23 - Kiiara Ngidam

21.4K 762 35
                                    

"Sayang, nanti pulangnya jangan sore-sore, ya?" Kiiara bergelayut manja dipelukkan Adjie.

Tangan Adjie memeluk tubuh Kiiara yang semakin berisi seraya mengangguk. "Iya. Nanti kamu mau dibeliin apa?"

Memasuki trimester kedua Kiiara masih sering mengidam. Hampir setiap hari ada saja yang diinginkannya. Beruntung jam kerja Adjie fleksibel, jadi masih bisa menuruti keinginan Kiiara yang kadang Adjie harus rela mencari sampai kepelosok desa dipinggir kota Jakarta, karna saat itu Kiiara ingin makan rambutan yang langsumg dipetik dari pohonnya. Padahal saat itu belum masuk musim rambutan. Untung saja ada satu pohon yang entah bagaimana selalu berbuah tidak dimusim rambutan saja.

"Aku mau... kelengkeng." Jawab Kiiara manja. Adjie mengangguk. Kalau ini mudah saja. Sekarang sedang musim kelengkeng. Jangankan di toserba, dipinggir jalan sepanjang jalanan ibukota pasti banyak.

"Udah? Itu aja?" Tanyanya memastikan. Kiiara mengangguk.

"Yakin?" Tanyanya lagi. Dia tahu istri mungilnya pasti masih menginginkan sesuatu.

Kiiara menunduk sambil memainkan jemarinya didada Adjie yang tertutup kemeja warna biru. "Um.. sama pie anggur, kalo boleh." Jawabnya malu-malu. Adjie tertawa. Ia sudah hafal betul. Kiiara tidak akan cukup hanya dengan satu jenis makanan saja. Minimal pasti dua jenis makanan yang akan dimintanya.

Adjie mengangguk, mengelus bibir Kiiara dengan jempolnya. "Yaudah aku berangkat dulu ya? Hati-hati dirumah. Kalo ada apa-apa langsung telfon aku." Pesannya yang diakhiri ciuman lembut dibibir Kiiara.

"Iya. Kamu juga hati-hati ya." Kiiara mencium tangan dan balas mencium bibir Adjie. Hanya sekilas karna ia sadar kalau lebih lama dari itu makan mereka akan berakhir telanjang dengan sisa peluh diseluruh tubuh. Maklum, hormon ibu hamil. Sensitif.

Sebelum benar-benar pergi, Adjie mengecup kening Kiiara sekali lagi dan beranjak menuju mobilnya. Kiiara melambaikan tangannya lalu melakukan gerakan cium jauh yang membuat Adjie terkekeh.

***

Kiiara bersenandung pelan sambil sibuk membolak-balik buku resep kue-kue yang beberapa waktu dibelinya bersama Adjie.

"Enaknya bikin apa ya?" Gumamnya pada dirinya sendiri. Tangan dan matanya sibuk membolak-balik halaman buku dan membaca deretan huruf disana.

Sekian menit habis hanya untuk memikirkan apa yang ingin dibuatnya. Dan karna bingung hendak membuat kue apa, akhirnya Kiiara menutup buku resepnya dan memandangi kolam renang dengan pandangan menerawang.

Pikirannya terbang membawanya pada kejadian beberapa bulan lalu saat ia bertandang kerumah sepupunya Adjie. Saat itu Sanika, sepupu Adjie, sedang membuat pie apel, dan beberapa kue kering serta muffin berukuran kecil.

Kalau boleh jujur dia sebenarnya iri pada Sanika. Perempuan seumuran Adjie itu begitu telaten dan pandai membuat segala macam jenis kue. Tentu saja, keluarga Adjie kebanyakan seorang chef. Itu termasuk Sanika dan Papa mertuanya, Papanya Adjie. Karnanya Adjie juga pandai memasak karna sedari kecil sudah ikut memasak bersama Papanya. Dan Kiiara selalu iri pada mereka yang pandai berkutat didapur.

Suara dering ponsel membuat Kiiara tersentak kaget. Ia ambil ponselnya dari atas meja dan melihat ID Caller-nya adalah suaminya. Ia lalu melirik jam dinding yang berada diujung ruang makan. Waktu menunjukkan pukul satu siang. Selama itukah dia merenung?

"Halo, sayang?" Sapanya.

"Hai.. kamu udah makan? Gimana baby-nya? Kalian baik-baik aja kan?"

"Baik, sayang. Tenang aja... tapi.."

"Tapi apa? Kenapa? Kamu mau sesuatu?" Tanya Adjie panik.

My Bae 1 - DJIERA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang