e g o (1)

9 2 1
                                    

Wahai Fattah,

Ketahuilah sesungguhnya aku sangat senang ketika kau mengirimkanku pesan. Aku akan tersenyum bahagia setiap kau kirim pesan singkat.

Aku senang kita berteman, rasanya ada banyak sekali kecocokan diantara kita. Begitu menyenangkan mengobrol dengan banyak persamaan.

Aku senang, ketika diantar pulang olehmu, menghemat uang saku, menghabiskan waktu mengobrol denganmu, dan menertawakan berbagai hal lucu yang kita temui di jalanan.

Hingga lama kelamaan aku pun sadar, pertemanan ini sudah habis ceritanya, aku dan kamu mulai saling mencinta.

Kepedulian dan pengakuan akan kasih sayang yang kita ucapkan, sudah cukup untuk memberi gambaran betapa indahnya hari yang kujalani bersamamu.

Aku menyayangimu, sungguh menyayangimu. Kau bilang kau juga begitu bukan?

Rasanya bertambah indah ketika kita saling mencintai. Walau belum ada status yang pasti, tapi tetap saja setiap momen bersama selalu enak untuk dinikmati.

Namun, ketika hampir genap 6 bulan.

Tampaknya, aku mulai kau jauhi. Tidak ada kasih yang kulihat dimatamu lagi. Setiap bertemu, kamu pun berlari.

Kurasa mungkin ini saatnya kamu memutuskan untuk pergi? Entah apa alasanmu meninggalkanku, akan kuusahakan untuk kuhargai.

Ketahuilah, Fattah. Aku menangis di lantai kamarku. Rasanya dingin sekali, tapi begitu lesu untuk meringkuk ke kasurku ataupun mengambil selimutku.

Aku sedih. Sangat sedih. Semuanya kelabu ketika kamu pergi.

Sampai akhirnya, aku pun tau bahwa kamu memang sudah tidak mencintaiku lagi. Sudah ada yang baru dihatimu. Membuatku tambah sedih lagi, karena tak butuh waktu sama sekali, kamu memang sudah mendekati orang lain sembari ketika dekat denganku.

Kamu bukan brengsek. Kamu orang yang baik. Aku tau itu, aku tau kamu. Mungkin ini semua hanya karena aku yang memang tidak cukup dimatamu. Tapi tenang saja, aku mengerti.

Terimakasih untuk semuanya, dan maaf pula untuk semuanya.

s e n d uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang