7🔫

2K 123 2
                                    

5 Februari 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


5 Februari 2021

Sudah beberapa hari Jennie menghilang. Taeyong sudah menyerah untuk mencari gadis itu. Entahlah apa karna ia sudah lelah mencari, atau karna desakan keluarganya untuk menikahkannya dengan pilihan ayahnya ? Hanya Taeyong yang tau.

Disini, Jennie bersama Taehyung di Daegu. Tak disangka memang, pertemuan kedua mereka berjalan tidak elit. Dengan sedikit acara ranjang yang hangat...

Kenapa Taehyung bisa disini ?

"Tae, kemana aja lu ?"




"Tae, kemana aja lu ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Flashback

'Akhirnya bentar lagi gue lulus juga' senyum terus merekah di bibir Taehyung, pemuda jangkung itu ingin segera mengabari appanya di China. Memang appa seorang Kim Taehyung adalah pemilik bengkel sederhana di kota kecil. Eommanya ? Taehyung tidak tau, appanya tak pernah memberi taunya.

'Kenapa appa tak bisa dihubungi aishh' akhirnya ia menghubungi Park Jimin, salah satu bawahan appanya yang paling setia, ia seusia dengan Taehyung.

"Halo Jim, dimana appa, kenapa ga bisa dihubungi?"

"E-eh maaf Tae, appamu sakit, cepat kembali ke China"

'Appa sakit ?? Oh noo, aku harus pulang' . Memesan tiket paling pagi. Ia sudah di China, tapi apa ini, kenapa foto ayahnya berkalungkan karangan bunga dan kenapa ada abu disini. Tidakkk mungkin...

Jimin menceritakan semuanya tentang bengkel appanya yang di jual kepada tuan tanah dengan dijanjikan harga yang sangat tinggi. Tidak uang yang didapatkan malah sebuah pisau yang menancap di perut appanya. Tuan tanah itu mengarang cerita dengan menyebut bahwa Kim Daehyun mengakhiri hidupnya karna terlilit hutang. Brengsek...

Hancur sudah, benar benar hancur. Kini Taehyung sudah tidak punya siapa siapa.

"Siapa dia Jim, siapa yang mengakhiri hidup appaku ?"

"Park Chanyeol, Tae jangan melawannya. Dia tangan kanan Kim Junmyeon, dia yang mengendalikan kota ini. Kita tak bisa membuka kedoknya, butuh bertahun tahun untuk menyeretnya ke penjara" Jimin berkata dengan tegas.



 Kita tak bisa membuka kedoknya, butuh bertahun tahun untuk menyeretnya ke penjara" Jimin berkata dengan tegas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kim Taehyung perlu waktu, berpikir untuk melakukan tindakan selanjutnya. Ia tak sanggup pergi ke rumahnya, terlalu banyak kenangan bersama appanya. Maka ia menyewa sebuah kamar hotel yang sederhana. Ia berbaring di tempat tidur. Menghitung langit langit. Satu... Dua.. Tiga... Appa... Empat... Lima... Enam... Park Chaenyol... Tujuh... Junmyeon. Taehyung belum mempunyai rencana. Ia tak akan membiarkan Park keparat Chanyeol itu hidup mewah dengan darah appanya.

Taehyung meninggalkan hotel menjelang malam. Dirinya hanya berjalan mengikuti kemauan kakinya. Hingga sampai ke rumah gadai. Seorang lelaki berwajah sepucat mayat yang mengenakan kacamata duduk di belakang meja kasir.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Aku-- aku ingin membeli pistol"

"Pistol jenis apa? Kau tau, ada banyak sekali jenis pistol"

"Mungkin sebuah... Revolver"

"Kau ingin yang kaliber 32, 45, atau--?"

Taehyung belum pernah memegang pistol."Kaliber 32,"

Taehyung memperhatikan ketika pemuda itu bergerak menuju ke belakang dan kembali dengan sebuah pistol lengkap dengan sekotak peluru."kau tau cara menggunakanya ?"

"Ya kurasa"

"Aku memerlukan nama dan alamatmu untuk catatan kepolisian. Jadi namamu..." pemuda itu menatap menilisik

"Lee Jian"

"Alamat ?"

"Shanghai"

Saat Taehyung hendak keluar."Hei tuan" pemuda itu berteriak padanya. "Jangan lupa bahwa senjata itu terisi"




 "Jangan lupa bahwa senjata itu terisi"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pendek ya, maaf ya 😋

MINGGIR || TaeNieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang