hari yang lalu Kita masih saling mencintai 365 hari yang lalu Kita masih menghabiskan waktu bersama 365 hari yang lalu Semua masih baik-baik saja Dari mana hal ini bermula Dari mana hal...