Memori yang Hilang

4.1K 190 7
                                    

Tuan Alexander Raven kemudian pergi meninggalkan Ben juga Aura. Tentunya dengan tanda tanya yang menyibak tabir misteri yang bergelayut di pikiran Ben. Si Vampir tampan itu begitu penasaran apakah ada kaitan antara mimpi teman wanitanya itu, Aura, dengan kehidupan nyata.

***

Alexander Raven yang melesat membawa batu permata biru itu lama kelamaan memperlambat larinya. Tubuhnya melemah, luka disekujur tubuhnya serasa menyayat dan darah berwarna biru kehitaman itu pun tak henti-hentinya mengucur. Permata itu masih erat dalam genggaman.

Genggaman itu bukan haus akan nafsu menguasai dunia, melainkan genggaman yang ingin menghindarkan dari apa yang menjadi bahaya di hadapan sekarang. Batu itu bukan hanya batu berkekuatan dahsyat, melainkan itu merupakan sebuah janji dan wasiat yang harus ia jaga sampai kapan pun juga. Alexander yang tubuhnya melemah ini pun kemudian duduk bersandar di salah satu pohon pinus.

“Toloonggg!!!”

Lengkingan suara terdengar dari jarak yang tak begitu jauh dari tempat Alexander berada. Suara itu bukan kepunyaan anaknya tentu saja, namun setelah mendengarnya, Alexander, segera menghampiri asal suara tersebut. Langkahnya yang masih tertatih itu pun berhasil mendapati apa yang cari.

Seorang anak perempuan yang sekitar berusia enam tahun terlihat sedang berlari dari apa yang sedang mengancam dirinya. Julia, anak perempuan dari bangsa Vampir dengan dari keluarga Willis mencoba untuk menjadikan gadis kecil itu sebagai mangsanya. Tampaknya pertempuran yang terjadi antara keluarga Raven dengan keluarga Willis membuatnya kehabisan banyak energi.

Entah dari mana asalnya dan sejak kapan gadis itu berada di area hutan, dia yang hampir saja mati di tangan Julia langsung saja diselamatkan oleh Alexander dengan sigap.

“Cepat kamu lari!” Titah Alexander. Tanpa menunggu lama, gadis kecil itu berlari ke tempat yang menurutnya aman untuk bersembunyi. Di kegelapan malam yang hanya ditemani sinar rembulan yang terang benderang, gadis itu menemukan tempat persembunyian. Sebuah bangunan tua di tengah hutan.

Dari jendela bangunan tua, gadis cilik itu mengintip perkelahian antara orang yang mencoba membunuhnya dengan orang yang telah menyelamatkan nyawanya. Walau gadis itu terlalu muda untuk mengetahui apa yang terjadi di hutan itu sekarang, dari sepasang matanya dia menyadari bahwa dua orang yang sedang berkelahi itu bukan manusia biasa seperti dirinya.

Pertarungan sengit itu membuat Julia terhempas ke tanah. Julia berhasil ditangani oleh Alexander. Meskipun sedikit agak lama karena Alexander melawan Julia dalam keadaan cukup lemah, namun dia bisa mengalahkan wanita Vampir itu pada akhirnya.

Gadis kecil yang melihat penolongnya itu gontai segera berlari dari persembunyian dan mengajak Alexander untuk bersembunyi bersama dengannya di bangunan tua yang ia temukan.

“Om ayo kita pergi ke bangunan tua di sana!” Ajak si gadis kecil dengan nada yang penuh ketakutan. Sesampainya di tempat persembunyian itu, Alexander langsung terkapar. Tubuhnya terlalu lemah untuk diajak berlari lebih jauh lagi. Sekalipun permata itu di tangan Alexander, tapi sayangnya kekuatan batu itu tak bisa digunakan untuk memulihkan keadaannya sekarang.

“Om sebenarnya siapa? Kenapa gigi Om seperti… Drakula?” Tanya si gadis kecil dengan hati-hati ketika memperhatikan sesuatu yang dianggapnya aneh dari bagian tubuh Alexander.

“Gadis kecil, jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu, aku seorang Vampir yang baik. Aku akan membawamu pergi dari hutan yang berbahaya ini segera.” Alexander terbata-bata ketika menjawab pertanyaan dari gadis kecil itu. Alexander berusaha meyakinkan si gadis kecil itu bahwa dia adalah Vampir yang baik. Penuturan Alexander disambut oleh anggukan kecil dengan keraguan yang bercampur dengan keyakinan bahwa Alexander takkan menyakitinya.

Vampir Romantis (REVISI ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang