She's Your Daughter

3.9K 548 13
                                    

Skipping Part
Skipping Part

============skip========

Suara lonceng pintu terdengar.

Aku yang tengah sibuk meracik minuman kopi untuk seorang kustomer secara naluriah melirik ke arah pintu.

Mataku seketika melihat Pelangi masuk sambil menuntun Kasih. Dari wajahnya aku tahu kalau Angi sedang marah. Kalau boleh kutebak, kemarahan itu ditujukan kepadaku. Tentu saja. Lihat saja matanya yang memelotot ke arahku, dan wajahnya yang tampak merah padam.

Tanpa basa-basi, dia bergegas berjalan ke arahku. Saat berdiri di hadapanku----posisi kami dipisahkan meja counter---matanya menyipit, masih menyorotkan kemarahan.

"What?" kataku tanpa suara kepadanya. Sambil menyerahkan pesanan kopi untuk dibawa pulang seorang kustomer yang sejak tadi sudah menunggu.

Pelangi menggeleng kesal sambil berjalan menaiki tangga, masih menuntun Kasih.

Tak berapa lama, telepon di meja kasir berdering. Dari nadanya, aku tahu itu internal caller.

"Halo?" kataku.

"Di ruang meeting. Sekarang. Juga." Sambungan telepon kemudian ditutup.

Pelangi.

Aku menggeleng. Duh, ada apa sih ini?

Aku segera melangkahkan kaki ke lantai dua, menuju ruang manajemen, lalu masuk ke ruang meeting.

Kasih terlihat duduk di salah satu kursi yang mengitari meja rapat oval berkapasitas 10 kursi. Sementara Pelangi terlihat berjalan mondar-mandir dengan kesal di hadapan papan presentation board yang menempel di dinding menghadap ke kepala meja.

Saat matanya menemukan mataku, tubuhnya tampak kaku. Jarinya kemudian menunjuk padaku.

"You," geramnya.

Aku mengangkat kedua tangan tanda menyerah sambil melangkah perlahan.

"Me," kataku setenang mungkin sambil mengangguk.

"Kasih, sayang... sini, nak," ucap Angi pada putriku.

Kasih segera menuruti perintah Angi. Saat putriku berdiri di depannya, perlahan perempuan itu membuka jaket pink Kasih.

Keningku berkerut bingung.

Pelangi lantas menyibakkan lengan baju kaos tangan pendek pink yang dikenakan Kasih.

"What's this?" tanyanya dengan nada tajam, menunjuk pada area lengan atas kirinya Kasih. Sontak mataku tertuju ke sana, di mana aku melihat lebam.

Tubuhku seketika kaku. Mataku segera naik demi menatap Pelangi.

"I swear, I never touched her," kataku jujur.

Pelangi menatap langit-langit dengan kesal sambil mengangkat ke dua tangannya lalu menurunkannya dengan marah.

"Of course you didn't. Do you know who it was? Or... Do you even want to know?" tanyanya dengan mata memelotot.

Aku melipat kedua lengan di dada.

"Of course," ujarku serius.

"Of course," sindir Pelangi sambil tertawa sinis.

Aku menggeleng.

"Kasih, who did that to you?" tanyaku pada Kasih sambil menunjuk pada lengan atas bagian kirinya yang kini sudah kembali tertutup lengan baju.

"Mbak Ita," jawabnya polos.

Ita, suster dari agensi yang kupekerjakan untuk mengasuh Kasih.

"When?" tanyaku lagi.

Sejak berusia tiga tahun, Mia sudah menyekolahkan Kasih di preschool international yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utama, tentu saja aku yang membayar biayanya. Bersekolah di sana, membuat Kasih fasih berbahasa Inggris.

"Last Friday."

"Last Friday?"

Kasih mengangguk. "Yes. Last Friday, when you having some slept over... somewhere," terangnya dengan wajah lugu.

Terdengar suara tawa sinis yang dipaksakan sedetik setelah Kasih menyelesaikan kalimatnya.

Pelangi.

"It's not what you think," kataku pada Angi, mencoba mementahkan kesalahpahaman.

"Of course it wasn't," ujarnya dengan nada sarkastik.

Lalu Pelangi berlutut di hadapan Kasih.

"Sayang, kamu tunggu dulu di sini bentar, ya... jangan ke mana-mana."

Kasih mengangguk sambil membalas tatapan Angi.

"Promise me, sweetheart," pintanya lembut.

"I promise, Tante Angi," jawabnya tak kalah lembut.

Pelangi mengangguk lalu mengecup kening Kasih sebelum memeluknya sesaat.

Setelah itu dia berdiri, lalu menarik tanganku. Dia memaksaku berjalan meninggalkan ruang meeting.

Berdiri di balkon ruang manajemen, Pelangi menatapku.

"How do you feel?"

"What?"

"You hear me."

"I swear, babe... It's not what you think. Last Friday, I have slept over at Jagad's apartment. I swear it. You can ask him and his wife for confirmation...."

"O. My. God. I just show you proved that your daughter has been abused, and here you are... busy trying to explain yourself about where your about instead of call the agency and asking for their explanation. Or better of, hugging your daughter and say that... You. Are. So. Fucking. Sorry. Goddd... How heartless can you be?!" pekiknya dengan suara bergetar dan mata basah.

"For the love of the Lord... She is your daughter!" teriaknya tepat di wajahku.

Aku hanya bisa diam mematung melihat kemarahan Angi yang disertai tangisan ketidakpahamannya.

"Babe...."

Pelangi menggeleng. "How low can you be... how fucking low can you fucking be?" ujarnya dengan menggeram. Suaranya masih bergetar. Air matanya masih enggan berhenti menetes.

Sehina apa aku ini?

Terlampau hina.

Makhluk paling hina yang ada di muka bumi ini.

Samudra #3 Unstoppable Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang