Chapter 6

69 7 0
                                    

Shiori diam termenung di bangkunya sendiri. Kedua matanya terus-terusan berbalik dari buku paket kecil di tangannya dan buku catatannya selama mencatat, namun ia kerap kali berhenti mencatat dan melamun sembari menatapi buku catatannya. Sebuah helaan nafas keluar dari bibirnya, ia menggigit bibir bawahnya sembari bersandar pada kursinya. Buku serta pensil di tangannya ia letakkan di meja dengan perlahan.

Sejenak matanya terfokus pada jam dinding di atas papan tulis. Shiori menghela nafas, dalam benaknya muncul bayangan adik kelasnya sendiri yang kerap kali mengunjunginya di waktu istirahat. Shiori tidak bisa berbohong dia senang melihat Shiro antusias untuk tetap menekuni olahraga yang ia cintai, tetapi dia tidak menyangka Shiro malah akan mengajaknya untuk ikut serta. Bukan berarti Shiori tidak suka, sebenarnya dia suka-suka saja. Lagipula semenjak kecil keluarganya memang menekuni berbagai olahraga; entah bola voli, baseball, lari, renang, atau sebagainya, intinya setidaknya dalam setiap keluarga ada satu yang ingin menjadi atlit.

Perhatian Shiori teralihkan ketika ia mendengar suara decitan besi dengan lantai keramik dari sebelahnya, begitu ia menengok ia sudah melihat salah satu teman sekelasnya, yang juga teman SMP-nya dulu, duduk dengan meja dan kursi yang sudah berdempetan dengan mejanya sendiri. Shiori hanya menatapinya sementara siswi berambut bob itu mengeluarkan bukunya dan mulai mencatat. Keduanya diam di antara keramaian teman sekelas mereka, sebelum siswi itu melihat dari bukunya dan menatapi Shiori kebingungan.

"Kemana adik kelasmu yang biasanya datang berkunjung?" ia bertanya dengan kebingungan, menyadari absen dari adik kelasnya yang sudah terasa seperti pelanggan tetap dari kelas 2-5. "Biasanya dia datang dan kalian berbicara di depan. Semuanya sampai merasa familiar dengan anak itu, kau tahu. Lagipula dia siapamu?"

Shiori terkikih pelan. "Aah, aku juga mempertanyakannya," gumam sang ketua kelas sembari mengambil pensilnya dan lanjut menulis. "Dia sepupuku, belakangan ini dia mengajakku untuk menemaninya menjadi manajer tim voli laki-laki sekolah kita. Dia merasa tidak nyaman menjadi manajer sendiri. Ngomong-ngomong, bagaimana apa kau sudah memakan bekalmu, Suzuki-san?"

"Eh, serius? Lagi-lagi kau bertanya hal itu padahal kau sendiri belum makan siang," keluh Suzuki sembari mengerutkan keningnya. "Aku lupa membawa bekal hari ini.. jadi aku.. membiarkan saja lewat. Kantin pasti ramai, karena itu aku malas. Lagipula aku ingin meminta bantuan untuk PR matematika, ada soal yang aku tidak mengerti."

Sejenak Shiori menatapi buku di meja Suzuki. Ia hanya bergumam pelan sebelum mengeluarkan kotak bekal dari laci mejanya. "Kalau begitu ayo makan bersama, aku membawa bekal lebih," katanya. "Dan soal mana yang tidak aku mengerti? PR kita itu mengenai matriks, bukan?" tanyanya sembari membuka kotak bekalnya dan memberikan Suzuki sumpit miliknya.

"Uwah, Yukimura memang baik sekali~" kata Suzuki sembari mulai memakan sedikit bekal milik Shiori. "Mm, matematika memang menyebalkan. Aku tidak mengeri bagaimana caranya kau bisa bertahan dengan nilai yang bagus meskipun kau itu sibuk bukan main. Dari SMP kau belum berubah," gumamnya sembari mengambil satu karage dan memberikannya kepada Shiori.

Shiori memakan karage tersebut sembari mengambil buku catatan Suzuki. Ia mengunyah makanannya dengan pelan sebelum mulai melingkari beberapa angka. "Di sini kesalahanmu.. seharusnya seperti ini," katanya, setelah menelan makanannya, sembari mulai mengajari teman sekelasnya tersebut.

Sejenak Suzuki memperhatikan Shiori dengan tenang, terkadang memakan bekal di pangkuannya atau menyuapi sang ketua kelas dengan hati-hati. "..Hei, berbicara dengan tim voli laki-laki," ia bersandar pada kursinya sembari mengambil telur dadar dari kotak bekal Shiori. "Kudengar ada murid yang bertampang mengerikan dan aneh dari sana. Kata Iwasaki dari kelas ketiga, salah satu anggotanya, Yamamoto dari kelas 2-1, yang berambut mohawk itu, pernah berdiri di depan pintu kelasnya dan menatapi tajam ke dalam kelas-kelas, terutama para perempuan," jelasnya sembari memakan telur dadar di ujung sumpitnya. "Daripada kau menjadi manajer tim bola voli, jadilah manajer tim baseball."

UNRequited [Haikyuu Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang