Dibonceng si Tampan

3.6K 144 19
                                    

Mobil mewah kini keluar dari gerbang kompleks perumahan menuju ke sebuah kampus. Sorot matanya yang tajam terpaku ke depan ketika menyetir, namun isi hatinya sangat kacau. Tidak sehari pun ia merasa damai. Tidak sedikit pun tujuannya memudar ingin melenyapkan Jake Willis. Dia adalah Anggara Raven. Tak lama setelah memasuki area kampus, kakinya kemudian menginjak rem. Kemudian tanpa harus ia panggil, seorang wanita kemudian masuk ke dalam mobilnya.

Gara kemudian langsung membawa Vivian, adik sepupunya, pulang ke rumah. Batin Gara yang berkecamuk turut mengusik ketenangan Vivian yang duduk di sebelahnya.

"Tenangkan dirimu. Kamu tidak bisa menyetir dengan kondisi seperti ini." Ucap Vivian. Vivian jelas mengkhawatirkan kejadian yang kemungkinan besar terjadi. Ia takut kalau pikiran Gara yang kacau justru akan melukai seseorang di jalan. Kecelakaan bisa saja terjadi jika sepupunya itu tidak hati-hati.

Gara sama sekali tak memberikan respon apapun terhadap perkataan Vivian. Setelah Vivian turun dari mobil, Gara bukannya ikut turun justru pergi lagi ke tempat lain. Vivian begitu memahami apa yang dipikirkan Gara setiap harinya. Ia dan Ben hanya bisa terus berusaha membuat Gara sedikit menenangkan pikirannya dengan bersenang-senang dengan mereka, sebab ada saatnya Gara bisa menunaikan keinginannya kepada Jake Willis.

Mobil mewah yang dibawa Gara berhenti di sebuah toko jam tangan. Di sana ia bukan untuk membeli jam tangan, melainkan mengambil jam tangannya yang telah seminggu diperbaiki.

"Oh, Pak Anggara Raven!" Sapa pemilik toko yang terlihat sudah berumur. Gara tersenyum dan menunggu pria berkacamata itu mengambil jam tangannya yang terletak di etalase bersanding dengan jam tangan mewah lainnya.

"Ini jam saku Anda." Ucapnya sambil memberikan jam saku klasik ke Gara. Pria tua itu tampak mengagumi jam saku milik Gara. Pasalnya ia baru melihat pria muda justru memilih memperbaiki jam saku dibandingkan membeli jam tangan mewah keluaran terbaru. "Saya baru pertama kali melihat jam saku sebagus punya Anda, seperti sudah lama."

Gara tersenyum ramah sambil menatap jam sakunya, lalu memandang pria pemilik toko. "Iya, memang sudah cukup lama."

"Warisan keluarga?" Sambung pria pemilik toko. "Sepertinya sangat berarti untuk Anda."

"Bisa dibilang seperti itu." Jam saku itu adalah jam tangan pertama sekaligus jam satu-satunya yang ia miliki. Jam saku itu adalah pengingatnya kalau waktu terus berputar, hari demi hari, mengingatnya akan ada hal yang harus ia tuntaskan ke Jake Willis.

***

Setiap harinya Gara Raven selalu mengitari hutan terlarang. Tujuannya ialah mencari batu permata biru yang telah menghilang sepuluh tahun lalu, dengan atau tanpa perintah pamannya, Alexander Raven. Jam saku itu selalu menemaninya, bahkan sebelum hilangnya batu permata biru. Sejak orangtuanya tewas di tangan Jake Willis, Gara hanya memiliki satu tujuan dalam hidupnya, ia ingin membalaskan dendam untuk orangtuanya ke Jake Willis.

Jam saku itu sebagai pertanda bahwa ia tidak memiliki cukup banyak waktu lagi, ia tak ingin waktu terus berputar dengan bayangan Jake yang selalu menghantui hidupnya. Ia ingin hidup dengan damai dan Jake membayar seluruh dosanya ke semua yang pernah disakitinya. "Waktumu sudah tak banyak Jake, bersiaplah!"

***

Aura sedang tergesa-gesa karena tidak seperti biasanya dia terlambat pergi ke sekolah. Hari ini dia bangun kesiangan dan alhasil dia harus rela kehilangan sarapan nasi goreng dengan taburan keju yang dibuat oleh Larasati. Ah, enak sekali jika Aura sempat mencicipi nasi goreng itu apalagi mamanya tahu betul jika anaknya itu suka sekali dengan keju. Sarapan tak sempat, ia juga menggantung dasi di leher sambil menuruni anak tangga.

Vampir Romantis (REVISI ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang