Karka

10.3K 769 7
                                    

Sesampainnya di parkiran kantor milik Karka, Arfan segera melompat turun dan berjalan menuju lift khusus yang langsung terhubung ke ruangan pribadi Karka. Hanya beberapa orang yang memiliki akses lift ini. Dan salah satu dari mereka adalah Arfan dan Juna.

Juna yang menyusul dari belakang segera menempelkan black cardnya untuk membuka pintu lift, membuat Arfan segera masuk dan terdiam bisu menunggu sampainya lift ke lantai 30, lantai tempat ruang kerja Karka.

Bibirnya menekuk manis saat ia tidak melihat Karka dimanapun. Pantas saja Karka tidak menjawab panggilannya tadi, smartphone kembar milik pasangannya tergolek indah di meja kerja Karka, ada beberapa notifikasi panggilan disana. Tidak biasanya Karka ceroboh, pikir Arfan.

Matanya teralih ke arah lift khusus yang menampakan angka naik ke lantai ini. Karka sepertinya telah kembali dari kerjanya.

" Maaf Honey aku terlambat. Handphoneku tertinggal dimeja karena buru-buru jadi-eh? apa yang terjadi padamu Arfan?! Juna, jelaskan apa yang terjadi disini!" suara hangat yang Arfan dengar berubah begitu cepat menjadi suasana mencekam dam penuh intimidasi. Mata Karka menatap tajam Juna yang berdiri bersebelahan dengan Felfid, asisten Karka selama ini.

" Maafkan aku Tuan Karka. Salah satu dari 'mereka' kembali menyerang saat itu. Dan sayangnya, saat itu aku sedang mengantar Tuan Arfan kesini, sehingga tanpa kuhendaki ia terlibat dengan kejadiannya. Aku berjanji kejadian ini tidak akan terulang lagi" jawab Juna, ada sedikit nada penyesalan disana.

Plak

" Dan kau pikir itu bisa menjelaskan mengapa Arfanku bisa berlumuran darah seperti ini? dimana keahlianmu sekarang Juna? kupikir bukan hal sulit bagimu menghabiskan para kecoa itu" geram Karka.

Sekali lagi Juna hanya membungkuk, pipinya tampak memerah setelah ditampar Karka.

" Maafkan aku Tuan Karka. Namun, saat itu mereka membawa senjata bersama mereka. Aku tidak mau Tuan Arfan yang berada dalam mobil terkena tembakan asal mereka saat aku sedang menghabisi mereka sehingga aku melakukannya dengan begitu hati-hati. Namun ya, tampaknya kefokusan itu membuatku lalai sehingga seorang tikus berhasil menyelinap masuk ke mobil dan terpaksa aku harus menembaknya saat itu juga. Sekali lagi maafkan kelalaianku"

" Dan bagaimana bisa kau yakin pistol itu tidak akan mengenai sayangku?" desis Karka penuh intimidasi.

" Aku sudah memperhitungkan sudutnya Tuan. Tembakanku takkan meleset dan saat itu keadaan sedang darurat"

Karka terdiam. Memang tidak mungkin ia meragukan akurasi menembak orang kepercayaannya itu. Tidak mungkin Karka menunjuk Juna sebagai butler Arfan jika ia tidak sempurna di segala bidang.

" Biarkan aku yang mengurusnya Karka. Jangan terus kau marahi Juna. Luka yang ia derita juga harus segera diobati" bela Felfid

Bola mata Juna membesar. Bagaimana bisa orang ini sadar bahwa dirinya tengah terluka sekarang?

" Kau terluka Juna?" suara Karka kini mulai tenang. Bagaimanapun, Juna tetaplah orang kepercayaannya kedua setelah Felfid yang merupakan temannya sejak kecil. Ah tidak, mungkin sejak ia lahir.

" Saya hanya tergores peluru saat sedang fokus menembak tikus yang mencoba menyentuh Tuan Arfan. Bukan masalah besar sebenarnya" elak Juna. Ia tidak mau ada orang yang melihat bagian perutnya yang robek dan terus ia tahan selama ini.

Karka mengangguk paham, " Temani Juna menemui Pablo Felfid. Aku harus mengurus Arfan setelah ini"

Merasa namanya dipanggil, Arfan mendongkak. Matanya memandang Karka yang tengah berjalan menghampirinya.

" Kalau begitu kami permisi"

Pintu lift tertutup. Hanya ada Arfan dan Karka sekarang.

" Apa kau baik-baik saja sayang? Ow... Lihatlah darah kotor yang berani mengotori tubuhmu ini. Aku benar-benar menyesal tidak ada bersamamu saat itu" sesal Karka. Tangannya ia gunakan untuk mengelap darah yang menempel di wajah malaikatnya dengan sapu tangan.

[End] TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang