On A Match: I

367 95 24
                                    

Today is the day.

Daniel baru aja sampe rumah gue dan sekarang gue lagi duduk di atas motor. Kami mau berangkat ke TKPㅡ SMA 123. Di depan gue ada Daniel yang lagi masang helmnya. Dia noleh ke belakang, "Pegangan."

Gak tau kenapa, tangan gue rasanya kaku. Dengan sekuat tenaga gue memajukan tangan gue buat megang punggunya.

"Han, serius dong." Ucap Daniel.

"E-emang keㅡ"

Gue belom selesai ngomong, Daniel langsung narik tangan gue buat ngelingkerin perutnya. Otomatis badan gue nempel di punggungnya. Gue berusaha semaksimal mungkin ngontrol detak jantung gue biar tenang, sambil berharap Daniel gak sadar kalo gue lagi deg-degan banget.

"Jangan pernah ngelepas pegangan lo." Kata Daniel sebelum akhirnya tancap gas.

Sebenernya gue udah ngajak Lisa dan Yeri, tapi kebetulan mereka berdua ada urusan masing-masing.

Perjalanan dari rumah gue ke tempat tujuan sekitar lima belas menit-an. Gak terlalu jauh sih emang, tapi sensasi di motornya itu. Secara gak langsung gue meluk Daniel.

Ketika kami sampai, kami disuguhkan sama suasana sekolah yang rame. Banyak anak-anak dari berbagai SMA dateng, sekedar untuk nonton pertandingan basket atau ikut lomba lain yang diselenggarain sekolah ini. Perut gue terkocok ketika ngeliat anak-anak cheerleaders, terutama Kak Jie, di pinggir lapangan.

Temen-temen setim Daniel langsung manggil dia buat ngumpul.

"Gue ke lapangan ya. Lo cari tempat sepewe mungkin, gih." Perintah Daniel.

Gue ngangguk dan membalikkan badan gue buat pergi, tapi tangan gue ditahan Daniel. Sambil senyum dia bilang, "No goodluck kiss?"

Pipi gue memanas. Pengen sih gue nyium dia, tapi dia kan bukan siapa-siapa gue lagi. Bisa dihujat abis-abisan gue sama para penggemarnyaㅡ atau Kak Pinky, kalo sampe gue nyosor pipi cowok itu. Walaupun dia yang minta duluan.

Dulu pas masih pacaran gue selalu ngasih goodluck kiss di pipi sebelum dia tanding.

"Bercanda."

Ih! Jail banget. Selalu aja gitu. Setiap bikin gue salting, dia langsung bilang 'bercanda'. Ditambah lagi, ngomongnya santai banget kayak gak ada apa-apa. Nyebelin!

"Gak lucu, Niel." Desis gue.

Daniel cuman ketawa sambil ngacak-ngacak rambut gue. Dia dipanggil lagi sama temennya, mungkin karena kelamaan. Dia ngangguk tanda mengerti. Tiba-tiba aja mulut gue bersuara, "Kalo lo menang gue bakal ngabulin tiga permintaan lo."

Matanya langsung membulat, antusias. Imut banget. "Serius? Apa aja?"

"Apa aja yang masih rasional."

Gue ngangguk. Gue ngomong gitu buat penyemangat aja, itung-itung pengganti goodluck kiss, kan?

"Well then," Kata dia, "I'll win!" Kata dia mantap. Gue mengepalkan tangan ke atas, memberi dia semangat yang dia bales dengan senyuman lalu lari ke lapangan, ngumpul sama tim-nya.

Seinget gue Daniel punya rival di SMA ini. Bahkan mereka pernah ketangkep saling menonjok satu sama lain. Daniel gak pernah cerita ke gue secara details inti masalah mereka, tapi gue yakin kalau itu bukan masalah sepele. Mungkin masalah antar lelaki yang gue gak akan mengerti.

Sebelum pertandingan dimulai gue memutuskan untuk pergi ke toilet. Ketika hampir sampai, badan gue terhantam oleh badan seorang laki-laki. Bokong gue bakal mencium lantai kalau saja orang ini gak nahan punggung gue. Layaknya drama korea, kita tatep-tatepan sampe gue berdehem dan memperbaiki posisi kami yang terlalu intim buat orang yang gak saling kenal.

 Layaknya drama korea, kita tatep-tatepan sampe gue berdehem dan memperbaiki posisi kami yang terlalu intim buat orang yang gak saling kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo gapapa?" Tanya cowok berjaket hitam itu.

Gue mengangguk, "Gapapa."

Cowok itu menghela nafas panjang sebelom ngomong, "Kalo lo ngerasa belom baikkan, pergi aja ke UKS. Bisa kan?"

Dengan itu dia pergi aja tanpa ngomong apa-apa lagi. Gue gak mempermasalahkan sih, toh gue juga gak kenapa-napa.

Setelah dari toilet gue ke lapangan buat mencari tempat terpewe. Sebelum pertandingan dimulai, ada penampilan cheerleaders dari kedua belah timㅡ tuan rumah dan sekolah gue. Kak Pinky jadi pusat formasi, dan harus gue akui, dia emang berbakat.

Penampilan para cheerleaders berakhir. Pertandingan pun akan segera dimulai. Gue berdiri begitu pula para penonton yang lain, biar dapet view yang lebih jelas. Gue mengernyutkan dahi ketika melihat perwakilan masing-masing tim buat melakukan tip-off.

Daniel dan.. cowo yang tadi nabrak gue!

Dari tulisan di belakang kaos basketnya, nama cowok itu adalah Donghan. Dan kalo insting gue gak salah, Daniel dan Donghan mempunyai hubungan yang gak baikㅡ kelihatan dari cara mereka saling menatap,

kayak pengen membunuh satu sama lain.

---

author's note

gue nulis apaan sih ini wkwkwkw

btw seneng deh baca komen2 kalian hihi luv ♡

past lover | k. danielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang