Kau Orangnya Sebuah kesimpulan

89 2 0
                                    

Sang fajar kembali lagi, cahayanya membakar langit sore kemerahan. Hadirnya diiringi kicauan burung- burung dan hiruk pikuk dunia. Ada yang tengah sibuk di dapur, mempersiapkan sarapan untuk keluarga tercinta. Ada juga yang tengah ribut mencari buku pelajaran sekolah. Yang masih terlelap dalam ruang mimpi juga ada. Sedangkan aku, tengah sibuk menatap layar ponselku. Berharap sebuah " Selamat pagi kak " muncul di sana, dan menjadi sarapan termanis dalam hidupku. Tapi ternyata tidak ada.

Kau harusnya menyaksikan perubahan di dalam hidupku. Hidupku yang dulu adalah sebuah klise yang selalu diputar berulang kali, membosankan, dan sangat membosankan. Namun semenjak ada kau yang menetap di ruang imajiku. Hidupku lebih mirip seperti sebuah lagu favorit yang kuputar berulang- ulang sebelum tidur. Bersenandung ratusan kali di sepanjang malam, tanpa pernah bosan dan kunikmati sendunya.

Ironi. Di ruang imaji, aku bebas membuat skenario indah denganmu. Bebas menemuimu, bebas tertawa denganmu. Lalu bagaimana dengan realitas?? Nyatanya, kita berdua adalah dua manusia yang tengah sibuk berlari. Aku sibuk berlari mengejarmu, sedangkan kau sibuk berlari menghindar.

Membayangkan mata cokelat indahmu dan senyummu yang merekah tipis adalah alasan mengapa hidupku tak lagi membosankan seperti dulu. Membayangkannya saja mampu meledakkan semestaku. Jagad rayaku dipenuhi dengan jutaan kembang api yang mengubahnya menjadi jelaga.

Kau orangnya

Yang kurenungkan tiap paginya. Lalu kukhawatirkan di siang hari. Kubuai di sorenya. Dan akhirnya untuk kurindukan tiap malamnya. Ayolah, mengertilah. Kita sama- sama seorang pemimpi bukan? Kau dengan impianmu, dirinya. Dan aku yang sedang berusaha dengan impianku, dirimu. 

Sebuah SajakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang