Masuk Istana

422 15 0
                                    

         Nyimas mendapat kamar yang luas dua kali lipat dari kamar yang ia miliki di rumahnya. Semua telah tersedia, sepertinya ini kerajaan yang jaya,  untuk yang hanya sekedar penari saja sudah seperti seorang putri, Nyimas tersenyum memasuki kamar barunya, tiba-tiba dari depan pintu seseorang berucap.

"Jangan terlalu senang wong kampung!!! Mungkin nasibmu tidak akan seindah kamar ini slama ada aku di sini hahaha" ternyata itu adalah wanita penari yang tidak menyukai Nyimas.

Tetapi Nyimas tetap bersikap tenang.

         Kerajaan mengadakan pesta dalam istananya, perayaan kemenangan Putra mahkota yang pulang ke Istana dan telah memenangkan peperangan dan penari-penari pun di siapkan untuk menyambut Putra sang Raja.

         Baju yang mereka kenakan lebih indah, dandanan dan hiasanya juga lebih cantik, malam itu kerajaan tampak meriah, iringan gamelan dan tarian para penari bagaikan gerakan kupu-kupu yang mengitari bunga... Putra mahkota yang duduk di singgahsana bersanding dengan Raja dan Ratu terpukau dengan tarian itu.

         Putra mahkota tersenyum, pandangan matanya tidak berkedip ketika matanya meraba salah satu penari yang posisinya berada di barisan tengah paling depan..., Nyimas..., Raden terus menatapnya dan tersenyum, Nyimas mulai agak gugup mungkin karena ini pertama kalinya ia pentas di depan keluarga Raja.

         Meski sedikit rasa canggung tapi malam itu pementasan pertama berjalan dengan lancar Raja dan semua yang hadir merasa sangat terhibur.

         Usai menari Nyimas keluar dari ruangan tapi belum masuk ke kamarnya aku melihat Nyimas sedang mencari-cari sesuatu. Nyimas menunduk berjalan menyusuri lorong yang dilewatiny tadi, dan setelah aku amati ternyata suweng (anting) Nyimas hilang satu.

"Nyimas" suara laki-laki menyapanya.

         Nyimas terkejut lalu berbalik menoleh ke belakangnya, matanya terbelalak ketika tahu Nyimas sedang berhadapan dengan Putra Raja wajah Nyimas memerah lalu tertunduk.

"Ampun..., Raden" ucap Nyimas lembut dan gemetar lalu melangkahkan kakinya​ dengan cepat.

"Tunggu Nyimas..., Ada sesuatu yang ingin aku kembalikan" ucap Raden.

Langkah Nyimas terhenti, dan Raden medekatinya.

"Bukankah ini yang kamu cari? Aku menemukanya di ruang tadi" ucap Raden.

Mata Nyimas tertuju pada suweng di tangan Raden, lalu perlahan mengambilnya.

"Terimakasih Raden..., Hamba mohon undur diri" ucap Nyimas.

         Nyimas berlalu, menuju kamarnya lalu menutup pintu rapat-rapat jantungnya berdegup kencang, bukan karena berlari tapi karena menatap wajah putra mahkota yang tampan dengan dekat.
Inilah awal cinta mereka tumbuh.

         Semakin hari rasa mereka makin berbunga, cemas jika tidak bertemu meski sekejap saja. Selama ini mereka menyampaikan rindu hanya dengan​ saling memangdang satu sama lain.

         Nyimas pergi ke taman kerajaan untuk memetik bunga.
Dan di sana ia bertemu dengan Raden, kali ini Nyimas tidak menghindar lagi saat berhadapan dengan Raden.
Radenpun mendekat.

"Nyimas..., Tarianmu begitu indah, apakah kamu mau memperindah lagi dengan ini" ucap Raden sambil menyodorkan selendang beronce Emas.

"I..., Ini indah sekali, apa ini untuku?" Tanya Nyimas berbinar-binar.

"Iya..., Ini untukmu dan aku harap kamu mau memakainya untuk menari malam nanti" jawab Raden.

         Nyimas merasa senang dan mengiyakan permintaan sang Raden. Selendang itu sangat cocok untuk Nyimas warna selendangnyapun berbeda dengan selendang para penari lainnya, Nyimas berselendang ronce emas.
Dan itu membuat si penari yang tidak suka dengan Nyimas semakin iri.

"Dari mana kamu mendapatkan selendang itu?!" Cetusnya.

"Aku mendapatknya dari Raden kangmbok, ini hadiah darinya" jawab Nyimas.

"Berikan padaku !!" Sentak kangmbok itu.

"Tidaak..., Jangan kangmbok, Aku mohon jangan...!" Teriak Nyimas.

         Selendang itu barang yang spesial bagi Nyimas, Nyimas tidak merelakan selendangnya dirampas, terjadilah saling tarik menarik hingga selendang itu robek dan terpencar roncenya..

         Kangmbok penari itu tertawa puas karena berhasil merusak selendang itu. Nyimas menangis pilu barang yang istimewa itu telah rusak. Ia memunguti roncenya, dan berfikir.

"Bagaimana ini, selendangku telah rusak!" ucap Nyimas terisak.

         Malam itu Nyimas tidak bisa tertidur karena selendang yang mampu mengobati rindunya terhadap sang Raden telah rusak. Akhirnya Nyimas mendapatkan cara untuk menambahkan payet pada bagian yang sobek lalu memasang roncenya kembali..
Ternyata tidak sia-sia selendang Nyimas semakin terlihat indah, dan cantik.

         Abdi dalem kepercayaan Raden menemui Nyimas dan menyampaikan satu pesan bahwa Raden menunggu Nyimas di pasar dekat desa. Nyimas mencari alasan agar bisa keluar istana dan ijin ke pasar ingin membeli sesuatu yang penting.

         Setelah mendapat ijin Nyimas bergegas menemui sang Raden yang kala itu menyamar menggunakan baju seperti orang desa, Raden menyamar agar tidak di kenali oleh para prajurit yang mengawasi pasar.

Mrekapun bertemu lalu berjalan hingga sampailah di pinggir sungai yang terdapat bunga-bunga indah di sana.

"Bukankah kau sangat menyukai bunga Nyimas?, selain itu aku membawamu ke sini ada suatu hal yang ingin ku sampaikan" ucap Raden dengan mimik wajah yang serius.

"Apa itu Raden,? Apa hamba membuat kesalahan?" Ucap Nyimas.

Jantung Nyimas berdegup kencang...

"Ya..., Kau membuat kesalahan yang teramat besar" ucap Raden mulai serius.

"A..., Ampun Raden..., Hamba bersedia menerima hukuman apapun untuk kesalahan itu, tapi jika di perbolehkan tahu apa kesalahan hamba Raden? Mohon ampun" ucap Nyimas mulai bergetar..

"Kesalahanmu adalah telah membuatku jatuh hati padamu dan kamu telah menyiksaku dengan rasa rindu jika sehari saja aku tak berjumpa denganmu," ucap Raden menatap dalam Nyimas.

         Nyimas tertegun tidak di sangka Raden mengucapkan hal itu, hal yang sama seperti apa yang Nyimas rasakan selama ini, tapi tidak brani mengungkapkan karena Nyimas hanya sebatas wanita penari..., Nyimas bahagia sekaligus takut dan bingung. Jawaban apa yang akan Nyimas berikan. Sedangkan jika Raja tahu pasti akan tamat riwayatnya...

Tapi inilah cinta tidak satupun orang yang bisa menghentikannya termasuk Raja ataupun kematian.

"Tetapi Raden..., Hamba hanyalah seorang pelayan kerajaan pekerjaanku menari, menghibur dalam acara kerajaan apakah pantas? Bagaimana jika baginda Raja tahu akan hal ini," ucap Nyimas bergetar.

"Kita pikirkan nati..., Untuk yang pertama..., Apa kau mau menerimaku Nyimas​?"

     Jantung Nyimas berdegup kencang, bibirnya tak bisa berkata apapun, Nyimas menjawab dengan menganggukan kepalnya  berlinang air mata kebahagiaan.

Sang Penari Dan Putra Mahkota RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang