"KRIIIIINGGG"
Bel sekolah berdering tanda jam sekolah berakhir. Perasaan Dio juga sudah membaik. Terimakasih banyak untuk Baekhyun.
"Dio, yuk pulang bareng" ajak Miuna.
"ah, aku ada janji dengan baekhyun, kau duluan saja." jawab dio sambil memberikan isyarat ke baekhyun agar dia mengiyakan.
"Ah, iya miuna. dia adan janji denganku. kau bisa pulang dulan kan?" meski agak sedikit bingung dengan sikap dio, baekhyun sekali lagi menuruti apa maunya.
"Hmm.. okelah kalo begitu." jawab Miuna. "Aku duluan ya"
Selepas Miuna pergi, Dio melepaskan helaan panjang sekali lagi. Akhirnya Baekhyun menyadari apa yang menjadi kegundahan Dio sejak pagi.
"Oh, jadi ini gara-gara Miuna" kata baekhyun sambil terus membereskan buku-bukunya di meja.
"ha.ha. ha, Miuna apaan.." jawab Dio ngeles.
"Aku tak ingin mengusikmu lebih dalam, kau orangnya sebening kaca sih, tinggal tunggu waktu saja sih, kapan muncul ke permukaan."
"Perumpamaanmu sepertinya sedikit kacau"
"Bodo. kau paham kan. itu cukup. haha"
"Aish.. oke oke, ini gara-gara dia."Dio mulai membuka diri.
"Hmm.."
Mereka terdiam di kelas, hingga kelas sepi.
"Sepertinya aku menyukainya" ungkap Dio lirih.
"Yang jadi masalah?" tanya Baekhyun
"....." Dio diam beberapa saat. "Dia... sudah ada yang memiliki"
Baekhyun paham perasaan Dio dan tidak menanyai lebih lanjut. Dia hanya menepuk punggung Dio pelan.
"Dan kau tahu? yang memilikinya adalah kakakku sendiri, Hikari" lanjut dio
Baekhyun tidak berkata apapun. Dia menjadi pendengar yang baik kali ini. "Kau bisa menginap di rumahku malam ini kalau kau mau."
"Benarkah?"
Baekhyun hanya mengangguk mengiyakan.
"Baiklah aku akan memberitahu kakak, kalau aku akan menginap di rumahmu." lanjut dio sambil mengambil hp disakunya. SMS sent. "Oke, mari kita pergi ke rumahmu Baekhyun"
Mereka beranjak dari kelas, menuju rumah baekhyun.
********************
"Ka, mana dio?" tanya miuna pada Hikari setelah mendapati kamar dio kosong.
"Dia menginap di rumah temannya." jawab hikari
"Kok, dia ga bilang aku sih" cetus Miuna kesal sambil melipat tangan dan cemberut.
"Kau kesini mencariku atau mencari dio?" canda hikari.
"kakak laahh" jawab miuna cepat. "aku hanya merasa sepi saja kalau dio tak ada" lanjutnya
"Mau kakak telponkan untuk menyuruhnya pulang?"
Gimana sih kamu miuna. kan bagus kalau gak ada dio. kamu bisa berduaan dengan kakak. pikir Miuna "Hmmm, ga usah deh. Eh, kakak masak apa malam ini." lanjut Miuna mengalihkan topik. Kali ini hati dan pikiran miuna entah kenapa tak lagi sejalan. Pikirannya bahagia karena dio tak ada. Hatinya merindukan keberadaan dio disisinya. Alhasil, dia menjadi tidak fokus sepanjang makan malam.
"Kau tidak papa Miuna? Dari tadi melamun terus." kata Hikari membuyarkan lamunan Miuna.
"Ah.. gak papa. eh, kaka tanya apa tadi. Aduh kenapa sih aku ini kok jadi ga fokus gini." jawab miuna sambil memukul kepalanya sendiri.
Hikari menghentikan tangan Miuna kemudian menggenggamnya lembut. "lebih baik kau pulang istirahat, besok sekolah kan."
"Tapi aku masih mau disiniiii" rengek Miuna.
"Pulang" jawab Hikari dengan suara agak dkeraskan sedikit.
"Baiklah" jawab Miuna sambil cemberut. "Aku pulang dulu"
Selepas Miuna pergi, Hikari merasa ada yang salah dengan Miuna dan Dio. Sebuah firasat buruk menghampiri dirinya. "Apakah miuna menyukai dio? Apakah dio menyukai miuna? Apakah aku menjadi penghalang mereka?" pikirnya. Tak bisa dipungkiri pula, dia juga sangat mencintai Miuna. Perasaannya menjadi tak nyaman.
Hikari berusaha tidak memikirkannya lagi dan pergi tidur. meski sedikit sulit.
*************
Di sekolah
Miuna menarik tangan Dio keluar kelas menuju rooftop sekolah sesaat setelah melihatnya di kelas.
"Kau menghindariku?" selidik Miuna
"Hah, menghindarimu? kenapa aku harus menghindarimu" jawab Dio disertai tawa yang sedikit dipaksakan.
Mata miuna menajam menatap Dio. Hal itu membuat Dio kembali deg deg an. Dengan sembunyi-sembunyi, Dio mengambil hp nya untuk membuat sinyal sos ke baekhyun, agar baekhyun membantunya.
Miuna menyadarinya. "Apa yang kau lakukan?' Miuna merebut HP Dio. "Baekhyun? Kenapa kau memanggilnya? Aku masih ingin berbicara denganmu. Kau.. kau.. benar-benar menghindariku.." tanpa miuna sadari air mata mengalir membasahi pipinya. Dio merasa bersalah kepada Miuna. Saat itu Dio sangat ingin memeluk Miuna. Tapi, sebagian tubuhnya melarangnya. Dio hanya menunduk tidak berdaya.
"Kalau kau marah soal aku membangunkanmu kemarin aku minta maaf. Kalau kau marah aku memelukmu, aku takkan memelukmu lagi. Kalau kau marah aku tidak mengetuk pintu ketika memasuki kamarmu, aku takkan melakukannya lagi. Kumohon jangan hindari aku." lanjut miuna. Air matanya terus mengalir. Hati Dio menjadi lemah dan tak sanggup menahan keinginannya untuk memeluknya.
"Aku tak marah padamu. Aku juga tak menghindarimu." jawab dio lembut sambil mengelus rambut Miuna. "Aku hanya.. aku hanya.." tidak sanggup untuk melihatmu bersama kakak, lanjutnya dalam hati.
"Sudahlah kau tak perlu menangis seperti ini. Jika kau terus menangis, aku akan menciummu"
Setelah mendengar kata-kata Dio yang terakhir, Miuna langsung melepas pelukan dio dan mengusap air matanya. "Aku tidak lagi menangis"
"Dio, kau memanggilku" Terdengan suara baekhyun dari pintu masuk rooftop. "Ada apa? eh, ada miuna. Kau... menangis?"
Miuna memandang tajam Dio. "Ini pasti gara-gara panggilan tadi" pikirnya. Dio hanya memasang tampang cengengesan yang sedikit dipaksakan. "Ini bukan urusanmu, baekhyun. Dio, hari ini aku akan ke rumah. Dan kita akan selesaikan semua di rumah. Awas kalau kau menghindariku lagi." jawab miuna ketus sebelum meninggalkan mereka berdua di rooftop sekolah.
"Apa yang terjadi?" tanya baekhyun
"Kau terlambat beberapa menit."
"Kau menciumnya?" tanya baekhyun histeris
"Gak lah. gila aja. Tapi, terima kasih karena kau sedikit terlambat." jawab dio. jawaban itu membuat baekhyun berspekulasi bahwa mereka telah berciuman. Alhasil, seharian ini baekhyun mengganggunya hingga membuatnya salah tingkah, tentunya ketika tidak ada miuna. Baekhyun sangat paham akan timing.