"Aku bingung harus berkata apa.
Bahkan ucapan terima kasih saja itu belum cukup."
-Raina-☆●○•♡★□❤□★♡•○●☆
Bel pulang sekolahpun berbunyi, mereka berbondong-bondong keluar dari kelas. Menelusuri koridor lalu turun kebawah dengan tangga. Hujan turun lagi, meski tidak lebat cukup membuat baju basah.
Ketika telah sampai dilantai dasar, Raina berhenti sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Ia berpikir ia akan pulang sekarang, sebelum hujannya lebat.
Ketika Raina berjalan keparkiran dengan sedikit berlari, ia merasa teduh. Lalu ia kaget ada seseorang yang sedang memayunginya.
•••
Raina tercengang melihat siapa yang tengah me-mayungi-nya.
"Kaa..kamuuu" ucap Raina terbata dengan ekspresi kaget.
Pria itu tersenyum dan berkata "iya sama-sama". Raina tampak kebingungan lalu pria itu melanjutkan perkataannya "Kamu mau bilang makasihkan?"
Raina senyum lalu berkata "Bahkan ucapan terima kasih saja itu belum cukup".
Pria itu senyum, Raina juga.
Tanpa sadar mereka masih berdiri ditengah halaman sekolah dengan sebuah payung yang melindungi mereka dari hujan gerimis yang membasahi dan disaksikan oleh seluruh murid yang masih menepi diarea sekolah.
Menyadari ekspresi Raina yang salah tingkah karena seluruh penjuru sekolah tengah memperhatikan mereka, pria itu langsung berucap pada Raina "Namaku Rian. Rian Dirgatama. Kamu punya pena? Dan secarik kertas mungkin?".
Raina langsung mengambil penanya yang masih disakunya dan langsung memberikannya pada Rian. Ketika Raina masih membuka tasnya mencari secarik kertas, Rian langsung menarik tangan Raina pelan. Raina yang tersentak langsung kaget dan berganti ekspresi menjadi bingung ketika Rian menuliskan sejumlah angka ditelapak tangannya.
Setelah selesai, Rian menutup pena tersebut dan memberikannya pada si pemilik. Lalu mengajak Raina menepi keparkiran karena sepede Raina ada disana. Ia menutup payungnya lalu berbisik kepada Raina "Itu nomorku, aku takut kamu rindu". Kalimat singkat, menyelingat dan ntah mengapa membuat jantung Raina berdegup kencang tak karuan.
Setelah mengatakan itu, Rian pergi dengan sedikit berlari yang menimbulkan cipratan kecil karena air yang tergenang. Hujan masih setia dengan gerimisnya, namun ia tak memakai pelindung apapun. Bahkan ia menutup payungnya yang tadi, seakan dibukanya payung tersebut hanya untuk melindungi gadis itu.
"Dasar aneh" Tanpa sadar bibir Raina membentuk lengkungan kecil.
☆●○•♡★□❤□★♡•○●☆
Sesampai dirumah, Raina melihat ke sejumlah angka yang tertulis ditelapak tangannya. Walau sudah sedikit terhapus karena terkena air, tetapi ia masih tau apa yang tertulis. Tanpa sadar ia mengambil penanya dan menyalin angka tersebut ke bukunya.
Raina bingung apa yang akan ia gunakan dengan nomor-nomor itu. Lalu pikirannya menjawab "Telfon kek, atau sms. Bilang makasih gitu. Bodoh banget sih Rain gitu aja susah".

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Hujan
ContoIni kisah tentang Aku, Hujan dan mungkin..... Kamu. ••• "It's wh y I Love December, rain everytime". -Raina- "It's why I Love You, you like rain. Cooler my heart". -Rian- ••• Holla!! It's NEWWW!!! This is my second story. You can read my first s...