chapter 2

24 0 0
                                    

Kini Ica sudah kembali ke kamarnya. Dingin yang ia rasakan mengurung niatnya untuk mandi. Ia hanya mengganti bajunya dan tidur di dalam selimut tebal yang hangat. Tak beberapa lama kemudian ia pun tertidur lelap.

In a dream

"Hi cewe cantik, mau gak jadi pacar aku?"

"Aku aa akuu ku mau"

"Whaaat!! Gua ngimpi apaan sih ngapain gua mikirin tuh cowo rese gak...gak...gak mungkin gua suka ama tuh cowo. Gak mungkin." teriakan yang di lontarkan gadis itu menarik perhatian seorang wanita paruh baya.

"Ica kamu kenapa teriak-teriak? Bangun tidur bukannya Shalat Maghrib dulu malah teriak teriak gak jelas. Oh ia jangan lanjutin tidur lagi tadi bunda pengen bangunin tapi gak tega. Lagian anak gadis seharusnya gak boleh tidur setelah Shalat Ashar... pamali Ca!" Alih alih menjawab panggilan bundanya, ia malah terbatuk batuk.

"Uhuk uhuk ughh bun tenggorokan ica sakit."

"Kamu minum obat gih ... lagian kok bisa sakit? Kamu makan es ya tadi?"

"gak kok bun, Ica gak makan es beneran deh!"

Ica yang notabenenya adalah anak semata wayang membuat bundanya sangat memanjakannya. Ia sudah tidak mempunyai figur seorang ayah sejak berumur 3 tahun.

Ayahnya menghilang entah kemana. dari informasi yang ia dapatkan, ayahnya sudah menikah lagi dengan seorang perempuan yang bekerja di kantornya. kini ia sudah berumur 15 tahun tapi ia bahkan tak pernah melihat ayahnya sekali pun. Semua foto beliau sudah di bakar bundanya karna bundanya tak mau ica selalu mengingat ayahnya, bundanya takut suatu hari Ica akan pergi meninggalkannya.

Dan sebab itu pula lah Rina menjadi sangat selektif terhadap cowo yang berteman dengan anaknya. Hal itu pula lah yang menjadikan Ica berangan angan memiliki cowo tampan seperti yang ada di dongeng dongeng. Bertemu dengan pria songong itu bagaikan dongeng yang terjadi di kehidupan nyata, ia senang tapi dalam satu sisi pun ia juga merasa kecewa karena pangeran tampan yang ia idam idamkan bersikap seperti itu -_-."

Setelah Ica menunaikan kewajibannya Shalat Maghrib ia pun ke dapur membantu bundanya memasak. Rutinitas sehari-hari nya itu tak pernah ia lewatkan, karena ia sangat suka memasak. Setibanya Ica di dapur

"nah loh? Ica kamu ke kamar gih biar bunda aja yang masak. Kamu kan masih sakit."

Ucapan bundanya tersebut sama sekali tidak ia hiraukan. ia tetap melangkah mendekati Rina, memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak sang bunda. Ia selalu melakukan itu jika sedang dalam kondisi yang buruk, hanya bundanya yang bisa menjadi tempat bersandar saat ia terpuruk dan lemah.

Wanita yang sudah mengetahui gerak gerik sang putrinya itu pun langsung menghentikan aktifitasnya, dan segera mencium pucuk kepala putrinya seolah ia memberikan kekuatan untuk putrinya "Ica... kamu lagi sakit. Ini bunda lagi masakin kamu bubur. Kamu tunggu di kamar dulu ya?" Icapun menganggukkan kepalanya, "Bun nanti kalau udah azan Isya bangunin Ica ya?" Lalu ia kembali ke kamarnya.

Pagi harinya Ica bangun dengan sebuah ukiran senyum di wajahnya. Ia sudah agak baikan walau sedikit flu, Hari ini adalah hari pertamanya memasuki SMA. Ia senang sekaligus grogi.

"Mudah mudahan kegiatan ica hari ini lancar... Dan bisa ketemuan sama pangeran Ica di dunia nyata!"

Lamunan ica terhenti tatkala suara merdu Rina memanggilnya.

"Ca... ini sarapan udah siap. makan yuk! Sekarang kan hari pertama kamu jadi sisiwi SMA!"

"Ia bun bentar lagi Ica kesana" dengan tatapan penuh keyakinan ia pun berdiri di depan cermin seraya memeriksa kelengkapannya "Hmm seragam check .. rambut .. ok ...tas... siip..sepatu ... the best .. ok gua siap"

THOSE FIVE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang