Malam 9

5 0 0
                                    

Lampu-lampu malam terlewati dengan kecepatan bis. Kamu baru saja menaikinya dan terkaget melihatku di kursi belakang. Kamu menghampiriku sembari menyimbangkan tubuh saat bis kembali berjalan. 

Kamu duduk di sampingku.

"Kamu yang di kelas sebelah kan? Yang selalu di kelas saat jam istirahat?" 

"Iya."

"Dari mana?" 

"Habis dari perpustakaan."

Kamu mengangguk sembari memperhatikan jalanan di luar. Aku memperhatikan wajahmu dengan jantungku yang berdebar tak karuan. 

"Kamu berhenti di sini juga kan?" tanyamu saat kamu bersiap turun.

"Iya."

Kami pun turun, udara di luar dingin, aku merapatkan jaketku. 

"Kamu ke arah mana?" 

Aku menunjuk ke arah kanan halte. Kamu tersenyum karena kamu juga ke arah yang sama. Kami berjalan dalam hening. Sampai butiran salju turun.

"Ah, salju pertama," ucapku tiba-tiba.

"Kamu keberatan salju pertamamu ditemani olehku?" 

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya spontan berkata." 

Kamu tersenyum melihatku yang salah tingkah. Aku merasa pipiku mulai merona, hangat. Setelah itu hanya ada kami yang tersenyum satu sama lainnya. Hingga jalan kami terpisah di persimpangan. 

"Besok aku akan ke kelasmu!" teriak kamu di seberang jalan sana sambil melambaikan tangannya lebar.

Aku menatap punggungnya menjauh sambil tersenyum. Ah, mungkin ini yang namanya cinta. 

every nights you comeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang