1 bulan telah berlalu.
Kondisi hubungan miuna dan dio bukannya membaik, malah sebaliknya dari hari ke hari. Dio sungguh mengurangi komunikasi dengan miuna. Miuna merasa kesepian di sekolah. Hatinya selalu memanggil dio, tapi pikirannya menyuruhnya untuk tidak mengkhianati hikari.
KRRIIIINGG....
Bel pulang sekolah sudah berdering. Hujan mulai turun di luar kelas. Miuna dengan lunglai mulai mengemasi buku-buka nya dan kemudian berjalan keluar kelas. Dia terus berjalan menuju gerbang depan tanpa menyadari hujan membasahi seluruh tubuhnya.
Tiba-tiba Miuna merasa teduh. Ada seseorang yang memayunginya di belakangnya. Miuna berbalik dan mendapati Dio membawakan payung untuknya. Tangan dio yang lain memegang tangan Miuna, kemudian memindahkan payung yang ditangan satunya ke tangan miuna. Kemudian, dia meninggalkan miuna yang masih terpaku dengan sikap dio.
*********
Dio berteduh di halte dekat gerbang sekolah. Jantungnya masih berdegub kencang setelah adegan tadi. tapi dia berusaha tetap tenang. Tanpa disengaja mata dio dan miuna bertemu. Miuna baru saja keluar dari sekolah masih dengan payung dio. Dia memberikan pandangan tajam kepada dio, sedangkan dio mengalihkan pandangannya berpura-pura mengecek bisnya sudah datang atau belum.Miuna menghampiri dio. Kemudian menyeret dio masuk ke mobilnya yang memang sudah menunggu di depan sekolah. sopir miuna tak pernah telah soal jemput dan mengantar. di perusahaan miuna waktu adalah segalanya. kalau sampai sekali telat, sama artinya dengan selamat tinggal untuk orang tersebut.
"Apasih miuna. jangan menyeretku seperti ini. semua orang melihat kita" protes dio
"Biarin. kau tidak akan mau ikut denganku kalau tidak seperti ini." jawab miuna ketus sambil terus menyeret dio.
"Masuk" perintah miuna setelah membuka pintu mobil
Dio tak ada pilihan lain selain mengikuti apa mau miuna. Sepanjang perjalanan dio dan miuna tidak berbicara sama sekali. Suasana kikuk menyerang mereka berdua. Sesampai di rumah dio, sopir menghentikan mobilnya. "Sudah..."
"Lanjutkan perjalanannya pak. kemanapun. akan kuberitahu kapan akan berhenti" potong miuna.
"Miuna.." protes dio lagi
"Tapi kemana nona?"
"Kemana pun. Kumohon segera jalan pak" jawab miuna dengan nada hampir menangis.
"Baiklah nona" jawab sopir sabar dan kemudian mobil pun melaju lagi.
"Apa maumu sebenarnya miuna?" tanya dio masih dengan nada protes.
"Aku hanya ingin bicara." jawab miuna lirih
"Kita bisa bicara di rumah juga kan"
"Kau akan mengabaikan aku jika kita di rumah. iya kan?" selidik miuna
"Baiklah, kau ingin bicara apa"
Air mata mulai menetes. Dio tak sanggup untuk melihatnya seperti ini. Dio mendekat ke tempat duduk miuna dan memeluknya dan mengelus rambutnya untuk menenangkannya. "Apa yang terjadi? apakah kakak menyakitimu?" tanya dio lembut.
Miuna hanya menggeleng manja sambil mengusap wajahnya ke dada dio.
"Siapa yang membuatmu seperti ini?" tanya dio.
Miuna menempelkan jari telunjutknya ke dada dio.
"Aku yang menyakitimu ya.. baiklah, aku minta maaf. aku tidak akan melakukannya lagi. Sudah jangan menangis" lanjut dio sambil melepaskan pelukannya. Tapi miuna menggeleng keras dan menarik tangan dio agar dia terus memeluknya. Dio tak ada pilihan lain selain tetap memeluknya. Meski, dia merasa bersalah kepada kakaknya
"Miuna, bagaimana aku bisa meninggalkanmu jika kau seperti ini" suara hati dio menjerit.
Tak lama kemudian, miuna tertidur di pelukan dio. menyadari hal itu, dio pelan-pelan melepas pelukannya dan mendudukkan miuna dan mengatur kursi miuna agar nyaman untuk dia tidur.
"Pak, saya turun disini saja. saya akan naik bis pulangnya. bapak antarkan miuna pulang saja sepertinya dia kecapekan" kata dio kepada supir. Supir pun menghentikan mobil di halte terdekat dan dio berlari menuju halte. "Terima kasih pak"
***********
Malam menjelang, hari ini miuna ke rumah dio setelah sebulan lamanya dia tidak kesana. Selama sebulan itu, jika hikari ingin menemui miuna, dia pergi ke rumah miuna sekedar untuk berbincang dan bermain bersama.
"Kakaaakk, dio mana?" tanya miuna sesampainya di rumah dio.
"Seperti biasa, di kamar. Kalian sudah baikan?"
Miuna hanya cengengesan menanggapi pertanyaan hikari itu dan langsung berlari menuji kamar dio.
"Dioooo"
"Ya masuklah" jawab dio sambil terus belajar. Miuna duduk di tempat tidur dan mulai mengerutkan wajah karena tingkah dio yang masih mengacuhkannya.
"Ehem" Miuna berdeham keras agar dio menyadari keberadaannya. Menyadari miuna marah, dio menghentikan kegiatannya dan menatap miuna. "Apa yang kau mau?" tanya dio lembut.
***********
Sementara hikari merasa cemburu. Tak bisa dipungkiri dia juga merindukan miuna akhir-akhir ini. Miuna yang ceria seperti sekarang ini. Tapi kenapa dia malah mencari dio. firasatnya semakin tak bisa dielak lagi. Dia adalah dinding peghalang antara Dio dan Miuna.
Apa yang harus ku lakukan? pikirnya.
"jI Hyun, mau keluar ke suatu tempat?" ajak hikari ho nya.
"malam-malam begini?" jawab suara dari telepon hikari.
"Aku akan menjemputmu, bersiap-siaplah."
"Oke". Telepon ditutup