Cinta Dibawa Mati

363 15 0
                                    

Setelah sidang itu Raja langsung membuat keputusan akan menikahkan putranya besok.

"Apa? Besok?
Rhomo ini tidak adil..., Ananda.."

"Diam kau...!, Jangan coba-coba mengingkari kesanggupanmu atau akupun akan mengingkari janjiku" jawab Raja.

Apalah daya, Raden diliputi dilema dan kepedihan teramat dalam.
apakah ini hukuman dari cinta? Cinta suci tapi terbatasi oleh tahta,seandainya aku terlahir sbagai rakyat biasa mungkin aku akan bersatu dengan cintaku. Ucap Raden dalam Renungannya.

Semua telah dipersiapkan hari itu juga, untuk pesta pernikahan Raden besok.
Nyimas duduk meringkuk di balik penjara istana, tiba-tiba Nyimas mendengar seseorang membuka gemboknya.

Nyimas terkejut ternyata itu sang Raja mendatangi dirinya.

"Oh Sanghyang..., Apa ini akhir dari riwayatku? jika memang demikian aku rela mati dengan membawa cinta ini" ucap Nyimas.

"Aku tidak akan membunuhmu!, tapi aku memberi kesempatan kepadamu sebelum kau aku kembalikan dengam selamat! aku ingin kau menari yang terakhir kalinya​ di acaraku besok malam.." ucap Raja.

Rajapun berlalu..., Nyimas di bebaskan dan kembali ke kamarnya. Hatinya senang karena meski Nyimas akan pergi dari istana, ia akan bertemu Raden besok meski entah kapan lagi Nyimas akan bertemu selanjutnya.

Nyimas tidak tahu bahwa acara yang dimaksud oleh Raja adalah pernikahan sang Raden dengan Putri dari kerajaan lain. Nyimas berdandan semaksimal mungkin untuk terakhir kalinya menari di istana.

"Sepertinya ini acara yang istimewa meriah sekali, lantas di mana penari yang lain?" Tanya Nyimas kepada abdi dalem.

"Iya ini istimewa!, karena hanya kau yg akan menari Nyimas, jadi tolong menarilah dengan seindah-indahnya hahaha" Ucap kangmbok dengan sinis.

Nyimas terdiam penuh tanda tanya.
Ada rasa yang aneh kali ini. Nyimas tampil sendri dengan busana penari yang indah dari biasanya. (Tunggu..., Ini adalah busana yang sama yang Nyimas kenakan​ saat menemuiku tadi...,). Nyimas mengenakan slendang yang diberikan oleh Raden.

Acaranya sungguh meriah iringan gamelanpun dimulai perlahan dengan langkah anggunnya Nyimas memasuki ruangan yang di penuhi para tamu dari bangsawan lain, singgasana terlihat megah dihiasi bunga-bunga segar dan harum.

Langkah Nyimas mulai dekat dan dekat dari singgasana seperti biasa sbelum memulai tarian Nyimas memberi hormat sungkem. Saat kepalanya memandang ke singgasana itu, Nyimas terkejut...,

Tubuhnya mematung, dada sesak, air mata mulai menetes melihat yang di hadapannya itu adalah sang Raden dengan seorang Putri memakai baju pengantin adat kraton.

Radenpun membalas tatapan dengan mata yang memerah dan berair. Hanya tetesan bening dari pelupuk mata saja yg berbicara kala itu. Alunan gamelan semakin kencang, terpaksa Nyimas menggerakkan tubuhnya dengan anggun. Bibirnya tersenyum tapi air mata tidak berhenti menetes. Nyimas mencoba memberi persembahan terakhirnya​ untuk sang pujaan hati..

"Ya..., Sang pungguk menari di bawah sinar rembulan..., Mampu memandangnya tetapi tak mungkin untuk menyentuhnya...
Inilah hukuman yang lebih menyakitkan dari hukuman mati, aku harus menari di hadapan pernikahan orang yang sangat aku cintai,"

bisikan itu hadir di telingaku..., menyaksikanya akupun ikut berlinang air mata. Aku tahu perasaan Nyimas saat itu, sakit, sedih sku mulai tidak kuat menahan air mata.

Sebisa mungkin Nyimas menyembunyikan perasaannya dan memaksimalkan persembahan tarian terahirnya..., Untuk sang rembulan (Raden)...

Sang Raja merasa puas karena berhasil menghancurkan hati sang penari.
Di tambah lagi melihat air mata yang menetes deras dari mata Nyimas serasa rencana sang Raja berhasil dan dengan tepat menusuk jantung dan hati Nyimas..

Sang Penari Dan Putra Mahkota RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang