Hari ini mereka tiba di Rumah baru bagi Valen maupun Devries, rasanya lebih tenang di banding hari-hari mereka kemarin di rumah keluarga Valen maupun Devries. Setelah menikah mereka tinggal di rumah Valen selama seminggu, lalu seminggu kemudian di rumah Devries dan minggu ini mereka resmi tinggal di rumah yang telah mereka beli beberapa waktu lalu.
Valen melemparkan dirinya ke sofa empuk, membiarkan kopernya begitu saja rasanya badan Valen perlu peregangan. Devries masuk membawa koper miliknya, lalu melirik Valen yang kini tengah rebahan di sofa sembari memainkan ponselnya lalu tertawa-tawa sendiri.
Ah jadi ini alasan mama nya menyuruh Valen lekas menikah, mungkin beliau khawatir melihat anaknya setiap hari seperti itu. Tatapan Devries telah mendeskripsikan segala pikiranya, ia menghela nafas lalu membawa koper Valen dan segera berjalan menuju kamar.
"Eh, koper aku mau di bawa ke mana?" Valen yang menyadarinya segera terbangun dari posisi nyamannya.
"Ya ke kamar kita, emangnya mau di taruh dimana lagi?" Balas Devries dengan santainya lalu masuk ke kamar.
Valen lalu menyusul Devries dan meraih koper miliknya, "biar aku sendiri yang beresin" kata Valen.
Mereka segera membereskan pakaian mereka, dan beberapa barang bawaan. Valen segera mengisi meja rias dengan skincare routine miliknya, dalam sekejap meja terlihat penuh. Sedangkan Devries hanya menaruh parfum dan deodorant saja."Kamu gak lake skincare Dev?"
"Buat apa?"
"OMG, really? Kok kulit kamu bagus sih liat ini mulus gini. Masa gak pakai?" Valen menatap Devries tidak percaya sembari menangkup wajah Devries dengan kedua tangannya lalu menatap secara seksama kulit wajah Devries yang nampak terawat.
"Saya pakai face wash saja, udah saya simpan di bathroom Val." Kata Devries sembari menatap Valen yang terlihat dekat sekali.
"Eh ... Sorry Dev." Valen seketika sadar wajah mereka sangat berdekatan, dengan pipi yang merona ia menjauh dari Devries. Meski mereka sudah menikah, bahkan sudah berciuman dua kali dan tidur bersebelahan mereka masih merasa malu-malu.
"Kamu laper gak Val, Ayo kita makan."
"Ayo."
Mereka menuju ke dapur, Devries meraih celemek dan memakainya. Di susul Valen yang memakai celemek satunya, Devries mengeluarkan bahan-bahan makanannya sedangkan Valen terlihat bingung.
"Kita mau masak apa Chef Dev?"
"Omelette sama salad aja, Val."
"Oke Chef, aku siapin piring ya dan bagian cuci piring aja ya hehehe."
Devries terkekeh, lalu mengacak rambut Valen sembari tersenyum. "Kalau gitu mending lepas celemek nya dan duduk di sana aja nyonya Valen." Kata Devries mengikuti nada Valen yang memanggilnya Chef.
Valen terkekeh, lalu mengangguk-angguk dan melepaskan celemek nya. Ia tahu tidak akan banyak membantu di dapur, meski sudah les private bersama sang mama dan kakak tercinta tetap saja cuma nasi goreng dan mie instan yang bisa dia masak.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER LET YOU GO
Lãng mạnJagan berurusan dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya. Begitulah banyak orang mengatakan, akan tetapi kisah ini menceritakan tentang dua orang yang belum pernah bertemu sebelumnya, suatu hari takdir mempertemukan mereka. Namun saya...