Problematika Kurikulum 2013

29 1 0
                                    

Di tengah kritik tajam berbagai elemen masyarakat, sepertinya pemerintah tetap teguh pada pendiriannya, menjalankan kurikulum 2013. Meski pelaksanaan awalnya terbatas pada sekolah-sekolah tertentu. Barangkali ini adalah cara pengambil kebijakan mengambil jalan tengah. Dilaksanakan secara terbatas, atau keseluruhan, ini hanya persoalan waktu, intinya tetap, kurikulum 2013 tak bisa ditawar dan akan tetap diberlakukan.

Kurikulum ini diyakini berdasarkan prinsip pedagogi modern, yakni menggunakan pendekatan scientific. Kompetensi siswa pun tidak hanya pada ranah pengetahuan, namun juga pada ranah sikap dan ketrampilan. Ketiganya diukur melalui penilaian otentik. Dengan demikian siswa memperoleh kemampuan belajar secara lebih komprehensif.

Realitas social sebagai pijakan kebijakan

Kondisi masyarakat negeri ini saat ini, diyakini sebagai alasan kenapa kurikulum 2013 perlu dihadirkan. Kurikulum ini dipercaya adalah 'solusi' bagi berbagai persoalan bangsa yang kini sedang mendera. Mental masyarakat yang korup, mau menang sendiri dan rendah tanggungjawab adalah realitas yang membutuhkan solusi. Pendidikan dapat dikatakan 'gagal' menanamkan rasa jujur, tanggungjawab, toleran dan nilai-nilai positif lainnya. Mentalitas korup terlanjur dan terus terserap ke dalam struktur social, pelakunya tak peduli tingkatan. Ironisnya sekian banyak pelakunya adalah insan-insan terdidik.


Pendidikan moral, dipandang sebatas pengetahuan. Tanpa kecapakan dalam melakukan implementasi. Pendidikan agama, baru diajarkan pada tataran teori dan ritual, belum sampai pada bagaimana keberadaannya dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Ada dikotomi antara teori dan praktik, terlebih pendidikan baru mengedepankan pada ranah kognitif (pengetahuan). Sikap yang merupakan pondasi, baru sebatas kepentingan administratif. Pada kurikulum 2013 itu diharapkan tak terjadi lagi. Sebab pada prosesnya, antara sikap, pengetahuan dan ketrampilan dijalankan secara berimbang. Bahkan sikap dibelajarkan dalam semua mata pelajaran.


Di aras ide, apa yang dilakukan pemerintah sesungguhnya sangat baik dan memang harus demikian. Karena bagaimanapun, masyarakat terus berkembang dan dunia pendidikan dituntut mengikutinya bahkan mengarahkan laju perkembangan tersebut. Pendidikan adalah pandu bagi masyarakat, kemana mereka melangkah. Pada kepentingan ini, pendidikan tak boleh tertinggal dan kurikulum berperan sangat besar di dalamnya. Perubahan kurikulum, adalah sesuatu yang wajar.


Bagaimapun, sebuah kurikulum tak boleh mengasingkan peserta didik dari masyarakatnya. Sebab dari masyarakat dan kepada masyarakatlah nantinya peserta didik kembali. Profil lulusan tak boleh gagap pada lingkungannya. Sehingga kurikulum yang baik, harus senantiasa menjadi solusi pada persoalan-persoalan yang terdapat di masyarakat. Kurikulum 2013 pun diyakini demikian.


Hasil dari apa yang dilakukan saat ini memang tidak langsung terlihat, namun pemerintah yakin pada mereka yang kini dididik menggunakan kurikulum 2013 akan menjadi generasi emas. Optimisme semacam itu, boleh-boleh saja. Kebijakan, jelas memerlukan tujuan. Tetapi pemerintah juga memerlukan hitung-hitungan lain dalam melihat proses demi suksesnya tujuan dari pemberlakuan kurikulum ini. Bukan persoalan teknis di lapangan semata, namun lebih daripada itu.

Membangun Identitas Melalui PendidikanWhere stories live. Discover now