Chapter 4

159 11 0
                                    

Chapter 4

"TOK..TOK"

"Dio, apa Miuna boleh masuk" tanya Miuna perlahan.

"Masuk saja" jawab Dio sambil terus belajar.

Miuna masuk dan perlahan duduk di tempat tidur dekat meja belajar Dio. "Kenapa kau terus belajar. Kau kan sudah pintar." gerutu miuna.

Dio menghela nafas mendengar gerutuan Miuna. "Kau seharusnya juga belajar miuna. bukan malah main-main disini. aku tak akan melayani permainanmu saat ini, ada banyak yang harus kupelajari sekarang. sebentar lagi ujian semester. ingat?" lanjut dio tetap tidak memandang miuna sedikit pun.

Entah kenapa, perasaan miuna menjadi tidak menentu. Kenapa dio berubah menjadi tidak memerdulikannya lagi, pikirnya. Dada miuna sesak.

Miuna menyandarkan kepala ke bahu mungil dio. "Apakah aku juga tidak boleh bersandar seperti ini dio?" bisiknya lirih.

Deg..

kendalikan, kendalikan, kendalikan, pikir dio.

"Kau kan sudah punya kakak. kau tentu bisa bersandar ke kakak" jawab dio sambil berusaha terus fokus dengan pekerjaannya.

Miuna hanya menghela nafas. "Aku suka dio yang dulu" lanjutnya lirih sebelum kemudian dia memutuskan untuk pulang saja. "Baiklah aku pulang saja, sepertinya aku pengganggu disini"

"Oke, hati-hati" sekali lagi dengan tidak menatap miuna sama sekali. Hal itu membuat dada Miuna semakin sesak. Mata miuna sudah berkaca-kaca. Sebelum air mata itu jatuh, miuna bergegas pulang.

"Kak, aku pulang" teriaknya pamit ke hikari.

Saat hikari keluar kamar, miuna sudah tidak ada. Firasat hikari semakin kuat. Ada sesuatu diantara mereka.

Sementara itu, sepeninggal miuna, dio sudah tak bisa lagi berkonsentrasi. Dadanya juga menjadi sesak. "Aku juga tak ingin hal ini terjadi Miuna. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana lagi" jawab dio lirih. "Maafkan aku"

************

Di kampus

Hikari tidak bisas berkonsentrasi dengan apa yang dosen ajarkan. Di dalam pikirannya, dia memikirkan kondisi antara Dio dan Miuna. Tak bisa dipungkiri mereka saling mencintai satu sama lain, tapi mereka belum menyadarinya. Dia tak sebodoh itu untuk tidak bisa menerka perasaan adik kesayangannya itu. Tapi, di lubuk hati terdalam, Hikari belum sanggup melepas Miuna dari pelukannya. Dilain bagian hatinya, dia juga tidak sanggup melihat adiknya menderita seperti apa yang dilihat sekarang.

Sebagian egonya mengatakan bahwa dia sudah berkorban banyak untuk Dio. Haruskah dia berkorban lagi untuk ini. Dia mengacak acak rambutnya sepanjang jam kuliah berlangsung.

"Tebak siapa?" suara seorang wanita terdengar dari belakang tempat duduk dio. Tangan wanita itu menutup mata Hikari, sehingga Hikari tidak dapat melihat siapa itu. Tapi Hikari sangat mengenal suara itu. Suara itu milik seseorang yang ia sayangi dulu. Mantan kekasihnya yang sekarang menjadi sahabatnya, jihyun namanya.

"Sudahlah, jihyun. Aku sedang tak berminat untuk bermain-main denganmu" jawabnya ketus sambil melepas tangan jihyun dari matanya.

"Kau seharian ini aneh. Ada masalah di rumah?" tanyanya lembut

"Ini soal miuna. Sepertinya aku menjadi penghalang diantara mereka." jawabnya pelan

"Hmm.." jihyun meresponnya dengan anggukan paham. "Kau bisa kembali padaku jika kau mau."

"Haruskah aku?" canda hikari kepada jihyun. Sejak Hikari jadian dengan Miuna, Jihyun selalu mencari celah diantara mereka. Saat terjadi konflik antara hikari dan miuna, dia selalu mengatakan statement itu berulang kali. Hikari sudah terbiasa dengan itu.

Entah kenapa hikari merasa saran jihyun mengena di pikirannya. Haruskan aku kembali ke jihyun agar Miuna bisa bersama Dio, apakah hatinya bisa kuat melihat dio dan miuna bersama, pikirnya.

"Sudahlah, lupakan hal itu. mari kita makan. aku sudah lapar ini." ajak jihyun mengalihkan pembicaraan.

"baiklah." jawab hikari lemah Keduanya pun menuju kantin kampus.

**********

Sementara itu, dari tempat duduknya, Miuna memandangi dio sepanjang hari. Dio seakan jauh dari jangkauannya. Dia sudah tidak bisa menjangkaunya lagi. Dia tidak bisa fokus dengan pelajaran hari ini. Semua terasa masuk dari telinga kiri dan keluar lewat telinga kanan.

"Miuna. Kerjakan soal di depan" panggil bu guru tiba-tiba.

Miuna kelagapan. Dia melihat soal yang terpajang dipapan. Dan semua dalam bahasa inggris. Ya, saat itu adalah pelajaran bahasa inggris. Pelajaran yang paling tidak dikuasasi Miuna. Dia hanya menundukkan kepala dan menyalahkan diri sendiri atas apa yang dilakukannya hari ini. Beberapa menit kemudian, dia menyadari isyarat dari Dio. Dio menulis jawabannya dibuku dan menunjukkannya kepada miuna secara diam-diam. Setelah tahu apa jawabannya, Miuna melangkah mantap ke depan kelas dan menuliskan jawabannya di papan dengan senyum yang terkembang. Entah kenapa dia merasa senang sekali ketika Dio kembali memperhatikannya.

Namun saat mata miuna memandang dio untuk berterimakasih, dio sudah tak lagi memandangnya. Dia kembali ke bukunya dan tidak melihatnya di depan kelas. Senyum Miuna pun menghilang.

"Wah, bagus Miuna. Kau lebih baik sekarang." puji bu guru yang dibalas senyum terpakasa oleh miuna. Miuna kembali ke tempat duduk dengan lesu. Dia kembali memandangi dio. Dadanya sesak. Dia merasa kangen dio yang dulu dia kenal.

Saat bel istirahat berdering, miuna berjalan lunglai keluar kelas. Dia berjalan dengan pandangan kosong. Susana di kelas sungguh membuatnya tak nyaman. Tanpa ia sadari di sudah sampai di atap sekolah.

Angin berhembus lembut membelai pipi chubby nya. Miuna menutup matanya untuk lebih merasakan keberadaan angin yang tak pernah terlihat itu.

"Dio, aku merindukanmu."

air mata menetes membasahi pipinya. Kemudian dia menangis dengan hebat ditemani angin yang seakan mencoba menenangkannya.

Dio mendengar semuanya di balik pintu. Dan hanya terdiam sesaat dan kemudian meninggalkan Miuna sendiri di atap.

Kenapa jadi begini. Ini sudah jadi pilihanmu kan miuna. Kenapa kau begini. pikirnya sedih menyadari keadaan miuna.

*************

Malam itu miuna mengurung diri di kamar. Dia merebahkan diri di tempat tidurnya sambil mengacak-acak origami bintang yang dibuatnya bersama dio dulu ketika mereka kecil. dia mengeluarkan bintang origaminya dari toples dan menjatuhkan satu persatu seakan dia merasakan hujan bintang di sekitarnya.

TOK.TOK

"Boleh kakak masuk miuna?" terdengar suara hikari dari balik pintu.

"Masuk aja kak, pintu gak dikunci kok." jawab miuna sambil terus memainkan bintangnya.

Hikari duduk di sisi Miuna. Miuna menggeser kepalanya ke pangkuan Hikari.Sepertinya ini akan jadi terakhir kalinya kau seperti ini padaku miuna, pikirnya.

"Apa kau masih mencintaiku miuna?" tanya hikari lembut sambil mengelus rambut miuna yang lembut.

Miuna terbangun. "Tentu kakak. Kenapa kau bertanya seperti itu?" jawab miuna cepat.

Hikari memandang mata miuna dengan lembut. tatapan mata mereka bertemu. Mata hikari menuju  bibir miuna. dia sungguh ingin menciumnya. Ini terkahir kali, pikirnya.

BIbir hikari mulai mendekati bibir miuna. Miuna merasakan perasaan meluap-luap yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Dan semuanya terjadi begitu saja. ciuman hikari berhasil mendarat di bibir miuna. Dengan ini, hikari berhasil merebut ciuman pertama miuna. Maaf dio, pikirnya.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang