PHASE 03

165 3 0
                                    

Sudah hampir dua minggu sejak ayah dan ibu pergi. Entah sampai kapan mereka akan meninggalkan kami. Mereka hanya berkata bahwa akan pulang secepatnya bila semua pekerjaan telah diselesaikan. Dan saat itu aku hanya menganggukkan kepala seraya berkata,

"Berhati-hatilah ayah, ibu. Semoga pekerjaan kalian cepat selesai".

"Dann.. Bawakan kami oleh-oleh paling bagus dari sana ya ayaah.. ibuu..", tambah adikku.

"Haha iya iya, kalian boleh minta apapun setelah ayah dan ibu menyelesaikan pekerjaan ini", jawab ibuku.

Awalnya aku berfikir ayah dan ibu hanya akan pergi untuk beberapa hari saja, namun sekarang aku mulai penasaran. Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul di kepalaku.

Mengapa mereka lama sekali? Biasanya hanya dua sampai tiga hari atau paling lama seminggu mereka pergi, tapi kenapa kali ini mereka belum pulang juga?

***

Hari ini adalah hari libur sekolahku. Sudah kujadwalkan bahwa hari ini aku akan pergi ke pusat kota untuk mencari hiburan dan menenangkan pikiran. Yah, karena akhir-akhir ini aku mengalami gangguan-gangguan di pikiranku.

Walaupun sebenarnya di rumah ada motor milik ayahku, namun aku selalu menaiki kereta listrik saat ingin pergi ke manapun. Bukan karena aku tidak bisa mengendarai motor, tapi karena bila naik kereta listrik akan menjadi tidak ribet dan tidak khawatir jalanan macet. Lagipula rumahku juga dekat dengan stasiun kereta listrik.

"Ayu.. Kakak mau pergi dulu", kataku kepada adikku.

"Mau kemana kaa?", jawab adikku.

"Mau mancing gara gara, ikut ngga?", candaku.

Sengaja aku mencandainya karena bila aku berkata jujur akan pergi ke pusat kota, pasti dia akan merengek minta ikut.

"Kakak ih ada-ada aja, nggak ah Ayu di rumah aja", balas adikku.

"Haha yaudah, kakak berangkat dulu ya", ucapku.

"Iyaa kaa, jangan pulang malem-malem, Ayu takut sendiriann", katanya lagi.

"Siap kapten", jawabku sembari melangkah ke luar pintu rumah.

***

"Ting.. Tung.. Ting.. Tung.. Mohon perhatian, untuk seluruh penumpang diharapkan segera menuju peron-peron stasiun untuk melakukan transaksi kartu kereta listrik dengan petugas terdekat", suara dari megaphone yang terletak di langit-langit stasiun.

Seperti yang kalian ketahui, zaman sudah semakin berkembang. Stasiun ini tidak lagi menggunakan tiket kereta sebagai alat transaksi. Sekarang hanya perlu sebuah kartu untuk bertransaksi saat akan naik kereta listrik. Sistemnya sama seperti kartu ATM, bedanya adalah kartu kereta listrik harus diberikan ke petugas saat transaksi untuk menghindari kecurangan. Seperti dulu, saat pertamakali penggunaan kartu di stasiun ini, tidak ada petugas yang menjaga pintu masuk kereta. Banyak calon penumpang melakukan transaksi curang. Mereka memasukkan kartu sekali, tapi yang masuk kereta adalah segerombolan orang sekaligus. Stasiun mengalami penurunan pendapatan drastis pada saat itu. Karena itulah sekarang di setiap depan pintu masuk kereta diberi petugas untuk mengawasi dan mentransaksikan kartu calon penumpang.

Aku segera pergi ke peron stasiun terdekat dari lokasiku setelah aku membeli coklat panas di area stasiun. Sambil meminumnya, aku berjalan ke peron. Ternyata sudah terdapat antrean yang agak panjang di depan pintu kereta yang ku hampiri.

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang