CHAPTER 2

71 13 1
                                    

Chapter dua done!
Maaf late update...
Enjoy the story guys!
Don't forget hit the star before reading. Thankyou, Ginger.






Sudah lima menit yang lalu bell istirahat berbunyi dan artinya sudah selama itu pula aku hanya berdiri di lapangan dengan bola yang kubiarkan tergeletak disamping kakiku.

Pandanganku menatap lurus ke arah barat dengan mata menyipit nyaris seperti bentuk tempat memasukan koin pada mesin mainan, memperhatikan dengan seksama sosok perempuan yang mengenakan seragam sama sepertiku. Ah tapi tentunya dia memakai rok pendek selutut yang memperlihatkan kaki putih mulusnya.

Namanya Kim Yeri, teman sekelasku. Aku menyukainya sejak awal aku menginjakkan kaki di Kyungnam. Dia perempuan yang terlihat mudah dipahami namun sepertinya sulit diselami. Entahlah aku pun tak mengerti apa yang aku ucapkan, hanya saja aku merasa ada sesuatu yang selalu dirinya coba tutupi dibalik semua perlakuannya.

Dia bukan gadis populer namun bukan juga seorang kutu buku yang menarik diri dari kegiatan disekolah, aku pun bingung bila harus menempatkan dirinya pada golongan berapa.

Dia hanya gadis yang murah senyum dengan siapapun yang menegurnya di koridor, kadang ikut membantu untuk membawakan buku tugas ke ruang guru, yang lebih penting poinnya adalah dia satu satu nya siswi yang mau mengoordinir kelompok dari golongan tujuh dan enam untuk berpartisipasi dalam mendukung kegiatan sekolah.

Maksudku adalah, dia mengumpulkan kami dan memberikan kami kertas yang berisikan aksara mengenai kata kata dukungan yang akan kami ucapkan bersamaan dengan untaian nada.

Ketua team hore untuk sekolah yang tak pernah lelah mengatur kami walaupun harus berdiri membelakangi lapangan dan terkena terik sinar mentari.

Lamunanku akan Yeri dibuyarkan oleh seorang siswa yang mengambil bola dari samping kakiku. Aku mendengus melihat Min Yoongi salah satu si pembuat masalah mencoba mempermainkanku —lagi.
Aku mencoba mendekatinya menuju sisi kiri gawang, menepuk pundaknya .

Berbicara padanya agar mengembalikan bolaku. Namun nihil tak ada jawabannya, sampai aku memanggil namanya lagi untuk kedua kalinya namun dengan nada yang sedikit tinggi baru dia menatapku.

Bukannya menjawab, dia malah menendang bolaku entah kemana. Aku berbalik, berlari menuju benda bundar itu dan mataku terarah pada satu hal aku menyadari bahwa bolaku berada tepat dibawah kaki, Kim Yeri.

Pergerakan kecil Yeri sedikit menggangguku. Bagaimana tidak? Dia mengambil bola miliku dengan cari sedikit membungkukkan tubuhnya sehingga rok belakangnya sedikit terangkat, dan —aku melihat sedikit isi dari rok bewarna abu muda itu.

Apa yang kau pikirkan, Park Jimin? Sadarlah.

Aku menggelengkan kepala lalu kembali menatap Yeri.

"Ini milikmu?" sahutnya sembari mendekatiku.

Aku mengangguk. Menerima uluran tangan darinya.

"Terimakasih, Yeri-ssi."

⚡⚡⚡

Sepulang sekolah aku segera menuju rumah, tepatnya menuju tempat paling favoritku —meja belajar. Sesungguhnya bukan untuk belajar, tapi untuk menuangkan segala macam ide yang sedari tadi menyeruak dalam otakku yang mengalihkan atensiku dari guru Kim yang dua jam mengoceh di depan kelas.

Ku ambil buku berwarna biru dengan nomor empat belas di pojok kirinya yang bertuliskan namaku di tengah covernya.

Ku tuangkan segala macam pikiranku dengan guratan pensil pada lembaran putih menjadi sebuah cerita yang tidak bisa ku dapat dalam kehidupan sehari-hariku.  Tapi bisa kubuat dalam komik sederhanaku.

Electric Shock •jimin//seulgi•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang