When Dream Met Reality

357 5 1
                                    

[Disclaimer: story made by Naomie, free translated by me with author permission]

———————————–

Aku bertemu dengannya tanpa sengaja.

Di pagi yang dingin di penghujung musim gugur, aku berjalan menelusuri Korean Town. Bukan  karena keinginan sendiri, tapi keharusan.
Aku sudah berjanji pada salah seorang teman untuk membawakannya Soju --  minuman beralkohol khas Korea.

Langkahku bergegas menuju sebuah Minimarket Korea yang sebelumnya sudah pernah kulihat karena ada tanda ‘Soju dijual di sini’ di depan etalase tokonya.

Begitu masuk ke dalam aku terdiam sejenak. Di rak khusus Soju ada begitu banyak jenis Soju berderet-deret mengintimidasi orang sepertiku yang tidak begitu banyak tahu tentang soju.  Kupikir selama ini, soju itu cuma yang botolnya hijau saja seperti yang biasa kulihat di film-film Korea.

Keningku berkedut-kedut. Aku tetap tak bisa memutuskan mana Soju yang akan aku boyong pulang. Semua tulisan Korea yang tercantum di botol-botolnya tidak membantu sama sekali.

“Yang botolnya berwana emas punya rasa lebih manis” mendadak sebuah suara berat dan asing mampir ke telinga kananku.

Aku segera meraih botol tersebut dan bermaksud hendak mengucapkan terimakasih, ketika aku melihat seorang remaja bercelana baggy dan jaketnya yang seperti dua nomor lebih besar dari ukuran tubuhnya berdiri di dekatku.
Di lehernya sebuah head-set melingkar bagai kalung, sementara ia menggondol sebuah backpack besar. Dia terlihat lebih pendek dari tinggi sebenarnya gara-gara pakaian yang dikenakannya.

“Tahu darimana kamu kalau aku mencari yang rasanya manis?” Aku jadi lupa berterima kasih padanya.

“Soalnya dari tadi kulihat kau nampak kebingungan di depan jejeran soju yang botolnya bukan berwarna hijau” Katanya yakin.

“Ohh…Ok, thanks kalau begitu” Aku baru saja hendak meninggalkan bocah sok tahu ini ketika…

“Ucapan terimakasih diterima jika dengan itu-“ dagunya menunjuk botol Soju yang berwana hijau.

“Maksudmu?” Aku menatapnya dengan rasa tidak percaya.

“Kau mendengarku tadi kan?” Tangannya meraih botol tersebut dan tanpa permisi meletakkannya pada keranjang belanjaku.

“BRENGSEK!”

“Woah, aku tak menyangka reaksimu begitu berlebihan. Kau mau bikin panggung sandiwara ya di sini?” Kemudian Ia terkekeh sambil berlalu.

Insting pertamaku adalah; melempar balik botol Soju yang Ia masukan tadi ke keranjang belanjaku. Tapi seperti biasa, rasa penasaranku jauh lebih besar. Dengan kata lain, aku mulai tertarik dengan permainannya.

Setelah membayar seluruh isi belanjaan di kasir toko, aku menemukannya di luar sedang merokok.
Dentuman suara musik terdengar cukup jelas dari Head-setnya yang kini ia pasang di telinganya.

Aku reflek mengeluarkan rokok dari kantong jaketku ketika mencium aroma nikotin.

“Mentol?” dagunya mengarah ke rokokku.

“Bukan urusanmu”

Ia cuma tertawa. Head-setnya kembali Ia kalungkan.

“Boleh coba?” Aku sedikit terkejut melihat sepasang jari-jari lencir mengarah padaku.

“Oh, sekarang kau ingin bersopan-santun padaku?”

“Yeah, kalau minumanku tadi juga kau masukkan ke dalam daftar belanjamu, aku bisa saja menjadi sopan padamu” Matanya seperti bulan sabit terbalik ketika tertawa Telapak tangannya masih menengadah padaku.
Akhirnya kuberikan bungkus rokokku padanya.

ANTOLOGI HATI; Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now