[ 4 ] Jangan Marah Lagi, Ya?

1.8K 265 66
                                    

Renjun berangkat sekolah 30 menit lebih awal dari biasanya. Dengan sedikit tergesa-gesa, Renjun memasukkan kotak bekal kedalam tasnya dan segera meninggalkan rumah setelah berpamitan kepada baba dan mama.

Didalam bus, Renjun hanya melihat jalanan dengan tatapan kosong. Bus belum terlalu penuh karena masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah. Renjun menghela nafas bekali-kali, ia merasa sangat cemas dan sama sekali tidak tenang. Pikirannya penuh dengan Jeno.

Kemarin, Jeno sama sekali tidak membalas pesannya. Itu membuat Renjun cemas sekali. Bahkan Renjun sudah menelpon Jeno berkali-kali, tapi tetap saja Jeno tidak menjawab panggilannya. Wajah Renjun benar-benar lesu dan kusut. Semalaman ia tidak tidur dengan nyenyak hanya karena Jeno tidak mengabarinya. Memang, Renjun sadar jika itu kesalahannya karena membatalkan janji seenaknya. Namun Renjun tidak bisa berbuat apa-apa, ia harus menemani baba dirumah sakit.

Bus yang Renjun tumpangi sudah sampai di halte bus dekat dengan sekolahnya, ia segera turun dan berjalan menuju sekolah yang jaraknya sekitar 100 meter dari halte bus. Renjun berjalan pelan, ia terlihat sangat tidak bersemangat. Renjun sangat berharap Jeno dapat memaafkannya hari ini. Ia sungguh merasa tidak enak dengan Jeno.

***

Renjun sudah sampai dikelas, ia meletakan tas diatas meja dan mengeluarkan kotak bekalnya. Ia sengaja membawa dua kotak bekal, salah satunya untuk Jeno tentu saja. Rasanya sudah lama ia tidak membuatkan Jeno bekal makan siang serta hitung-hitung sebagai tanda permintaan maafnya pada Jeno.

Renjun pergi ke kelas Jeno, menunggu didepan kelas Jeno tidak buruk juga pikir Renjun. Lagi pula sekolah masih sepi, jadi Renjun pasti bosan jika mmenuggu didalam kelas.
Renjun sampai di depan kelas Jeno, ia melongok kedalam kelas Jeno dan mendapati Jisung yang sedang membaca buku. Serta beberapa siswa lainnya. Ngomong-ngomong, Renjun mengenal Jisung karena ia sering bertemu Jisung saat menemani Jeno latihan menari.

Renjun memilih berdiri didepan kelas dan tidak menghampiri Jisung, ia takut mengganggu. Renjun melihat jam tangannya, sudah hampir 30 menit Renjun menunggu Jeno datang namun Jeno belum juga muncul. Ia menghela nafas, rasanya kakinya mulai pegal. Namun Renjun tidak mau menyerah dan tetap menunggu Jeno.

Tak lama, Jeno datang bersama Mark dari arah yang berlawanan. Renjun yang melihat Jeno langsung tersenyum lebar. Rasanya lega sekali melihat Jeno datang dengan senyum diwajahnya.

Mark menyadari kehadiran Renjun langsung mengikut Jeno. Ia menunjuk Renjun menggunakan dagunya. Jeno mengarahkan pandangannya ketempat yang dimaksud Mark dan hal pertama yang ia lihat adalah Renjun. Ah, Renjun.

Setelah jarak mereka semakin dekat, Renjun melangkahkan kakinya mendekati Jeno dan Mark.

"Selamat pagi Jeno, pagi Mark." Renjun tersenyum cerah dan semanis mungkin.

"Pagi Renjun."

"Pagi Jun." balas Jeno singkat.

"Jeno, aku-"

"Aku masuk ke kelas dulu ya, mau mengerjakan PR. Sampai jumpa." Jeno berjalan meninggalkan Mark dan Renjun yang diam membatu. Ia tidak menyangka Jeno menghindarinya. Rasanya kenapa sakit?

"Em.. Renjun, sepertinya Jeno masih marah. Kau harus maklum ya, ia memang sering kekanakan." Mark berusaha menenangkan Renjun. Melihat sikap Jeno yang seperti itu membuatnya kasihan pada Renjun.

"Oh- iya. Aku paham kok. Hehe" jawab Renjun dengan senyum dipaksakan. "Aku boleh titip ini untuk Jeno?" Renjun memberikan kotak bekal pada Mark. "Tolong katakan padanya, aku benar-benar minta maaf. Dan dia harus menghabiskan makannya."

"Tentu. Nanti aku sampaikan."

"Terimakasih banyak Mark." senyum Renjun tulus. Ia bersyukur mempunyai teman sebaik Mark.

Memahamimu. [NoRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang