[ 6 ] Ngantuk.

1.9K 235 64
                                        

Bel istirahat berbunyi diseluruh penjuru sekolah. Guru dan siswa mulai meninggalkan ruang kelas dan menyerbu kantin. Namun berbeda dengan Jeno, dia tidak pergi kekantin melainkan menghampiri kekasihnya dikelas.

Jeno sedikit tergesa-gesa berjalan dikoridor, ia takut Renjun sudah lebih dulu pergi ke kantin.
Ketika Jeno sampai didepan kelas Renjun, ia menghela nafas lega. Dia melihat Renjun masih duduk dikursinya. Renjun masih sibuk merapikan buku-bukunya.
Tanpa menunggu lama, Jeno menghampiri Renjun dan duduk dibangku sebelah Renjun yang kosong.

Mendapati Jeno yang duduk disampingnya secara tiba-tiba, membuat Renjun terlonjak kaget. Ia melihat Jeno yang langsung menidurkan kepalanya pada meja.

"Loh kamu ngapain kesini?" tanya Renjun heran. Terlebih lagi saat Jeno sudah memejamkan matanya. Renjun buru-buru menaruh bukunya dibawah meja.

Renjun melihat Jinyoung, temen sekelasnya dan menyuruhnya ke kantin lebih dulu. Juga meminta maaf karena tidak bisa menemaninya. Jinyoung hanya mengangguk maklum, kadang Jeno memang suka datang kekelas mereka secara tiba-tiba.

"Menemui pacarku." Jeno mencari posisi yang nyaman dan menjadikan lengannya sebagai bantal. "Aku ngantuk sekali."

"Kamu tidur jam berapa semalam?" Renjun menatap Jeno dengan pandangan menyelidik. Jeno itu jarang seperti ini, kecuali sih kalau.....

"Jam 3 pagi. Aku keasikan main game, jadi lupa waktu."

Kan, benar dugaan Renjun. Pasti game lagi. Renjun menghela nafas dan siap-siap mengeluarkan omelannya.

"Jangan marah dulu. Aku tidak bisa tidur semalam, jadi aku memutuskan untuk bermain game. Tapi aku malah keasikan sampai pagi." bela Jeno. Ia sudah hafal, Renjun akan mengomelinya karena terlambat tidur. Pasti.

"Yasudah. Kali ini aku biarkan. Tapi lain kali jangan seperti ini lagi." Renjun memilih untuk mengalah. Dan Jeno tersenyum penuh kemenangan dalam hati.

"Kamu tidak lapar?" Renjun bertanya lembut dan mulai membelai rambut hitam Jeno. Membuat Jeno semakin mendekatkan kepalanya pada Renjun.

"Lapar. Tapi aku ngantuk sekali Renjun. Makanya aku kesini."

"Kalau lapar itu ya makan. Untuk apa menemuiku. Memang aku akan memberimu makan?" omel Renjun. Akhirnya Renjun mengomel juga kan. Kadang Renjun tidak mengerti dengan Jeno. Sungguh.

Jeno membuka matanya. Menatap wajah Renjun dengan seksama. "Entah. Hatiku bilang untuk menemuimu, jadi ya aku kesini." Jeno terkekeh pelan.

"Basi." Renjun mencubit pipi Jeno.

Lalu Renjun mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya. Ia membuka kotak bekalnya yang berisi sandwich. Sebenarnya ini sarapan Renjun, karena tadi pagi tidak sempat sarapan oleh karena itu mamanya membawakannya bekal.

"Makan ini saja ya? Mau tidak?" Renjun menunjuk sandwichnya pada Jeno.

Jeno mengangguk pelan. "Tapi suapi aku ya."

"Tidak mau. Kamu kan punya tangan sendiri." tolak Renjun mentah-mentah. Renjun tahu kok, Jeno ini sedang dalam mode manjanya.

"Kalau begitu aku tidak mau makan." ujar Jeno sedikit mengancam. Ia kembali memejamkan matanya. Rasanya ia sangat mengantuk dan merasa malas melakukan apapun.

"Yasudah. Toh kalau kamu sakitkan bukan salahku." jawab Renjun enteng. Ia mulai memakan sandwichnya.

Ditengah suapannya yang kedua, Jeno benar-benar tidak melakukan pergerakan sedikitpun. Sepertinya Jeno tidak main-main dengan ucapannya.

Renjun menghela nafas, ia harus mengalah lagi. Ia memotong sandwich menjadi bagian lebih kecil, sebesar satu gigitan.

"Buka mulutmu." perintah Renjun dengan nada yang tidak bersahabat. Jeno membuka mulutnya dan menerima suapan dari Renjun.

Jeno bersorak dalam hati, membuat Renjun menuruti perkataannya itu cukup mudah. Jeno mengunyah sandwichnya dengan mata tertutup.

Renjun melihat kelasnya yang hanya berisi dua murid dibangku kursi paling depan, ia merasa lega setidaknya tidak banyak murid lain yang akan melihatnya bersama Jeno. Renjun akan malu. Apalagi pakai acara suap-suapan seperti ini.

Renjun kembali menyuapi Jeno, namun tiba-tiba Jeno bangun dan duduk menghadapnya membuatnya kaget.

"Sudah tidak ngantuk?" tanya Renjun, ia kembali menyuapi Jeno dengan sandwichnya. Sesekali Renjun juga memakan bekalnya.

Bukannya menjawab Jeno malah menyandarkan kepalanya pada bahu Renjun dan membuat Renjun seketika diam. Memang ya, Lee Jeno itu kadang sulit untuk diprediksi.

"Masih, dan aku ingin sekali memelukmu sekarang. Tapi ini masih disekolah." Jeno berkata dengan mulut yang penuh dengan sandwich.

Renjun hanya tertawa pelan, kemudian dengan gerakan pelan tangannya mulai mengelus rambut Jeno yang sudah mulai memanjang.

"Sebenarnya posisi kita seperti ini juga tidak enak dilihat, omong-omong."

"Biarkan saja. Aku tidak mau peduli sekarang. Biarkan aku seperti ini sebentar. Aku ngantuk sekali." Jeno kembali memejamkan matanya saat tangan Renjun lagi-lagi mengelus rambutnya. Seperti dinina bobokan.

Renjun hanya mampu menuruti Jeno dan kembali mengelus rambut kekasihnya dengan lembut. Sandwich dikotak bekalnya pun sudah habis.

Keduanya terdiam hingga seseorang memasuki memasuki kelas Renjun dengan raut wajah kesal dan langkah lebar.
Ia menepuk bahu Jeno tiba-tiba membuat Jeno terkejut.

"Enak sekali ya mesra-mesraan disini. Tidak ingat kalau kamu belum mengerjakan tugas?" orang itu berkata dengan nada marah.

Dia adalah Mark Lee, sahabat Jeno juga sekaligus teman sekelasnya. Sejak bel istirahat Jeno langsung menghilang dari kelas, bahkan saat mencarinya dikantinpun tidak ada. Akhirnya Mark mencoba mencari Jeno dikelas Renjun dan benar saja. Ia mendapati Jeno tengah bersandar dibahu Renjun.

Jeno merengut, ia sendiri juga baru ingat belum mengerjakan tugas Matematika. Iya, semalam juga dia lupa.

"Iya aku akan kerjakan sekarang." Jeno menjawab lesu.

"Bagus kalau begitu. Ayo kembali ke kelas."

"Sebentar." Jeno kembali menghadap Renjun. Dapat dia lihat Renjun tersenyum padanya, terlihat senyum yang mengejek. "Nanti pulang denganku ya. Tunggu sampai aku jemput, disini. Jangan kemana-mana. Aku kekelas dulu ya." Jeno mencium pipi Renjun singkat.
Membuat Mark mengerang jijik sementara Renjun sangat terkejut dengan ciuman tiba-tiba Jeno. Renjun merasakan pipinya menghangat, pasti pipinya merah.

"YAAAAK!"

Sebelum mendapat pukulan dan omelan Renjun. Jeno lebih dulu pergi dan menarik Mark dari hadapannya.
Sepanjang perjalanan, Jeno hanya tertawa dan membuat Mark menggelengkan kepalanya. Jeno itu, kapan warasnya?

***

Ga nyambung? Ga seru? Iya maklum, bikinnya cuma sebentar dan ga diedit lagi wkwkwk

Gatau tiba-tiba kepikiran Jeno yang manja terus pengen nempel-nempel terus sama Renjun wkwk.

Jeno tuh ya, katanya masih disekolah taunya nyosor juga wkwk

Thanks for reading, jangan lupa voment 💕💕

Memahamimu. [NoRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang