chapter 1

132 10 9
                                    

Pagi itu mentari seolah tak mau memperlihatkan senyumnya. Awan seolah berteriak ingin mengeluarkan bebannya. Tak lama kemudian, jatuhlah butiran butiran air membasahi bumi. Tak satupun benda luput ia basahi sekecil apapun itu.

Dari kejauhan seorang gadis tengah memandang lesu keluar jendela kamarnya seraya menadahkan tangannya untuk merasakan dinginnya air hujan. Sesaat kemudian Ica menghela nafasnya gusar.

"Haahh..."

lalu ia memejamkan matanya dan mulai berteriak. "Coba aja ada seorang cowo ganteng lewat di depan gue... Ya allah bantulah Ica cari jodoh secepat mungkin. Ica mohon!"

Teriakannya tadi membuat seorang cowok jadi penasaran ia pun berhenti berlari dan melihat ke sumber suara.

"heh lu kalau mau cari jodoh gak usah pake teriak teriak segala! Gak malu apa? Ganggu pendengaran."

Ica yang mendengarnya langsung melihat cowo itu dengan tatapan tertajam miliknya.

"Heh... lu gak usah sewot deh. Ini tuh gak ada sangkut pautnya sama elu! Lagian lu siapa huh!" Dirga memeletkan lidahnya. "yee dasar cewe bego! Udah dibilangin bahwasannya teriakan elu itu ganggu pendengaran, masih aja teriak teriak... dasar bego."

"Wew lu ngomong santai dong kalau mau berantem, sini lawan gue! Lu kira gue takut!!"

Ica langsung lompat dari jendela lalu berlari lari kecil hendak memukul cowo itu. Ia sudah tak peduli lagi dengan guyuran hujan yang membasahinya, yang ingin ia lakukan saat itu hanyalah memukul cowo aneh itu.

Tapi... Dua langkah mendekati cowo itu ia langsung terperangah dan mengurungkan niat nya.

Bukan karna ia takut, bukan!! Hello Ica takut ama cowo? Ngimpi aja lu. Nih ya... Bayangkan gadis dengan tubuh mungil itu telah mengalahkan lebih dari dua puluh cowo tulen di sekolahnya. Gak mungkin kan ia takut dengan cowo itu.

Jadi... alasannya adalah karena cowo yang belum ia ketahui identitasnya tersebut sangat tampan ia memiliki wajah yang sempurna... Mata hijau milik cowo itu menghipnotis dirinya! Cowo yang ia idam idamkan udah ada di depan matanya!

Setelah sekian lama Ica memperhatikan cowo itu, ia pun berdehem.

"Ehem ehem... kali ini, elu gua maafin, tapi kalo elu ulang lagi gua gak bakalan segan untuk mukul elu! Dengan mempertahankan egonya yang tinggi ia langsung memutarbalikkan badannya. Tapi sesuatu membuatnya berhenti.

"Oh ia btw nama lu siapa?"

Cowo dengan setelan hitam yang sudah basah itu tersenyum meremehkan gadis mungil itu.

"wow... jadi setelah niat buat mukul gua sekarang lu mau tau nama gua?? Wahaha perfect banget bego lu."

Daan .. yups bogeman mentah telah mendarat dengan baik di rahang mulus cowo itu. Sambil menahan sakit ia memegangi rahangnya.

"Heh lu santai dikit apa sih? untung dah lu cewe kalau lu cowo..."

"Kalau gua cowo kenapa huh lu bakalan ninju gua lagi gituh? Dasar cowo banci."

sambil membuka dan menutupkan rahangnya beberapa kali cowo itu pun menjawab "Weii lu cepet amat ambil kesimpulan. Nih ya... kalau lu jadi cowo kan sayang pipi gua, udah lah sakit, yang mukul cowo lagi -_- tambah apes kan gua. Untung lu cewe... mana imut lagi."

"Whaat tuh cowo gombal apa dia yang bego sih? Kalau dipukul ama siapapun yah pasti rugi. Nah ini jawabannya... Bego banget tu cowo, salah dia bilangin gua bego, yang bego itu dia untung aja tuh laki cakep." Ucap Ica yang tentunya dalam hati.

Ego menahannya untuk memuji ketampanan pria itu. Karena merasa sudah tak mempunyai kepentingan dengan pria itu, Ica pun melangkah kembali ke rumahnya.

Tentunya disertai rutukan-rutukan yang ia lontarkan dengan pelan ...tapi ternyata masih bisa di dengar oleh pria tinggi itu. Bukannya marah, pria itu malah terkekeh gemas melihat tingkah Ica yang seperti anak kecil marah, karena mainannya diambil tersebut.

THOSE FIVE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang