[ 1 ] Jangan Asal Menilai.

3.2K 369 40
                                    

Bel tanda istirahat makan siang berbunyi, siswa dan siswi mulai berlomba-lomba pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Setelah belajar Sejarah dan Matematika membuat mereka merasa dua kali lipat lebih lapar, padahal jam baru menunjukkan pukul satu siang.
Jeno meletakkan kepalanya diatas meja, rasanya kepalanya sedikit berdenyut setelah mengerjakan soal Matematika. Jujur saja, ia tidak begitu menyukai pelajaran yang berbau angka.

Mark yang melihat Jeno hanya bisa tersenyum lucu.
"Tidak mau ke kantin?" tawar Mark, ia sudah selesai merapikan buku-bukunya.

"Mau. Sebentar, kepalaku sedikit pusing." jawab Jeno lemah.

"Dasar payah! Begitu saja sudah pusing."

"MARKEU!!!!" panggil seseorang dari arah pintu belakang kelas Jeno dan Mark.
Jeno menolehkan kepalanya pada sumber suara, dan wajahnya berubah menjadi lebih muram melihat Jaemin berjalan mendekat kearah Mark. Sedangkan Mark? Ia hanya tersenyum senang melihat kekasihnya mendatanginya ke kelas.

"Hai sayang. Tidak ke kantin?" tanya Mark basa-basi.

"Aku mau mengajakmu makan siang bersama. Dan juga, aku membawakanmu bekal hari ini." jawab Jaemin riang sembari memperlihatkan dua kotak bekal makan siang yang ia bawa.

"Astaga, Jaeminku manis sekali." Mark mencubit pipi Jaemin gemas. Jeno yang melihat aksi lovey-dovey sahabatnya hanya memasang ekspresi mau muntah.

"Oh ya Jen, apa Renjun tidak kemari?" tanya Jaemin tiba-tiba.

"Tidak, dia ada dikelasnya." jawab Jeno singkat.

"Wah, apa pacarmu tidak ingin makan siang bersama pacarnya ya? Apa ia tidak kasihan melihat pacarnya makan siang sendiri jika aku tidak menemaninya?" goda Mark yang membuat Jaemin tertawa.

"Kau ini. Kau tidak tahu ya, Renjun itu sibuk." sela Jaemin. "Sibuk bersama teman-temannya." lanjut Jaemin dibarengi tawa yang keras. Jeno hanya mendengus mendengar duo sejoli ini yang tidak pernah bosan meledeknya. Ia sih sudah biasa, tapi kadang rasanya kesal juga.

"Beruntung aku punya kekasih seperti Jaemin. Sudah manis, perhatian pula." kini Mark menatap Jaemin dibarengin kedipan, berniat menggoda Jaemin.

"Apa sih Mark. Gombal saja!" Jaemin memukul lengan Mark, namun diwajahnya muncul rona merah muda.

"Pergi kalian! Aku muak melihat kalian!" akhirnya Jeno buka suara, karena ia tidak tahan melihat Mark dan Jaemin lebih lama lagi.

Mark tertawa keras. "Bilang saja kau iri Renjun tidak seperti Jaemin yang membawakan bekal makan siang, iya kan?"

Bukannya menjawab, Jeno hanya mendengus sebal dan memutar bola matanya malas. Sahabatnya ini memang, tidak ada henti-hentinya.

"Yasudah, kami pergi dulu ya Jen. Sampai jumpa!" Jaemin buru-buru menarik Mark keluar meninggalkan Jeno dikelas. Ia takut jika Jeno benar-benar marah dan malah membuat keduanya bertengkar.

Sepeninggalnya Jaemin dan Mark, Jeno kembali meletakkan kepalanya diatas meja. Ia merogoh kantung celananya dan membuka pesan dari Renjun.

'Jeno-ya, jangan lewatkan makan siangmu.
Semangat belajar, jangan tidur terus!❤'

Jeno menghela nafas, ia membalas pesan Renjun dan kembali memasukkan ponsel kedalam kantung celananya.Sebenernya, terkadang Jeno kesal mendengar penilaian teman-temannya terhadap Renjun.

Renjun yang cueklah, Renjun yang tidak perhatianlah, Renjun yang sebenarnya tidak sayang Jenolah, Renjun yang hanya menjadikan Jeno sebagai statuslah. Dan masih banyak lagi, Jeno bahkan tidak ingat.

Namun, Jeno tahu. Renjun itu bukan tipikal orang yang bisa mengekspresikan perasaannya dengan mudah seperti Jaemin. Renjun bukan tipikal orang yang bisa berbicara gamblang seperti Jisung, bukan juga tipikal orang yang bisa melucu seperti Haechan. Bukan, ia hanyalah seorang Huang Renjun yang diam-diam benar-benar memperhatikan Jeno. Huang Renjun yang manis, bahkan hanya dengan tersenyum bisa membuat seorang Lee Jeno senang bukan main. Renjun yang selalu berusaha untuk membahagiakan Jeno.
Dan Jeno percaya, Renjun mencintainya lebih dari yang ia tahu.

Hanya saja, terkadang Renjun terlalu malu untuk menunjukkannya.

Dan teman-temannya hanya tidak memahami bagaimana seorang Huang Renjun.

Tapi Jeno merasa senang dengan Renjun yang sekarang. Renjun yang begitu saja sudah membuatnya bersyukur. Karena Jeno tahu, mendapatkan hati seorang Huang Renjun tidaklah mudah.

Jeno tersenyum hanya dengan mengingat Renjun, rasanya ia sudah bahagia. Hanya karena Renjunnya.
Dengan buru-buru Jeno bangkit dari kursinya dan pergi ke kantin sebelum istirahat makan siang berakhir. Perutnya juga perlu diisikan?

Jangan dengarkan apa kata orang Jeno, yang tahu dan memahami Renjun itu dirimu. Bukan mereka.
- Lee Jeno.

***

Aku bawa ff baru haha.
Seru nggak? Lanjut? Nggak? Jangan lupa voment!❤❤❤❤

Memahamimu. [NoRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang