1

16 2 0
                                    

Aku berharap penantian ini tidak berujung penyesalan.

"Apa sudah ada kabar?", tanya pria itu sambil mengaduk kopi yang ia buat.

"Belum."

"Huuffft..", wanita itu menghembuskan nafas dan memalingkan wajahnya ke jendela. Menatap jalanan kota yang padat seperti biasanya. Pikirannya melayang entah kemana. Kerinduan yang selama ini ia tahan tanpa bisa secuilpun terobati, kerinduan yang hanya bisa dipendamnya seorang diri.

Entah bagaimana perasan itu bisa semakin besar tiap harinya. Berulangkali ia berharap perasaan itu akan sedikit berkurang saat ia menatap gambar. Namun nihil. Perasaan itu justru semakin menggebu tiap detiknya.

"Apa nomornya tidak bisa dihubungi?", pria itu kini duduk di depannya. Menyecap kopi buatannya dan sedikit menggerutu.

"Nomornya tidak aktif sejak beberapa minggu yang lalu.",jawabnya datar.

"Apa sudah menghubungi temannya?"

Wanita itu kini menatap cincin yang ia pakai dan memainkannya. Melepas lalu memakainya lagi. Berulang kali.

"Aku sudah menghubungi semua temannya yang ku tau, tidak hanya itu, aku bahkan bertanya pada salah satu dosen yang mengajarnya."

"Lalu??"

"Dosen itu bilang.. dia baik-baik saja. Dia mengikuti kelasnya setiap hari."

"Hahh.. syukurlah, apa kau menyimpan nomor dosen itu?"

"Tentu, aku memohon padanya agar selalu memberiku kabar tentang dia."

"Dosen itu mau melakukannya? untukmu? tanpa imbalan?"

"Hemm, dia bilang iya."

"Baguslah, kau bisa tenang sekarang."

"Tidak. Aku tidak akan tenang jika belum mendengar suaranya."

.....

Seorang pria sedang berjalan di halaman sebuah kampus, ia terlihat kesusahan membawa barang bawaannya. Tak lama seorang gadis cantik datang menghampirinya. Senyumnya yang begitu manis mampu memikat hati semua pria di kampusnya. Tak terkecuali pria yang ia datangi kali ini. Mungkin.

"Hei, sini aku bawain." ucap gadis itu sambil merebut tas si pria.

"Nggak usah, bisa sendiri kok." dia lalu mengambil alih tasnya.

"Dihh, beneran nggak mau dibantu? Berat banget gitu kayaknya."

"Kelihatan lagi keberatan ya?"

"Iya, banget."

"Kalo aku aja keberatan apa lagi kamu yang kecil."

Gadis itu langsung memberengut kesal. Bagaimana tidak, sudah menjadi makanannya sehari-hari diejek seperti anak kecil. Bukan apa-apa, itu karena memang postur tubuh gadis ini  yang tidak tinggi dan tubuhnya yang tidak begitu gemuk.

"Mau sampai kapan ngatain kecil sih?!"

"Dihh, biasa aja kali nggak usah ngegas."

"Habisnya kamu sih ngatain terus."

"Haha, iya udah nggak usah ngambek juga." Pria itu mengacak rambut gadis di sebelahnya.

Seulas senyum pun terukir di wajah gadis itu, menambah cantik wajahnya yang menawan.

Ghea.. gadis itu menyukai pria yang baru saja mengacak rambutnya.

PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang