Chapter 6

196 15 1
                                    

Malam itu malam yang dingin. Hujan baru saja berhenti, menyisakan genangan-genangan air yang tak kunjung meresap, karena struktur tanah yang diperkeras dengan bantuan semen. Aroma tanah akibat hujan menyiraminya pun masih semerbak di pekarangan rumah Hikari. Hari ini hari yang cukup berat baginya. Mulai dari beban kuliah yang makin berat dan tak kunjung selesai hingga tingkah Miuna yang mulai meresahkan membuat suasana hatinya berantakan.

Dia merasa membutuhkan tempat untuk bercerita kegalauan hatinya. Dia meraih hp nya yang ada di meja dan mulai mencari nomor kontak seseorang. Ketika tiba pada nomor Ji Hyun, dia menghentikan pencariannya. Ji hyun adalah teman kuliah yang juga mantan kekasih Hikari sebelum pada akhirnya dia sekarang dekat dengan Miuna. Semua berjalan sempurna ketika dia bersama JiHyun. Tapi setelah bersama Miuna cukup lama, Hikari menyadari bahwa perasaannya terhadap Ji Hyun tak lebih dari sekear teman kuliah laki-laki yang mencoba berbuat baik dengan teman wanitanya. Berbeda dengan saat dia bersama Miuna. Saat bersama Miuna, adalah saat-saat dia bisa melupakan segalanya hanya ketika dia bersamanya. Saat-saat ketika Miuna tersenyum adalah adalah sumber kekuatannya. Ji hyun yang merasakan perubahan sikap Hikari dari waktu ke waktu memutuskan untk mengakhiri hubungan mereka. "Lebih baik sakit sekarang dan sudah, daripada sakit terus menerus" pikirnya ketika memutuskan Hikari. Bagi Ji Hyun sakit hati saat itu adalah efek samping dari menyukai seseorang terlalu dalam, dan Ji Hyun sudah menyiapkannya lebih awal sejak memulai hubungan dengan Hikari. Meski pada akhirnya rasa sakitnya lebih dari yang selama ini dia pikirkan. Sekarang mereka menjadi team paling solid di kampus. Ji Hyun yang paling mengerti HIkari, dan Hikari cukup tau apa yang diinginkan Ji Hyun. Sebatas itu hubungan mereka saat ini.

Terdiam beberapa saat untuk memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Haruskah aku menelponnya malam-malam begini? pikirnya.

Di tengah kegaduhan hatinya, iu jari tangannya sudah memencet tombol perintah menelepn di hp-nya. Kaget. tak berapa lama, muncul suara Ji hyun di speaker hp nya.

"Halo, Hikari"

"Hai, Ji hyun."

Setelah menutup teleponnya, Hikari beranjak menuju garasi motornya, untuk berangkat menjemput Ji Hyun. Suasa jalanan masih sepi. Mungkin hujan cukup membuat orang enggan keluar rumah. Hal ini membuat perjalanan hikari menuju rumah Ji hyun sangat lancar. Cukup 10 menit untuk mencapainya. Padahal kalau kondisi standard, butuh waktu 30 menit bahkan lebih untuk mencapai rumah Ji hyun.

Ting tong

Ji hyun yang memang sudah siap di depan rumah, masuk kembali kerumah untu bermatina dengan ibunya. "Mama, Ji Hyun pergi dulu." kemudian lari keluar pagar untuk menemui Hikari. Tak menunggu lama, Ji Hyun naik ke motor Hikari. "Ayo pergi"

"Ibumu?"

"Aku sudah memintakan izin untukmu. Ayo pergi"

Hikairi memacu motornya menuju cafe yang dekat dengan rumah Ji Hyun. Hikari menyadari, hari sudah malam, tak baik seorang laki-laki mengajak wanita baik-baik seperti Ji Hyun di tempat yang membuat khawatir orang tua Ji Hyun, meski sebenarnya orang tua JiHyun sudah sangat percaya dengan Hikari.

Hari itu cafe tidak seramai bisasanya. Setelah menginspeksi sejenak mencari kursi kosong di cafe. Mereka duduk di kursi sebelah kaca yang menghadap ke jalan raya.

Suasana diantara mereka kembali hening. Hikari meyadari kesalahannya karena telah mengajak pergi Ji Hyun hanya untuk menggantikan kekosongannya tanpa Miuna. Ji Hyun mnunggu Hikari membuka pembicaraan diantara mereka.

Pelayan datang. "Apakah anda sudah bersiap untuk memesan?" tanya pelayan yang menghampiri mereka.

"Capucino hangat, 1, dan.."

"Sama" sela Ji Hyun

"tolong capucino hangat 2 ya" jawab Hikari ke pelayan. Setelah mencatat pesanan mereka, si pelayan pun pergi.

Suasana kembali hening. HIngga pada akhirnya Ji Hyun tak tahan lagi.

"Apa maumu?"

Cukup lama Hikari mencoba merangkai kata dalam benaknya hingga pada akhirnya dia menyerah denga helaan nafas panjang keluar dari mulutnya.

"maaf" jawab Hikari pada akhirnya.

"Itu saja yang ingin kau katakan?" tanya Ji Hyun tegas. "Kalo itu saja yang ingin kau katakan, antarkan aku pulang sekarang. sepertinya tidak ada gunanya aku disini."

"tanpa kuberitahu apa masalahku sepertinya kau sudah tau." cerita Hikari pada khirnya.

"Soal Miuna?"

"Apalagi." sambil kembali menghel nafas. "Sepertinya aku jadi pria paling tidak tahu diri saat ini"

"Kau sudah menyadarinya." jawab Ji Hyun cepat. "Baiklah. tidak usah kau bicara apa-apa. Setelah minuman kita habis antar kan aku pulang. Setidaknya itu yang bsa aku lakukan untukmu saat ini"

"Terima kasih Ji Hyun"

Pelayan kemudian daang membawa pesanan mereka. Mereka mulai meminum minuman mereka. Dalam keheningan mereka duduk bersama dengan secangkir capucino hangat menghangatkan tubuh mereka. Seakan berbicara dalam diam. Hanya dengan saling memandang, Hikari tahu apa yang akan dikatakan Ji Hyun, begitu pula dengan Ji Hyun kepada Hiakri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang