Oke, ini saatnya Deni beraksi.
Eh, kok, Deni?
Iya, Abi nggak mau. Padahal di lubuk hatinya yang paling dalam, dia benar-benar kepo akut!
Sok nggak peduli, padahal pengin tahu; Abi.
Oke, lanjut.
Deni berjalan menghampiri bangku Farah. Kebetulan hanya ada Farah di sana, Feni dan Anita tidak ada. Mereka duduk berderet dari depan ke belakang. Farah duduk di barisan ke tiga.
"Far," panggil Deni.
Farah menoleh, lebih tepatnya mendongakkan wajahnya untuk melihat Deni yang berdiri di samping mejanya.
"Lo suka sama Abi?" tanya Deni to the point. Deni memang tidak suka bertele-tele.
Bukannya menjawab, Farah justru mengalihkan pandangannya pada Abi yang sedang melotot pada Deni. Farah tersenyum saat pandangan Abi jatuh padanya.
"Lo suka?" tanya Deni lagi.
Farah kembali mendongakkan wajahnya menatap Deni.
"Lo--"
"Enggak," jawab Farah sambil menggelengkan kepalanya. "Udah ya, gue mau ke kantin. Laper. Atau lo mau ikut?"
Deni menggeleng dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Setelah Farah pergi dari hadapannya, Deni kembali menghampiri Abi.
"Bukan Farah. Itu artinya, pengirim surat itu adalah Feni."
Abi masih diam tak merespon.
📬
NOTE:
Ngetik di sela-sela belajar Matematika untuk PAS besok.
Yang PAS juga, semangat belajar!
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Pos [COMPLETED]
Short StoryBlurb: Mendapatkan surat pos hampir setiap hari. Abi pusing. Tapi, penasaran. Sebenarnya, dia siapa? Cute cover by; @wishinadream Short Story, copyright, riskaapram 2017