Max berubah

756 11 0
                                    

"Sebentar el aku ambilkan baju, teh dan kompresan agar suhu badan mu stabil" kata max yang membuat ku semakin heran. Mengapa max berubah menjadi lelaki yang baik? Ah aku semakin dibuat pusing oleh perkara ini.
"Ini gantilah baju mu el" katanya sambil menyodorkan ku piyama yang sepertinya punya adiknya yang cowo. Setelah ganti baju, aku meminum teh hangat yang dibuat max. lalu max menaruh handuk dingin di dahi ku. Aku tertidur pulas dan tak sadar aku bangun pukul 10.00 pagi. Aku lihat disebelahku max sedang tidur dengan posisi duduk. Sepertinya dia menjaga ku semalaman.
"Eh el sudah bangun" katanya sambil mengecek dahi ku apa sudah turun panas nya atau belum.
"Sudah, matamu lelah sekali max"
"El badan mu masih panas, kita kedokter aja ya?"
"Engga max, aku mau pulang aja. Sepertinya diriku baik baik saja" sambil bergegas beranjak dari kasur. Namun aku terjatuh kembali.
"Dalam dan luar diri mu tidak ada yang baik baik saja marelle adelline"
Entah kenapa aku semakin deg degan mendengarnya menyebut nama lengkap ku itu.
"Baiklah max, aku menumpang dirumah mu dulu tidak apa? Ada siapa dirumahmu?" Tanya ku
"Kita" lagi lagi kata 'kita' itu keluar.
"Baiklah selain kita?"
"Ada pembantu dan supir ku. Keluarga ku sedang berlibur ke Belanda mengunjungi nenek ku"
"Kenapa kamu tidak ikut?"
"Tadinya aku memang ingin ikut. Tapi saat kami ingin berangkat kebandara. Aku melihat seorang wanita malang yang bodohnya bermain ayunan ditaman disaat hujan"
"Aku?" Jawabku dengan kaget
"Iya, tadinya aku hanya ingin menyapa dan menanyakan kenapa kamu disini. Tapi tiba tiba kamu pingsan. Aku langsung minta izin kepada mama dan papa ku untuk tidak ikut bersama mereka"
Aku bingung harus jawab apa, aku sedikit salah tingkat setelah mendengar kata kata itu.
"Kenapa kamu sangat peduli max?setauku kamu tidak peduli sekitar mu" sambil meledeknya sekalian mencairkan suasana yang sempat membuat ku super deg-deg an.
"Kamu hanya menilai sisi buruk ku saja el. Akan kuambilkan makanan dan obat untuk mu. Wait a minute"

Akhirnya aku masih beristirahat dirumah max, aku sudah menelfon mama ku dan aku bilang bahwa aku sedang menginap dirumah lessy karena aku tidak mau membuat mama ku kepikiran. Lantas astaga ini tanggal 14. 3 bulan yang lalu disiang hari seperti ini ada seseorang yang menginvite ku dan pergi begitu saja. Air mata ku tanpa sadar mengalir lagi. Aku tidak bisa melupakan semua kenangan ku padanya. Tapi kenangan itu engga memiliki bukti apapun. Untung Handphone ku tidak rusak terkena hujan. Siapa tau kamu akan invite aku lagi kan vin? Aku menangis semakin menjadi. Entahlah, sebenernya lebih banyak pedihnya dibanding sukanya.
"El, sudahlah el jangan terus begini. Makan bubur mu lalu obatmu" kata max yang tiba tiba masuk kamar membawakan semangkuk bubur ayam,susu,air putih dan obat. Aku langsung memeluknya dan terus menangis.
"Kalau kamu mau meluapkan amarahmu, pukul saja aku. Mungkin itu akan membuat mu membaik. " katanya yang ah membuat ku semakin salah tingkah. Aku akhirnya memukul badan max sebagai tanda kekesalan ku. Tanpa ku sadar aku tertidur dipelukannya mungkin akibat obat yang kuminum tadi. Entah kenapa aku merasa sangat nyaman dipelukannya. Aromanya yang sangat wangi dan wajahnya yang sangat mempesona itu membuat ku semakin tersipu. Aku tidak langsung bangun. Aku masih ingin dipelukannya.

"Cantik" satu kata yang keluar dari mulut max yang masih mengira aku tertidur. Max mengelus rambutku seperti tidak ingin aku bangun dari tidurku. Akhirnya aku bangun

"Max?maaf aku merepotkan mu"
"Gapapa, aku cukup pegal menjadi sandaran mu sejak sejam yang lalu. Untung kamu tidak lama tidurnya"
"Hehehe"
"Max, lessy apa kabar? Aku jadi rindu padanya. " tanya ku
"Aku gak tahu" jawabnya ketus. Raut wajahnya sangat menggambarkan kekecewaan.
"Kenapa max?"
"Setelah kamu berlari dari cafe itu.  Dia membuat pengakuan juga pada ku. Bahwa ia telah menerima tara menjadi kekasihnya.
"APAAAAA!!!???" Aku sangat kaget. "Lessy? Sama tara? Tara anak ips2 yang digilai banyak kaum hawa disekolah?"
"Iya marelle adelline" lagi lagi suaranya membuat ku deg-deg an.
"Lalu? Apa kabar hati mu max? Kenapa kamu tidak sesakit aku?"
"Mungkin aku sesakit mu. Tapi kalau aku sesakit mu siapa yang akan memberi kekuatan pada mu? Masa kita sama sama tersakiti?" jawabnya dengan tertawa. Aku tau itu hanya lelucon.
"Aku tau el kalau Tuhan punya banyak rencana yang begitu indah. Aku tau semua yang terjadi sudah menjadi rencana Tuhan. Mungkin awalnya akan kecewa. Tapi bahagia dan sedih itu satu paket kan el?" Jawabnya yang kini serius
Waktu meunjukan sudah pukul 04.57 sore. Aku bergegas pamit pulang. Aku takut mama ku cemas.
"Aku antar ya el"
"Gausah max kamu sudah terlalu banyak ku repotkan. Padahal kamu juga butuh penguat saat ini" jawabku
"Ayolah cepat sebelum aku menyuruh mu untuk tetap disini" katanya sambil tersenyum licik
"Baiklah tuan maxwell"

Sesulit mengikhlaskan muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang