Lala's POV
"Eh guys, gue pengen nyari kerjaan deh.." kataku kepada Arin dan Icha yang sedang sibuk mengutak-atik laptop mereka masing-masing. Ya gitu deh, anak kuliahan, tugas selalu ada. Satu tugas belum selesai, tumpukan tugas lainnya sudah menanti. Huh. Ternyata kuliah itu tidak semudah yang aku bayangkan.
"Part time gitu?" tanya Icha sambil membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot.
"Lu emang mau kerja apaan?" Arin menambahkan.
"Nggak tau, ehehe"
Memang benar. Bahkan sampai sekarang aku masih belum kepikiran untuk kerja apa. Tapi aku butuh uang lebih untuk keperluanku dan perintilannya.
"Lu kan bisa nyanyi tuh, mending lu jadi penyanyi kafe aja." saran Icha.
"Nah iya tuh bener! Lu coba aja ngelamar di kafe sebelah kampus. Kan ada kafe tuh, gue rasa dia butuh penyanyi, biar gak sepi-sepi banget kafenya." jelas Arin.
"Lah itu bukannya kedai kopi ya, Rin? Lagipula waktu itu gue pernah ke situ dan ada band nya kok." tanya Icha.
"Ya oke apapun itu."
"Tapi kan suara gue pas-pas an" ujarku jujur.
"Duh lu itu gak usah merendah untuk meroket deh.. Jelas-jelas suara lu bagus gitu." Oceh Icha tak terima dengan omonganku barusan.
Aku hanya bergeming, bingung memikirkan apakah aku harus melamar di kafe itu atau tidak. Kalau masalah kepercayaan diri itu tidak masalah. Aku sudah cukup percaya diri untuk bernyanyi di depan umum. Tapi yang menjadi masalah itu, aku tidak yakin bahwa aku bisa menjalankan pekerjaan itu.
Mungkin terdengar manja jika aku mengatakan belum pernah bekerja sebelumnya. Tapi memang kenyataannya seperti itu.
"Lagian lu ngapain lagi sih La, nyari-nyari kerjaan?" tanya Arin penasaran.
Sekali lagi aku hanya bergeming.
'Gue gak mungkin terus-terusan minta uang ke orang yang bukan orang tua kandung gue, Rin..'
***
Author's POV
Lala melangkah ringan melewati halaman kampus tempatnya berkuliah, bersamaan dengan lalu-lalang mahasiswa lainnya yang akan masuk kelas sore. Gadis itu berjalan sambil membawa tas selempangnya serta map coklat yang ia genggam erat di tangannya.
Hari ini Lala memutuskan untuk melamar kerja di kafe yang berada di sebelah kampus. Meskipun masih sedikit bimbang, tapi gadis itu tetap melangkah dengan percaya diri menuju kafe yang akan menjadi tempatnya bekerja kelak.
"Hai, La!" sapa seorang gadis manis dari kejauhan.
"Hai! Kenapa?"
"Gak papa, nyapa aja hehe." Jawab gadis itu yang ternyata dia Nina.
"Oh, gue kira mau nanya tentang buku biografi lagi."
"Gak lah! Lu tau gak sih, gue kapok banget baca tuh buku.. Mana tebel banget kan! Duh gumoh gue bacanya, haha"
"Lagian anak akutansi sok-sokan baca buku biografi. Oiya, jangan telat balikin lu, kena denda nanti." oceh Lala memperingati.
"Gak akan, kalo perlu nih gue balikin sekarang." ucap Nina sambil memainkan buku tebal yang sedang ada ditangan mungilnya itu.
Lala hanya tersenyum simpul. Bingung bagaimana harus menanggapi jawaban temannya itu.
Nina, si gadis mungil itu pun melanjutkan langkah nya menuju kampus. Meninggalkan Lala yang masih sendiri memandangi map coklat yang masih ada di tangannya. Dan tiba-tiba Lala teringat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teralih
Novela Juvenil"Apa kamu tahu rasanya ditinggalkan?" Sunyi tak bertepi Hampa tak terisi Menyadari bahwa kau ada hanya untuk dirimu sendiri. Gadis itu bernama Latisya Aditami. Perawakannya yang keras hampir tidak bisa disandingkan dengan siapapun atau apapun. Semen...