Chapter 3

9 1 0
                                    


Jalanan Seoul malam ini terbilang cukup padat. Aku sudah sangat jarang keluar malam sebulan belakangan ini. Entah kenapa aku seperti tak ingin keluar malam lagi, rasanya aku ingin menenangkan segala pikiran dan hatiku di apartmen saja. Namun terpaksa malam ini aku harus pergi keluar, bukan berjalan-jalan , tapi pergi ketempat yang tidak begitu aku sukai.

Taksi yang kutumpangi akhirnya sampai didepan bangunan dengan logo angka IV (empat) romawi dan 'Four' di bawah angka romawi tersebut. Setelah selesai membayar biaya taksi , aku segera keluar dari taksi dan mengambil ponsel di tas ku. Mencari panggilan terakhir dan menelefon kembali panggilan tersebut.

"Sunbae, aku sudah sampai. Aku ada di luar." Pungkasku setelah telefon diangkat, terdengar samar-samar suara musik yang sedikit berisik ditelingaku dari sana.

"Masuklah! Kau kan pernah kesini." Jawab Na Ya sunbae lalu memutus sambungan tersebut.

Aku sungguh malas sekali memasuki tempat ini, bersenggolan badan dengan orang-orang asing yang sedang menikmati alunan musik aneh yang juga asing bagiku telingaku. Aroma alkohol yang berlebih dari tubuh mereka. Lampu yang terus saja berganti warna membuat mataku pusing. Tak peduli jika aku terlihat norak atau kampungan. Aku benar-benar tidak suka suasana seperti itu.

Dengan langkah berat , aku memasuki bar tersebut. Seperti dugaanku, begitu banyak manusia yang sedang bergoyang mengikuti irama, begitu banyak wanita dengan pakaian minimnya. Begitu banyak pria dengan mata keranjangnya, sedang asyik bergoyang dibelakang tubuh wanita-wanita itu yang aku yakin , mereka bahkan tak saling mengenal. Aroma alkohol jelas sekali ku hirup, membuatku harus menutup hidung dan mulutku. Sialnya aku bahkan tak tahu di mana Na Ya dan Soo In berada. Aku hanya asal berjalan menuju tangga, aku ingin segera bebas dari lantai tersebut. Kunaiki anak tangga dengan cepat, dan munculah sosok Na Ya sunbae di depanku. Sepertinya dia hendak menjemputku dibawah , namun aku sudah sampai di atas. Ia menarikku menuju tempat dimana dirinya dan Soo In berada.

Terlihat wanita yang kukenal sedang menangis tersedu-sedu diatas sofa. Ia duduk terkulai lemas dengan keadaan yang kacau. Badannya bergetar hebat menandakan tangisannya cukup kuat. Ia sesenggukan dengan sesekali mengusap cairan yang membasahi hidungnya. Aku berlari ke arahnya dengan panik. Apa yang sebenarnya terjadi pada Soo In?

Aku memeluknya , seraya mengusap pundaknya. Tangannya membalas pelukanku. Ia kembali menangis dengan hebatnya. Na Ya sunbae membuka mulutnya dengan mengucapkan 'J-A-Y' tanpa suara padaku yang berarti ia menangis karena ulah laki-laki blasteran bernama Jay itu.Aku pun mengangguk mengerti. Dengan perlahan kulepas pelukanku, kutatap Soo In yang sudah sangat kacau. Maskara dan eyeliner luntur disekitar matanya. Gincu yang ia kenakan sudah tak lagi utuh.

Kuselipkan suraian coklat dibelakang telinganya. Dengan lembut dan tenang aku mengusap tangannya. Bahkan sebelum dia bicara, aku seperti sudah mengerti apa yang terjadi. Melihat Soo In seperti ini mengingatkan ku pada aku satu bulan yang lalu. Begitu rapuh, dan aku benci kenyataan itu.

"Apa yang terjadi? Apa yang dia lakukan? Ceritalah pelan-pelan." Pintaku perlahan.

Ia diam sejenak seperti mencoba meredakan isakannya. Wajahnya yang menunduk kini semakin menunduk seperti ia sudah berjaga-jaga jika tangisannya akan pecah kembali. Ia mengambil nafas dalam dan panjang , menyiapkan segala kalimat yang akan ia utarakan padaku.

"Sepulang dari cafe ,aku memutuskan untuk menemui Jay di apartmennya. Kami sudah hampir satu minggu lebih tidak saling berkomunikasi, karena Jay marah padaku saat itu jadi dia memintaku untuk tidak menguhubunginya dulu. Aku pun mengiyakan.." Soo In kembali sesenggukan. Aku sudah dapat menebak apa yang Jay lakukan kali ini.

"Rencananya aku ingin meminta maaf padanya tadi , namun saat aku sampai di apartmennya..." Air mata menetes kembali dengan perlahan diwajah Soo In. Refleks aku mengusap punggung tangannya.

"Apartmen nya tidak dikunci, aku masuk dan menemukan dirinya tengah melakukan 'itu' dengan wanita lain!" Soo In menekankan pada 'wanita lain' di ujung ceritanya , dan tangisanya kembali pecah. Kali ini tangisannya tak berhenti, aku tak berniat untuk menyuruhnya berhenti menangis. Aku ingin kali ini dia menangis untuk terakhir kalinya. Aku tau apa yang ia rasakan, aku mengerti sesesak apa dadanya saat ini, seperih apa hatinya saat ini, bahkan aku mengerti selelah dan seberat apa mata nya saat ini. Sehingga kali ini kubiarkan dia melepas segala isakannya,sehingga tak tersisa setetes lagi untuk pria itu. Aku pernah ada dimasa itu. Masa dimana aku hanya mampu menangis dan menangis hingga aku lelah. Berharap ketika aku bangun di keesokan harinya , sebuah hal yang membuat ku menangis hanyalah ilusi ataupun mimpi. Hanya berharap.

"Malam ini, kita tidur di rumah Soo In." Ucap Na ya sunbae. Tanpa ragu aku mengiyakannya. Yah, malam ini Soo In tak boleh sendiri, dia tak boleh seperti aku waktu itu. Ia harus membagi sakitnya, membagi perih dan sesak didadanya.

-

Tadinya Soo In merengek ingin minum alkohol , namun dengan keras aku dan Na Ya sunbae melarangnya. Akhirnya ia pasrah dan karena tubuhnya yang sudah lelah ia pun terlelap dipangkuanku. Na Ya sunbae memanggil salah satu security bar untuk membopong Soo In ke mobil Na Ya sunbae. Ia memintaku mengantarkan Soo In pulang dengan mobilnya. Dan ia yang akan membawa mobil Soo In.

Aku mulai menghidupkan mesin mobil dan perlahan melintasi jalanan Seoul di malam selarut ini. Banyak sekali bintang di luar sana, seandainya Soo In tersadar , ia pasti akan sangat senang dengan hanya melihat begitu banyak bintang dilangit. Langit memang begitu cerah malam ini, namun tak secerah kisahnya malam ini.

Kutengok Soo In disampingku yang sedang tertidur pulas. Aku harap ia tak seperti ku yang akan terpuruk karena dikhianati kisah konyol itu. Ia pasti akan kembali menjadi Soo In tanpa beban diesok harinya. Aku benar-benar percaya itu, karena Soo In bukanlah aku.

Kamipun akhir nya sampai didepan kediaman Soo In. Ku tuntun badanya untuk keluar dari mobil dengan perlahan. Ternyata Soo In berat juga.

"Mana kuncimu?" Aku menggeledah tas berlogo chanel milik Soo In , mencari letak kuncinya berada. Setelah berhasil menemukannya aku dengan segera membuka dan mebawanya ke kamarnya. Rumah Soo In begitu sepi, sepeninggal kedua orang tuanya kini ia hanya tinggal dengan kakaknya. Namun kakaknya sangat sibuk ,membuatnya tak pernah mendapat perhatian dari keluarga. Dengan kasar aku menjatuhkannya ke ranjang tidurnya. Seketika badanku terasa sangat pegal. Beginilah jadi nya karena tidak pernah berolahraga ? Atau karena memang Soo In yang berat. Sarkasku.

Beberapa menit kemudian terdengar suara orang menutup pintu yang tak lain adalah Na Ya sunbae. Ia datang dengan membawa plastik makanan di tangan kanannya. Padahal ini sudah tengah malam, namun Na Ya sunbae akan berhasil membuat ku menaikan berat badan.

"Kenapa kau membawa makanan sebannyak ini? Siapa yang akan makan? Soo In kan tidur." Kuhampiri sunbae yang baru saja menjatuhkan badannya di sofa.

"Biarlah, nanti kalau dia sudah bangun juga dia yang akan habiskan." Jawab Sunbae dengan melirik kamar Soo In.

"Ternyata Jay lebih brengsek dari yang kukira." Gerutuku tiba-tiba.

"Akan kubunuh dia jika aku melihat wajahnya!" Tambahku membuat Na Ya sunbae terkekeh.

"Aku sudah mengira akan seperti ini." Ucap Na Ya sunbae, ia mulai mengeluarkan makanan yang dibelinya sayu persatu dari kantong plastik. Sangat menggiurkan, membuatku sedikit lupa tentang kesedihan yang dialami Soo In. Setelah kenyang dengan segala macam camilan dan minuman bersoda, kami pun ambruk dan terlelap tidur di ruang tamu Soo In.

______________________________________________
Don't forget to vote and comment if you done with this chapter.
See you in next chapter!

@yakultecer








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Come Find Me - Jung JaewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang