Awal Kebencian

6 3 0
                                    

Brukkk~

"aww" ringisan Nada saat kepalanya membentur pintu loker Laras. Ia mengusap pelan dahinya yang memerah dan sedikit memar. Laras tertawa terpingkal-pingkal ketika melihat Nada yang meringis sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Tai lo, Ras. Udah tau gue diri di depan loker lo. Lo malah sengaja buka pintu loker. Kena deh dahi cantik gue jadinya"

"Dahi cantik pala lo. Lo aja bego. Udah tau gue mau ngambil buku. Bodohnya lo diri di loker gue" Nada merenggut kesal, menatap datar ke arah Laras. Sedangkan yang di tatap tetap asik mengambil buku dalam lokernya

"Kelas yuk. Gue udah kelar nih ambil buku. Lo ga ambil?" Tanya Laras seelah mengunci loker dan menyimpan dalam saku seragam.

"Kagak. Males gue. Berat tau Ras"

Laras menatap datar Nada, dan mulai meninggalkan Nada yang masih kesal terhadapnya. Nada memanggil-manggil Laras. Namun, bukan mendengarkan panggilan Nada. Laras malahan mempercepat langkah kakinya. Sambil terkikik geli.

Nada menghentakkan kakinya kesal. Ia berjalan tak tentu arah, entah apa yang terjadi pada Nada, sehingga ketika ia berjalan ia menabrak sesuatu yang keras.

"Aduh. Sial banget deh gue" kelunya.

Ia mendongak, ia menatap kesal kearah laki-laki di hadapannya ini.

"Eh lo harusnya tu jalan pake mata dong. Liat nih sakit dahi gue. Dasar tai kambing lo"

Laki-laki itu tidak mengubris ucapan Nada. Ia malah diam sambil menatap Nada datar dan dingin

"Bisa ngomong ga sih? Atau lo bisu? Eh kalau bisu kok bisa masuk sini? Pake orang dalem lo ya? Okeoke gue aduin ke yayasan deh biar lo di keluarin dari sekolah ini"

Laki laki ini yang bernama Raga menatap tajam ke arah Nada yang berbicara tanpa di kontrol dulu. Tanpa di duga, Raga menarik kasar pergelangan tangan Nada. Gadis itu memekik. Bukannya kasihan Raga semakin mengeratkan cekalannya.

Sampai di rooftop Raga melepaskan cekalan tangan mungil Nada. Nada menatap penuh kebencian dan marah, ia mengelus pergelangan tangannya yang memerah dan sedikit membiru

"Kasian kali kamu tangan, ntar smpe di rumah aku obatin ya. Sekarang kita kasih pelajaran sama cowok songong ni yaa" ujar Nada bodoh.

"Lo harus tanggung jawab. Tangan gue biru gini. Lo harus bawa ke rumah sakit. Kalau ga gue aduin ke polisi biar lo masuk penjara" ancaman Nada.

"Terserah lo gue ga peduli." Ujar Raga dingin.

"Lo-"

"Gue udah capek denger omong kosong lo dari tadi little girl. Sekarang lo yang dengerin gue. Nama gue Raga Alfa Dirgantara. Gue anak pemilik yayasan dan pewaris sah Dirgantara Corp. Lo jangan pernah macem macem sama gue. Gue bakalan ngelakuin apapun yang gue mau. Kapan perlu gue bisa ngeluarin lo, lo mau itu terjadi?"

Mendengar itu Nada bergidik ngeri. Di keluarkan dari sekolah? Ia baru jadi siswa baru masa baru sekolah 2 bulan sudah keluar saja. Kecewa lah ayah bundanya. Nada hanya memberi gelengan sambil menatap sepatunya takut

Raga mengeluarkan evil smirknya.

"Maka dari itu, gue peringatin. Ini untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Jangan gangguin gue dan jangan ngelakuin apa yang ga gue suka. Karna lo tau kan apa yg bakalan terjadi?"

Nada menganguk patuh. Tetap menunduk dan tak berani menatap nyalang Raga seperti tadi. Raga menarik dagu Nada, sehingga ia bisa mengamati wajah gadis di depannya ini dengan leluasa.

Cantik batin Raga. Bagaimana tidak cantik, wajahnya yang chubby, mulus tanpa ada noda sedikit pun. Mata yang bulat, bulu mata yang panjang dan lentik. Dan bibir mungil bewarna pink cherry alami menambah kecantikan Nada.

Nada yang dilihat begitu intens, malah mendadak gugup. Ia memalingkan kepala nya ke arah lain. Agar degub jantung nya tak secepat ini. Raga malah menarik dagu Nada pelan dan menatap ke arahnya, entah setan apa. Di sengaja atau tidak, Raga mulai mendekatkan wajahnya, dan

Cupp~

Bibir Raga menempel dengan sempurna di bibir mungil Nada. Nada terlonjak kaget dan tubuhnya mendadak bergetar. Ia mendorong dada Raga keras. Sehingga Raga hampir saja terjungkal kebelakang. Lalu dengan lantangnya Nada menampar pipi Raga, bekas kemerahan dan jejak jari melekat sempurna pada pipi mulus milik Raga

Nada mulai terisak, ia menatap benci Raga. Ia sangat membenci Raga

"Hate you! Hate you!!!"
Raga diam. Ia memejamkan matanya ketika gadis itu berlari dan menjerit keluar dari rooftop. Raga mengacak rambutnya kasar, ia frustasi. Memang.

Kebencian Nada di mulai hari ini, pertemuan yang tidak terduga, hal yang tidak pernah ia inginkan, dan apa yang ia jaga selama ini telah di rebut oleh laki-laki asing. Ia benci Raga sangat membenci.

Find The Beauty In EverydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang