Spesial, Wedding Day

10.1K 540 56
                                    

" Apa kamu menyukai pakaiannya sayang?" tanya Karka lembut sambil memeluk Arfan disampingnya. Yang dipeluk? Wajahnya tampak menggemaskan karena dipaksa membuat pose sedang berpikir.

" Tentu saja aku tidak akan memakai gaun Karka. Jadi aku.... Umm..... Aku suka jas berwarna putih polos itu. Terlihat segar dan elegan" pilih Arfan walaupun wajahnya masih menunjukan kebingungan.

" Kamu tidak suka?"

Karka tahu Arfan masih belum puas, dan dia ingin di hari pernikahan mereka Arfan benar-benar menggenakan pakaian yang ia idamkan. Bagaimanapun yang mereka inginkan adalah pernikahan berkesan untuk keduanya.

Ah ngomong-ngomong, Arfan masih harus beristirahat di rumah jadi Karkalah yang berinisiatif memanggil seluruh desaigner kelas dunia untuk membawa pakaian terbaik mereka. Sebagai orang yang hampir berpengaruh di seluruh negara, ini adalah kesempatan besar yang tidak mungkin disia-siakan desaigner paling terkenal sekalipun. Mereka berlomba-lomba untuk terbang kerumah Karka dan membawa wedding dress terbaik mereka.

" Jika kami boleh tahu, memangnya jenis tuxedo apa yang diinginkan Tuan Arfan?" tanya salah satu desaigner berinisiatif. Yang lainnya mengangguki, mungkin mereka bisa membuat tuxedo lain jika Arfan menentukan tipe baju yang ia inginkan.

Arfan menggeleng pelan. Ia bahkan tidak peduli jika harus terlihat berpelukan didepan orang asing.

" Aku hanya berpikir bahwa semua pakaian ini terlalu mewah. Aku merasa tidak cocok memakainya" aku Arfan pelan.

Karka tersenyum mendengar alasan Arfan, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengelus kepala Arfan pelan dan penuh kasih sayang.

" Kamu adalah permata indahku Arfan. Bahkan baju termahalpun tidak akan mampu mengimbangi keindahanmu. Percayalah padaku"

Lagi-lagi mereka berdua mengabaikan para desainer yang masih asik melihat kemesraan mereka. Arfan yang pertama sadar, jadi dengan segera ia tersenyum dan menunjuk tuxedo yang memang ia pilih tadi.

" Kalau begutu aku memang ingin yang itu. Desainnya indah namun terkesan polos"

Karka mengangguk. Dia meminta Juna dan Felfid masuk untuk mengurus keperluan selanjutnya. Termasuk membayar desaigner yang rela datang walaupun bajunya tidak dipilih oleh Arfan.

Setelah mereka semua pergi, tatapan Karka kembali terfokus untuk lelaki mungil dihadapannya. Dielusnya wajah itu sayang, sebelum bibir mereka menyatu untuk kesekian kalinya.

" Aku masih tidak menyangka bisa menikah denganmu Arfan. Memelukmu di sisiku rasanya masih seperti mimpi di malam hari" aku Karka jujur. Wajahnya menatap dalam Arfan, yang tengah memeluknya erat sambil tersenyum kecil.

" Jika ini mimpi, maka biarkanlah ini menjadi mimpi dimana kita tidak akan pernah terbangun lagi Karka. Aku senang berada di mimpi ini" balas Arfan pelan. Tubuhnya masih terlalu nyaman berada dalam pelukan Karka, setelah rasanya lama sekali mereka belum melalukan hal ini. Kau tahu, bermesraan sepanjang hari.

Karka terkekeh pelan mendengar ucapan Arfan. Keduanya memang sedikit lebih terbuka setelah merasakan seperti apa pahitnya berpisah saat mereka saling mencintai.

" Aku setuju denganmu Honey. Aku rela tidak akan pernah terbangun jika ini memanglah sebuah mimpi"





-








-





" Karka kamu mau membawaku kemana?" Protes Arfan pelan saat menemukan dirinya tidak lagi berbaring di kasur empuk yang ia tempati lima hari selama penyembuhan. Entah bagaimana caranya, kini Arfan tengah berada dalam limousin mewah milik Karka yang tengah melaju pelan di jalan raya, yang Arfan tidak tahu arahnya kemana.

[End] TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang