Sudah hampir seminggu Jeno tidak bertemu Renjun. Hal ini dikarenakan Jeno yang sibuk dengan kegiatan klub menari dan Renjun sibuk dengan klub melukis.
Sebenarnya Renjun masih lebih banyak memiliki waktu luang dibanding Jeno. Jeno itu, setelah pulang sekolah masih harus berlatih bersama teman-temannya. Belum lagi, akhir-akhir ini banyak ulangan harian yang harus dihadapi. Membuat keduanya semakin sibuk belajar dan semakin jarang bertemu.
Jeno melirik jam yang ada diatas papan tulis, sudah pukul 9 malam. Artinya tiga puluh menit lagi bel pelajaran berakhir akan berbunyi. Jeno sudah sangat lelah dan mengantuk. Hari ini kondisi badannya tidak cukup baik. Ia merasa pusing, mungkin karena ia sedang flu.
Setelah menunggu, akhirnya bel berbunyi. Jeno buru-buru merapikan buku-bukunya dan memasukkannya kedalam tas. Ia segera bergegas meninggalkan kelas sebelum Mark menghentikannya.
"Mau kemana? Buru-buru sekali." tanya Mark penasaran. Biasanya, walaupun Jeno tipikal murid yang 'setelah bel berbunyi langsung meninggalkan kelas', tapi ia tidak terlihat terburu-buru seperti sekarang.
"Menemui Renjun. Aku duluan ya." ucap Jeno tanpa basa-basi, ia segera meninggalkan kelas dan pergi menuju kelas Renjun yang berada diujung lorong.
***
Renjun baru saja memasukkan buku kedalam lokernya. Ia berbalik dan mengambil tasnya yang tergeletak diatas meja. Hari ini Renjun merasa lelah sekali karena ada pelajaran yang tidak ia sukai, olah raga.
Kelas sudah hampir kosong hanya tinggal beberapa murid saja yang masih berada didalam kelas."Renjun.." panggil seseorang dari belakang. Renjun buru-buru menoleh dan dahinya mengkerut melihat sosok Jeno dihadapannya. Tumben sekali..
"Oh? Jeno? Belum pulang?"
"Aku ingin pulang bersamamu. Kau tidak keberatan kan?" Jeno menghampiri Renjun dan tersenyum dihadapannya.
Astaga, lelah yang tadi dirasakan Renjun tadi rasanya hilang entah kemana melihat senyum Jeno. Ada perasaan hangat yang menjalari hatinya. Renjun baru menyadari, sudah berapa hari ia tidak melihat Jeno? Renjun benar-benar merindukan Jeno.
"Tentu aku tidak keberatan Jeno-ya.." ucap Renjun lembut sambil tersenyum.
Bahagianya melihat senyum Renjun, pikir Jeno.
"Ayo." Jeno menggandeng tangan Renjun. Tangan hangat Jeno menggenggam tangan Renjun. Renjun terus saja memperhatikan tangannya dalam genggaman Jeno, membuat pipinya mendadak merah.
Mereka sedang berjalan menuju halte bus, hari ini Jeno tidak membawa motornya karena motornya sedang berada dibengkel. Renjun sama sekali tidak keberatan, pulang bersama Jeno saja sudah membuatnya senang.
"Jeno, wajahmu kenapa pucat?" ini pertanyaan yang sedari tadi ingin Renjun lontarkan, namun harus ia tahan karena Jeno tidak berhenti mengoceh sejak mereka bertemu.
"Oh benarkah? Mungkin karena aku sedang tidak enak badan." jawab Jeno enteng.
"Kau sakit?" Renjun terkejut, pasalnya Jeno terlihat baik-baik saja.
"Hanya flu biasa kok. Bukan sakit parah." jawab Jeno menenangkan. Dan Renjun baru menyadari suhu badan Jeno sedikit lebih tinggi dari biasanya saat tangan Jeno mengelus jemari Renjun.
"Harusnya kamu cepat pulang. Mau naik taksi saja?" tawar Renjun. Ia benar-benar khawatir.
"Tidak usah. Melihatmu saja aku sudah merasa baikkan kok." cengir Jeno, Renjun hanya mendengus mendengar perkataan yang menurutnya konyol tersebut.
"Aku serius loh Jen."
"Aku juga serius loh Jun." Jeno menjawab tak mau kalah.
Mereka sampai dihalte dan hanya ada beberapa orang saja. Renjun menyuruh Jeno duduk disalah satu bangku yang kosong, sedangkan Renjun berdiri dihadapan Jeno.
Jeno terus menatap Renjun penuh tanya. Renjun hanya tersenyum dan terus menatap Jeno, tangannya perlahan mengelus rambut hitam Jeno.
"Hari ini tidak usah latihan. Langsung pulang dan istirahat, jangan lupa minum obatmu." Renjun mengatakannya dengan pelan namun Jeno masih dapat mendengarnya dengan jelas. "Tubuhmu juga perlu istirahat Jen. Jangan paksa mereka untuk terus berlatih."
"Iya aku mengerti sayang."
"Dasar!" Renjun tersenyum mendengar Jeno memanggilnya sayang. Meskipun sudah sering Jeno memanggilnya sayang, namun rasanya tetap saja ia merasa senang.
Akhirnya bus yang mereka tunggu datang, Jeno buru-buru bangun dan masuk ke dalam bus bersama Renjun yang mengikutinya di belakang. Mereka duduk dibangku paling belakang, kebetulan bangku itu kosong.
Renjun duduk didekat jendela sedangkan Jeno disebelahnya. Tangan Jeno kembali menggenggam tangan Renjun erat. Seperti tidak ingin kehilangan Renjun.
"Jun.." panggil Jeno pelan.
"Hm.." Renjun menyahuti tak kalah pelan, ia menatap Jeno yang masih asik memandanginya.
"Aku rinduuuuuuu sekali padamu." Jeno berucap dengan wajah yang dibuat seimut mungkin, membuat Renjun tertawa.
"Yaampun Jen! Wajahmu lucu sekali." Renjun masih sibuk tertawa. Jeno tersenyum lebar mendengar tawa Renjun, ia senang mendengar Renjun tertawa. Membuat Jeno merasa lebih tenang.
"Tapi aku serius loh. Akhir-akhir ini kita terlalu sibuk dengan kegiatan kita. Apa kamu tidak merindukan aku?" tanya Jeno sambil bersandar pada bahu sempit Renjun. Rupanya Jeno sedang dalam manja mode on.
"Tentu saja aku juga merindukanmu." Renjun mengusap pelan rambut Jeno. "Tapi aku mengerti, kamu punya kesibukanmu sendiri. Mana mungkin aku egois menyuruhmu menemaniku setiap hari kan?"
Nah, ini salah satu mengapa Jeno begitu menyayangi Renjun. Renjun itu selalu berusaha menjadi pacar yang pengertian. Selalu berusaha mengerti kondisi Jeno.
Jeno tersenyum dan mengeratkan genggaman tangan mereka."Ah, pacarku ini memang paling pengertian ya."
"Ya memang. Aku bukan Lee Jeno yang marah jika pesannya diabaikan, walaupun hanya beberapa jam." sindir Renjun. Jeno hanya tertawa mendengar ucapan Renjun.
"Dan aku juga bukan Huang Renjun yang diam-diam marah melihat banyak gadis-gadis yang mencari perhatian denganku."
"Yak!!! Kamu itu menyebalkan sekali sih!" Renjun mendorong kepala Jeno dengan keras. Membuat Jeno mengaduh. "Menjauh dariku!" Renjun melepaskan tautan tangan mereka.
Jeno yang melihat Renjun cemberut hanya bisa tersenyum sembari memeluknya dari samping.
"Kau itu menggemaskan sekali ya. Aku jadi makin sayang."***
Halo, aku update nih haha maaf untuk lanjutan yang mengecewakan.
Asli, aku kebingungan buat lanjutin cerita. Rasanya ga punya ide sama sekali.Bagaimana bagian dua ini? Semoga masih lumayan ya hehe
Thank for reading!❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Memahamimu. [NoRen]
Fiksi PenggemarJeno tahu betul bagaimana sikap Renjun terhadapnya. Mengenai komentar orang lain, Jeno tidak pernah peduli. Karena ia tahu, Renjun itu sedikit berbeda.