G A L I H

203 67 132
                                    

"Iya, La.. Gue serius! Orang Paul yang ngomong sendiri ke gue," timpal Arin

"Paul tau dari mana?" jawab gadis itu datar.

"Subhanallah, Lala, lu masa lupa sih! Paul sama Galih 'kan best friend banget! Ya jelas lah Paul tau kalo Galih suka sama lu!"

"Udah ya rin, gue males bahas itu. Gue gak mau terlalu berharap sama hal hal yang gak pasti," tukas Lala sok bijak.

"Tapi kalo emang bener Galih suka sama lu gimana ya?" Dia bertanya sembari memainkan jari-jari lentik miliknya dengan pipi tirusnya itu.

"Mungkin gue bakal di incer Kanya atas tuduhan merebut Galih dari dia," jelas Lala

"Anjir, alay lu! Tapi bener juga sih.. Denger denger kan si Kanya naksir berat ya sama Galih," oceh Arin
"--Seneng banget pasti ya La! Apalagi yang naksir elu itu senior! Senior nya Galih lagi.. Beuhh calon dokter sist!" lanjutnya panjang lebar.

Lala hanya bergeming. Tak mampu menjawab. Saat ini dia hanya berusaha mengontrol perasaannya agar tidak terbawa perasaan dengan rumor itu. Bukan maksud untuk jual mahal, tetapi ia tidak ingin menjadi bahan permainan lagi, seperti saat ia duduk di bangku SMA. Ia bahkan ingin mengisi hari-harinya tanpa ada cerita cinta yang identik dengan drama.

Di sisi lain hatinya, ia sangat menginginkan ada seorang pria yang mencintainya tulus. Mengingat kenyataan bahwa hanya dia yang single diantara kedua sahabatnya.
Mungkinkah rumor itu benar adanya? Apakah Galih benar benar menyukainya?
Bagaimana jika Galih hanya menjadikan nya permainan saja?
Mendadak sekelebat pertanyaan itu menghujam pikirannya.

***

"Udah gue bilang, dia nggak usah jemput gue! Tetep aja ngeyel tuh orang" omel Icha yang saat ini sedang menyeruput es jeruk miliknya.

Saat ini Arin, Icha, dan Lala sedang berada di kantin. Sebenarnya mereka bertiga bingung harus mencari sarapan dimana, jadi mereka memutuskan untuk membeli sarapan di kantin.
Pagi ini Icha kesal bukan main. Fandy, pacarnya, tiba-tiba ngeselin 'katanya'.

"Udah tau gue lelet orang nya! Kan harus nya dia tau itu, gue gak suka di buru buruin makanya gue gak minta dia jemput gue! "
"Sumpah ya guys, gue tuh sebel banget sama Fandy, sotoy abis, mana gue dari semalem lagi stress kan.. Tugas numpuk, deadline minggu ini.. Duh capek gue"
Icha mengentakkan kakinya kesal.

Setelah beberapa saat hening. Icha melanjutkan keluh kesah nya. Bla.. Blaa.. Blaaa.. Sebenarnya ini sudah menjadi rutinitas kita untuk berbagi keluh kesah yang kita alami. Dan khusus untuk Icha, ini sudah menjadi kewajiban Lala dan Arin untuk mendengarkan semua curhatan nya, terutama curhatan nya tentang Fandy. Dari mulai Fandy yang jarang ngingetin Icha makan, Fandy yang nge band terus kerjaan nya, Fandy yang ipk nya menurun, Fandy yang ngadoin Icha pembalut, Fandy yang selalu nyuekin Icha kalo lagi bareng temannya, dan ini yang terbaru, Fandy yang selalu maksa Icha untuk berangkat bareng dia.

Tiba-tiba yang sedari tadi menjadi pembicaraan pun datang. Fandy datang.

"Cha" terdengar suara berat itu memanggil Icha.

Icha tidak mendengar atau pura pura tidak mendengar, entahlah.

"Cha" ulang Fandy

Icha melengos, dan kini ia malah melahap nasi goreng yang telah ia pesan, sedangkan sedari tadi Fandy yang berdiri di sebelah nya tidak ia hiraukan sama sekali.
Gadis dengan flanel biru  pun geram melihat rekonsiliasi percintaan pasangan aneh itu. Lala pun angkat bicara.

"Lagi ngambek, Fan"

Bukannya meminta maaf atau sejenis nya, Fandy malah pergi meninggalkan Icha dengan segenap kekesalan nya.

TeralihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang