Chapter 1

165 11 0
                                    

Dari kejauhan, gadis itu sudah bisa mendengar suara decitan sepatu dan pantulan bola yang menyentuh permukaan. Ia mengintip melalui pintu sambil menggenggam beberapa lembar kertas. Ia menarik nafas panjang, mencoba untuk tidak gugup ketika masuk ke gedung tersebut.

"A-anu.. permisi," ucapnya sembari melangkah masuk ke dalam gedung. Seketika itu juga perhatian orang-orang teralihkan pada gadis tersebut, membuatnya semakin gugup. "A-a-aku ingin melamar sebagai manager di tim voli putri."

Tiba-tiba seorang perempuan tinggi menghampiri gadis itu-nampaknya ia kapten tim voli putri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba seorang perempuan tinggi menghampiri gadis itu-nampaknya ia kapten tim voli putri. "Wah, kami senang kau mau mengajukan diri menjadi manager untuk tim kami. Tapi kami sudah punya cukup manager," balasnya sambil melemparkan senyuman canggung.

"Be-begitu ya. Baiklah k-kalau begitu." Dengan sedikit lesu, ia membalikkan tubuhnya menghadap pintu keluar.

Namun sebelum gadis itu sepenuhnya berbalik, kapten tim voli putri itu berucap. "Kalau kau mau, kau bisa menjadi manager tim voli putra-" untuk sesaat, sang kapten melirik ke lembaran yang di pegang oleh gadis tersebut. Lalu ia tersenyum, "Mereka sedang membutuhkan manager sepertimu, Yoshioka Shiro-san."

Gadis bersurai pendek itu-atau lebih tepatnya Shiro, mengangguk pelan sambil memasang senyuman ramah. Bukannya tidak mau, hanya saja untuk menjadi manager di tim voli putra Shiro butuh seseorang menemaninya. Akan sangat canggung kalau dirinya menjadi satu-satunya perempuan di tim, dan lagi Shiro punya sedikit masalah dalam berinteraksi dengan orang baru atau di depan banyak orang. "Terima kasih atas sarannya. Maaf mengganggu, permisi," ucap Shiro sopan sebelum dirinya pergi meninggalkan tempat tersebut.

Matanya memandangi lembaran kertas yang ada di ia genggam sambil berjalan. Keinginan Shiro untuk menjadi manager tim voli sepertinya tidak bisa tercapai saat ini, ia masih ragu jika menjadi manager tim voli putra. Setelah apa yang pernah menimpa dirinya, butuh waktu lama bagi Shiro untuk kembali mengikuti kegiatan klub voli di sekolah. Baginya, kembali dalam klub voli adalah langkah awal untuk memulai kehidupan baru. Ia sudah memutuskan saat masuk SMA.

Shiro seakan hanyut dalam pemikirannya sendiri. Wajahnya nampak muram karna ia tidak bisa masuk ke tim voli putri. Hingga suara pukulan keras dari gedung yang ada di sampingnya membuat gadis itu seakan ditarik kembali ke bumi. Tidak salah lagi, itu suara spike seseorang. Shiro mengalihkan pandangannya ke samping-ke arah sumber suara. Di seberang sana terlihat pintu gedung olahraga yang terbuka lebar, dan Shiro bisa melihat jelas ke dalamnya.

Langkahnya ringan namun pasti. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk menghampiri gedung tersebut dan mengintip keadaan untuk sesaat.

Shiro terbelalak melihat situasi di dalam. Atmosfernya terasa berbeda, rasanya seperti semua orang disana sedang dalam konsentrasi tinggi namun dibalut situasi santai yang terasa berbeda. Entahlah, sulit mendeskripsikan atmosfer yang terasa unik itu. Padahal mereka hanya berlatih tiga lawan tiga seperti halnya latihan klub voli biasa.

Shiro mundur beberapa langkah. Tatapannya masih tersirat rasa tak percaya setelah melihat situasi klub voli putra tersebut. Segera ia berbalik dan berjalan menjauhi gedung tersebut. Gadis itu mengepalkan tangannya yang tak memegang lembaran kertas dan senyuman lebar muncul di wajahnya. Mulai hari ini dia sudah bertekad, ia akan ikut tim voli putra Nekoma.

***

"Kau belum ikut klub bukan? Bagaimana kalau menjadi manager tim voli putra bersamaku. Ya...."

"Maaf Yoshioka-san. Tapi aku sudah mendaftar club basket."

"Ba-baiklah kalau begitu," ucap Shiro sebelum berbalik dan berjalan kembali ke bangkunya. Gadis itu menghela nafasnya sembari meletakkan kepalanya di meja. "Gawat. Tidak ada yang bisa aku ajak," gumamnya.

Tiba-tiba seseorang memukul meja Shiro dengan kedua tangannya, membuat Shiro segera duduk tegak dan menoleh ke samping. "Hide-kun! Kau membuatku kaget!" Shiro berseru dengan sedikit emosi yang tertulis di wajahnya. Setelah itu Shiro kembali meletakkan dagunya di meja dan menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.

Laki-laki tinggi yang berstatus sebagai sepupu Shiro itu duduk di kursi yang ada di depan meja Shiro. "Kenapa murung?" tanyanya to the point.

Shiro menghela nafas sebelum menjawab ucapan sepupunya-Yukimura Hideaki. "Aku butuh sese-" namun ucapannya terputus, dan dengan satu gerakan cepat gadis itu bangkit dari duduknya dan menggenggam tangan Hideaki. "Hide-kun, maukah kau menjadi manager tim voli bersamaku? Kumohon~." Dan lagi-lagi dia menatap Hideaki dengan tatapan mautnya.

Hideaki mengangkat alisnya sebelah. "Kenapa aku merasa seperti dilamar oleh seorang gadis?" komentarnya sembari melepaskan genggaman Shiro dengan pelan. "Maaf. Kau sudah tau, aku terdaftar sebagai anggota band," balasnya sembari melemparkan senyuman bangga.

"Cih... kenapa harus band," cibir Shiro dengan suara pelan sambil kembali duduk di kursinya dan meletakkan kepalanya di meja seperti sebelumnya.

"Band itu keren! Apalagi gitarisnya!" protes Hideaki.

"Ya ya ya.... apapun itu. Aku tidak bisa mengerti apa kerennya seorang gitaris."

Hideaki menghela nafas sesaat. "Sama seperti diriku yang tak mengerti apa kerennya dari voli," balasnya sarkastik. "Tapi, apa kau sudah coba mengajak Shio-neesan? Nee-san juga tau sedikit soal voli gara-gara kamu bukan?"

Dalam sekejap Shiro sudah kembali duduk tegak, ia menjentikkan jarinya di dan tersenyum puas. "Kau benar Hide-kun! Kalau begitu aku akan ke kelas nee-san sekarang-"

-sayangnya bel masuk telah berbunyi, membuat Hideaki tertawa di tempat sedangkan Shiro hanya bisa mengutuk bel sialan itu dalam hatinya. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat. Tapi masih ada hari esok bukan?

UNRequited [Haikyuu Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang