Story About Us 11

2.4K 210 42
                                    


"Pernahkah kau sekali saja p' memikirkan aku yang akan membuangmu?" Tanya Krist dengan nada bercanda. Singto menoleh dan tersenyum.

"Kau selalu mengajakku bicara dengan tema perasaanmu." Sahut Singto dengan tersenyum. Krist pun ikut tersenyum.Memang benar, jika Krist sudah duduk dengan tenang disamping Singto, ia akan merasakan nyaman dan berharap seperti dulu.

"Y I love You akan dimulai, aku harap kalian bersiap." Krist dan Singto menoleh kearah suara tersebut. Singto berdiri dan meremas bahu Krist. "Masalah pribadimu jangan dibawa keatas panggung." Ujar Singto yang direspon Krist dengan senyuman.

Masalah pribadi Krist? Yah masalah pribadi dimana dia sudah mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya. Entah kenapa Praew mengajaknya mengakhiri hubungan mereka. Yang Krist tau, dia ternyata masih menyayangi Praew. Dia sakit saat Praew mengatakan ingin lepas dari Krist, lepas yang dimaksud bukan menjadi kekasih yang hanya dari status. Praew ingin Krist menganggapnya kekasih yang dicintai, selayaknya pasangan pada umumnya. Tapi Praew pun tau, dia merasakan perbedaan yang sangat terasa. Perbedaan prilaku dan tingkah Krist. Semua berubah.

Jadi daripada dirinya dan Krist harus mengabaikan luka, lebih baik ia yang mengakhirnya.

"Maafkan aku." Lirih Krist seraya menatap foto Praew yang ia simpan.

____________________

Singto tau Krist menangis tanpa akting, Singto tau Krist marah pada dirinya sendiri, Singto tau Krist pun marah padanya. Singto tau semua. Tapi Singto bisa apa, dia saat ini hanya rekan kerja yang sama memendam rasa seperti Krist. Dia tidak bisa berbuat lebih dari menepuk Krist agar mengontrol emosinya. Dia tidak ingin semua pihak tau akan perasaannya. Dia tidak mau.

_____________________

Greppp

"Sakit p'Sing." Singto hanya membalas pelukan Krist yang erat padanya.

Jane hanya menghela nafas dan menutup ruangan untuk dua orang yang saat ini saling menguatkan, dia akan berjaga diluar. Dia akan memberikan waktu untuk Singto dan Krist berbicara.

Krist duduk dengan kepala yang menunduk, berbeda dengan Singto yang duduk dengan tenang. Dia harus tenang agar Krist pun merasa tenang.

"Dia ingin mengakhiri hubungan disaat aku ingin mengajaknya keluar. Dia bicara soal perasaanku yang sudah tidak bisa ia rasakan. Aku tau apa maksudnya, tapi kenapa aku harus sesakit ini. Saat dulu, aku menunggunya untuk mengakhiri hubunganku dan dia. Tapi saat dia mengakhirinya, kenapa aku sakit p'Sing. Aku merasa sangat bersalah padanya."

Singto merangkul bahu Krist dan mengarahkan kepala Krist agar bersandar pada bahunya. Singto hanya diam mendengarkan. Sejujurnya ia menekan sesak yang ia rasakan.

‘’Lagu yang aku nyanyikan, itu seperti aku menyampaikan perasaan Praew p’Sing.’’

Singto hanya memeluk Krist dengan erat, dia tidak tau harus menjawab apa. Yang ia tau dia pun merasakan sakit. Ternyata Krist masih memiliki perasaan pada Praew. Dan ia merasa kecewa bersamaan.

Singto memejamkan matanya dan semakin erat memeluk Krist, dia menghela nafas dan mencoba mengerti.

Maafkan aku.’ Pikir Singto.

________________

Krist hanya diam menatap foto Praew yang masih ia simpan pada ponselnya. Ia mengabaikan pesan dan panggilan telfon dari Singto. Ia tidak ingin diganggu, ia ingin sendiri.

‘’Jika kau seperti ini terus, menikmati kesedihanmu, kau seperti pengecut.’’ Krist hanya menatap Bank dengan malas. Dia dengar setiap kalimat yang Bank ucapkan, hanya saja dia malas dan merasa sesak untuk meresponnya. Ia ingin sendiri, tapi dia tidak ingin sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story About USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang