Awal (2)

2.1K 116 0
                                    

Wanita paruh baya itu menghela nafas, "Kata siapa nak? Ini bukan salah Azmi ataupun siapa-siapa tapi ini musibah."

Azmi menatap lurus wanita yang melahirkannya itu, keningnya berkerut tanda pertidak-setujuan atas ucapannya barusan.
Karena menurut Azmi ini memang mutlak salahnya, dek Rara begini karena waktu itu Azmi sama sekali tidak hadir di hari yang sudah dapat di pastikan sangat berarti bagi Rara, yaitu tepat pada hari ulang tahunnya.

Bukannya Azmi lupa, bagaimana mungkin ia bisa melupakan hari special yang sampai ia catat di buku catatan kecil yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi?

Memang kebiasaan Azmi mencatat hal-hal yang dianggapnya penting di buku catatannya. Ini di dikarenakan Azmi yang kini mudah sekali lupa semenjak kepadatan jadwalnya disana-sini.

Bukan pula karena ia tak mau datang. Sebagai seorang kakak tentu Azmi ingin sekali datang ke acara ulang tahun adik kesayangannya itu, bahkan ingin sekali. Namun sayangnya waktu itu Azmi tengah memenuhi undangan bersama teman-teman Syubban yang lain di luar kota.

Tak mungkin ia kabur begitu saja dan mengecewakan teman-temannya.

Sebagai pengganti ke-tidak hadirannya, setelah acara selesai Azmi pun langsung menelfon Umi-nya dan berniat untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan sekaligus meminta maaf karena kali ini ia tidak bisa datang. Namun adik kesayangannya itu bahkan menolak telfon yang hendak di berikan Umi-nya. Ia sama sekali tidak mau berbicara dengan Azmi.

Entah apa yang membuat Rara seperti itu, tapi yang Azmi tahu Rara pastilah sangat kecewa terhadap dirinya.

Dua hari kemudian Azmi beserta yang lain sudah kembali ke ponpes. Baru saja hatinya sedikit lega, tiba-tiba abi-nya menelfon agar Azmi menjenguk Rara ke rumah sakit.

Abi-nya bilang bahwa Rara sangatlah merindukan Azmi. Sejak satu minggu yang lalu Rara selalu menanyai kabar dirinya, terlebih saat ulang tahun Rara, gadis mungil itu sampai tak sudi meniup lilin tanpa kehadiran kakak kesayangannya itu. Sampai pada akhirnya Azmi tak datang Rara benar-benar tak meniup lilin ulang tahunnya dan langsung berlari ke kamar meninggalkan semua orang yang hadir pada saat itu. Rara mengurung diri di kamar dan tak mau makan hingga tubuhnya sampai droop seperti ini.

Halilintar bagai menyambar di siang bolong, hati Azmi begitu sakit membayangkan Rara yang begitu lemah sendirian di ruang yang di penuhi dengan aroma obat itu.

Seorang kakak pastilah ingin memberikan segala yang terbaik untuk adiknya, namun jangankan memberikan, menjaganya saja si bodoh ini tak becus!, umpat Azmi pada dirinya sendiri kala itu.

"Gimana bisa ini bukan salah Azmi mi? Umi kan tau sendiri kalau--"

Ngghh..umi..

Azmi tak berniat meneruskan kata-katanya. Gadis mungil itu, dia berlirih. Matanya masih terpejam namun jemarinya bergerak-gerak. Oh, rupanya gadis itu sudah bangun dari tidurnya.

"Eh anak umi udah bangun bobo ya," Umi mengelus lembut kepala Rara, "Tuh mas Azmi dateng jengukin dek Rara, katanya kangen?"

Rara hanya sekilas melirik Azmi dan pandangannya langsung beralih lagi pada umi-nya.

"Umi.. Aku haus," katanya kemudian.

"Oh haus? Bentar ya."

Baru saja umi ingin mengambil gelas berisi air minum di meja dekat ranjang Rara, tapi ternyata gelas itu sudah keburu di sambar oleh tangan Azmi.

"Ini dek minumnya, ayo minum princess cantik," ujar Azmi.

Rara diam sejenak, "Umi.. Aku kan masih sakit nggak bisa duduk. Aku mau minumnya pakai sedotan aja."

"Iya nak, umi ambilkan du--"

Lagi-lagi pergerakannya kalah cepat dengan tangan Azmi.

"Nih udah pakai sedotan," ujar Azmi seraya mendekatkan ujung sedotan ke mulut Rara.

"Umi aku nggak jadi haus nih, aku mau makan buah aja. Umi tolong ambilkan apel yang tadi dibawain abi ya mi," pinta Rara.

Untuk kesekian kalinya pun tangan Azmi yang menang.

Umi yang melihat kelakuan anak sulungnya itu hanya geleng-geleng kepala.

"Ini kan dek apelnya? Nih mas Azmi sengaja pilihin yang paling merah," Ujar Azmi yang tahu jika makan buah Rara lebih suka yang warnanya paling terang dari yang lain.

Namun Rara hanya bungkam. Matanya tak mau menatap langsung Azmi.

"Dek Rara?" Ujarnya lagi karena Rara tak kunjung merespon.

"Aku nggak mau apel dari mas Azmi," ujar Rara akhirnya.

"Kok gitu?" tanya Azmi bingung.

"Ya gitu."

"Kenapa?"

"Nggak papa."

"Beneran?"

Rara menghela nafas panjang. "Ya karena aku lagi kesel sama mas Azmi!" Ia tambah kesal karena kakaknya yang belum juga peka.

huh, mas Azmi nggak peka-peka deh kayak cowok-cowok jaman now! Batin Rara dongkol.

Azmi diam sejenak, "Dek Rara masih marah sama mas Azmi gara-gara mas nggak dateng di acara ulang tahun adek ya?"

"Hishh mas Azmi ke-geeran!" Rara melirik sinis Azmi, "Siapa juga yang marah?"

Tiba-tiba senyum Azmi jadi mengembang, "Alhamdulillah.. Akhirnya dek Rara maafin mas Azmi."

"Ini lagi tambah ke-geeran!"

"Waktu itu mas Azmi janji bakalan dateng ke ulang tahun aku kan? Tapi apa? Mas Azmi tuh PHP-in aku tahu nggak!"

Lama-lama Rara ingin menarik hidung kakaknya itu. Kesalnya makin menjadi.

Melihat gelagat Rara Azmi yang tadinya ingin minta maaf sungguh-sungguh pun jadi ingin tertawa. Gayanya itu loh, dasar kids zaman now.

"Yaudah Mas Azmi minta maaf ya? Mas janji deh ulang tahun selanjutnya bakal dateng, ya?" Ucap Azmi terkekeh.

"Janjinya busit nggak?"

"Busit? Oh, maksudnya bullshit?"

"He..em.."

"Hehe.. Dasar kids jaman now, enggak ini mas Azmi janjinya tulus dari hati setulus cintanya Romeo ke Juliet kok, swear deh,"
Ujar Azmi dengan dua jarinya.

"Nah karena mas Azmi udah janji jadi sekarang dek Rara maafin mas Azmi nya ya," sahut Umi akhirnya yang sejak tadi hanya menyimak pembicaraan kedua anaknya yang di balas dengan anggukan oleh Rara dan cengiran Azmi.

                         ****
Assalamualaikum..

Hai hai readers..!
Mimi balik lagi nih bawa next chapter nya.

Gimana? Masih absurd ya? Hehe maaf ya, lebih-lebih kalo banyak sekalee typo nya..
Ok, ;)

-sampai babai readers sekalian, wassalam:*

RINDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang