Bagian 2: Hujan bersama

72 11 1
                                    

Hujan yang  turun deras hari ini telah  menahanku di sebuah emperan kios, layaknya seorang tunawisma tetapi tak perpenampilan compang camping.Suara petir yang menggelegar dipendengaran telah mengingatkanku pada sosok wanita paruh baya yang setiap pagi mengusik ketenanganku bergelung manja dalam balutan selimut tebal. Aku selalu malas untuk beranjak dari kasur empukku ketika hari minggu tiba.

        Hari minggu sangat melelahkanku, dimana aku harus mencuci semua pakaianku, membersihkan halaman, membantu papa mencuci mobil kesayangannya,kemudian semua kesibukanku itu akan  berakhir pada pukul  5 sore yaitu mengantar dan menjemput adikku bimbel. Hari minggu biasanya digunakan untuk beristirahat dari segala aktivitas yg melelahkan dan memuakkan. Dan aku harus merelakan hari minggu menjadi sama saja dengan hari-hariku seperti biasa. Satu hal yang perlu dicatat, aku sangat membenci hari minggu.

      Tak terasa sudah hampir 1 jam ternyata aku menunggu hujan untuk mereda. Namun hujan tak kunjung reda dan semakin deras saja . " yaelah, gimana mau pulang? Pasti kesorean malah makin deres lagi. " kataku merutuki kesialanku hari ini.
"Nggak baik loh memaki hujan, hujan itu nikmat  entar Tuhan marah lo." sahut suara yang tak asing bagi pendengaranku.
Dan benar saja suara itu memang tak asing lagi, suara merdu seorang gadis yang selalu aku rindukan.Tuhan, kali ini izinkan waktu berjalan lebih lambat, agar aku bisa lebih lama lagi bersama Raisa.

        Sekian detik berlalu dengan keheningan "Raisa, kamu lagi nunggu dijemput?." ucapku menghilangkan kecanggungan yang tercipta di antara kami. "Aku naik sepeda, lupa nggak bawa jas hujan jadi neduh disini."senyum lesung pipitnya membuat tatapanku tak lepas darinya. Dan... sebuah suara membuat kesadaranku kembali.
" kamu kenapa, fa? ."
" i...iyaa,, saya nggak papa kok, Raisa saya boleh minta ID line kamu?."
" Lagi- lagi dia tersenyum, bisa-bisa aku bisa diabetes nih gara-gara liat Raisa senyum."
Dia pun mengangguk seraya mengambil kertas lalu menulisinya dan memberikannya padaku.
" terima kasih ya."Kataku tulus dan kebahagiaan kini menyelimutiku.
"Iya, oh ternyata kita keasyikan ngobrol sampe hujannya udah reda, yaudah aku duluan ya sampai jumpa lagi fa." Akupun mengangguk sebagai jawaban.
Untuk pertama kalinya aku sangat menyukai hujan, dimana hujan telah menjadi tim suksesku yang Tuhan kirimkan  untuk membuatku bisa mengenal lebih dekat gadis itu.

 
       Kini kegelisahan melandaku, dimana pesan yang kukirim kepada Raisa beberapa menit yang lalu belum ada tanda-tanda kan berbalas. Benda berlayar tipis itu tak lepas dari perhatianku.  Drrtttt..drrtt...
aku pun segera mengecek smartphoneku kupikir Raisa telah membalas pesan dariku.
From Nicho:
 Woyy,,, dimana lo? anak-anak pada ngumpul rumah gue nih, buruan kesini.
Nicho?! Benar-benar menyebalkan. Sontak kulempar benda pipih itu kekasur hingga kemudian benda itu kembali berdering.
Drrrttt....drttt
Akupun segera meraih benda itu dan ternyata pesan yang sekian lalu aku harapkan.
From Raisa:
"Maaf baru balas, iya fa" senyumku seketika mengembang membaca satu pesan darinya. Kuharap ini adalah awal yang baik untuk aku lebih mengenalnya.
Bahagia yang membuncah membuatku tidur dengan nyenyak malam ini. 

      Suara kokokan ayam terdengar bersahutan dengan Adzan shubuh yang berkumandang.
Tok..tok..tok..(anggap aja  suara pintu yg diketuk😊)
"Dit, udah shubuh nih, kamu nggak bangun?." Suara mama membangunkanku dari mimpi indahku. " iya, ma. Ini udah bangun." Jawabku serak khas orang bangun tidur. Tidak biasanya aku bangun saat suara adzan di Masjid dekat rumahku telah berakhir. Jatuh cinta telah memengaruhi setiap sudut kehidupanku.
Senin pagi telah dimulai. Hari yang paling tak disukai anak sekolah. Acara rutin para siswa pada hari senin adalah  untuk mengikuti upacara bendera. Alasan kebanyakan siswa membenci hari senin adalah  karena upacara. Kegiatan rutin  yang identik dengan segala  kedisiplinan serta cuaca panas yang membakar tubuh. Tapi aku selalu berpikir positif terhadap apapun, termasuk upacara bendera.

       Kita hanya perlu mengikuti kegiatan tersebut 1 minggu sekali dan itupun hanya beberapa jam, hal ini tak sebanding dengan perjuangan para pahlawan untuk mendapatkan kemerdekaan yang kita rasakan saat ini. Mereka rela mempertaruhkan waktu, tenaga bahkan nyawa mereka untuk masa depan generasi mereka yaitu kita. Bukankah ini sesuatu yang gampang?! ,yang harus kita lakukan untuk menghargai jasa mereka salah satunya adalah dengan mengikuti upacara bendera, dan itupun sering kita lakukan dengan terpaksa dan mengeluh.

       Upacara bendera berjalan dengan semestinya, lancar tanpa hambatan sedikitpun. Kupandangi deretan anak-anak kelas XI Ips, tapi tak sedikitpun kutemukan seorang Raisa. Arggghhh kekhawatiran menyelimuti hatiku.
" Woyy, celingak- celinguk aja lo, nyari cewek penari itu ya fa." Suara Nicho membuatku kaget, dia benar -benar sok tahu sekarang.
"Apaan sih, sok tau lo." Elakku. Dia tersenyum jahil karena berhasil menggodaku.
"Ketebak kali fa, dari tadi pandangan lo nggak pindah dari dari kelas gadis itu."
" siapa namanya, sa..sa... Raisa?! Wah udah kayak nama penyanyi cantik itu ya, fa?." Lanjut Nicho. Apakah mukaku transparan sehingga si Nicho bisa membaca semua isi pikiranku,selain sok tahu   ternyata cowok ini berbakat menjadi cenayang.

       "Gue dengar, hari ini dia nggak masuk jadi percuma lo pantengin dibarisan kelasnya." Apa yang dia bilang barusan?! Raisa tidak masuk?! Kemana dia?! Sakitkah?! Mengapa Nicho lebih tahu daripada aku?!. Benar-benar menyebalkan!.
"Kenapa?, dia sakit ya?." Mendengarkan jawabanku itu, Nicho pun tersenyum.
 " lo nggak bisa bohong sama gue fa, jadi beneran dari tadi lo nyariin gadis itu." Akupun berdecak sebal mendengarnya.
"Ekskul tari tampil di TMII sampe 3 hari kedepan." Jawaban Nicho membuatku kembali berdecak sebal. Bagaimana bisa aku tak mengetahuinya?!. Hari senin seharusnya adalah hariku yang paling bersemangat. Tapi tidak untuk kali ini aku sama sekali tidak bersemangat. Karena aku tak berjumpa Raisa gadis penyemangatku.

Pukul 2 siang aku telah sampai dirumah, hari ini aku sangat tidak mood untuk mengikuti ekskul basket, bahkan aku berniat untuk bolos les hari ini.Aku pun langsung menuju dapur. Menghampiri mama disana, kuraih dan kucium punggung tangannya seperti yang setiap hari aku lakukan berangkat dan sepulang sekolah. "Dit, kok tumben jam segini udah pulang?, Biasanya kamu ekskul dulu terus langsung les." Tanya mama melihat ketidakbiasaanku hari ini.
"Enggak ma, aku lagi capek banget hari ini, aku mau libur les ya?."
 " iya terserah kamu, yaudah kamu makan sana terus istirahat." Aku mengangguk sebagai jawaban. Mama memang perempuan yang paling mengerti aku.

        Aku mengunci kamar dan merebahkan tubuhku , aku benar-benar lelah hari ini. Aku menuju kamar mandi untuk memulihkan tenagaku yang hilang, lalu kemudian menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim. Setelah menunaikan shalat 'Ashar akupun lalu kembali  bergelut dengan setumpuk buku tebalku. Sebentar lagi aku akan melaksanakan ujian semester yang menentukan aku naik kekelas XII. Tak terasa sudah pukul 8 malam ,dan sudah hampir 3 jam aku bersama buku-buku rumusku itu. Aku telah  menyelesaikan semua tugas tugas dan beranjak berbaring dikasur empukku. Hari ini benar-benar melelahkan, tanpa kusadari aku sudah di alam bawah sadarku. Dan semuanya gelap..... akupun tidur.

       🍁🍁🍁🍁TBC 🍁🍁🍁🍁
 
Hello epribadehhh 😂 aku kembali lagi masih dengan cerita yang nggak jelas ini. Maafkeun typo yg masih banyak 😊
 Vomment dari kalian sangat membuatku bersemangat 🙌
Buat temen-temen yang pada nunggu kelanjutan cerita aku maaf yaa.. .soalnya aku juga sibuk ... maksutnya menyibukkan diri 😊😊😃
Oke dehh ditunggu ya kelanjutan kisah cinta babang Arfha dan eneng Raisa-nya😃
Happy reading 😇
Matur suwun 😍😍

Salam,
Hercules(uss) 😘😘

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang