R A G A

203 82 106
                                    

Seorang gadis dengan perawakan tinggi itu pun meninggalkan sebuah ruangan yang sejak 2 tahun lalu menjadi kamarnya.

Dengan langkah gontainya, ia berjalan menuju dapur, ya, meskipun hanya berukuran 'kira-kira' 3 x 4, ruangan itu biasa menjadi tempatnya memasak mie instan. Gadis itu terkekeh pelan, memang, dia hanya bisa memasak mie instan.

Di sini, di kost-annya dia tidak tinggal sendirian.
Ada Arin dan juga Icha.
Lala, Arin, dan Icha.
Namun sejak 3 hari yang lalu ia hanya sendirian. Kost-annya menjadi sangat sepi.

Arin, harus kembali ke Jakarta karena ada acara keluarga mendadak. Kata Arin, sepupunya yang berada di Jakarta akan menikah. Jadi dia mau tidak mau harus kembali ke Jakarta. Sebenarnya, Arin tidak mau. Jelas, ia tidak mau meninggalkan sahabatnya di saat kondisinya sedang seperti ini.

Icha, entah, sejak ia putus dengan Fandy 1 tahun yang lalu, Icha sering pulang larut malam bahkan seringkali tidak pulang dan sama sekali tidak meninggalkan kabar.

Sekarang hanya ada Lala disini. Wanita dengan rambut lurus sepundak dan kacamata baca yang ia kenakan saat ini. Dia tidak sedang membaca buku, dia sedang makan. Hanya saja gadis itu memang senang menggunakan kacamata.

Di balik kacamatanya, mata indahnya membengkak dan terlihat sangat sembab.
Satu hal yang ia pikirkan saat ini hanya kejadian tadi sore, bukan tentang mie instannya yang kekurangan bumbu.

Hatinya memanas terbayang akan wajah pria yang dulu mengisi hari-harinya, dia sedih, tapi air matanya hanya menggenang seperti tidak ada hasrat untuk keluar. Dia sudah terlalu lelah untuk menangis. Gadis itu terlalu lemah untuk menanggung ini semua sendirian. Ia butuh teman curhat. Arin, dan Icha tentunya.

Tiba-tiba ponsel nya berbunyi. Ada panggilan masuk dari Raga, temannya.

"La? "

" Waalaikumsallam"

"Ehehe iya la, Assalamualaikum "

"Kenapa ga?"

"Eh gue minjem laptop lu dong! Laptop gue error nih, besok deadline tugas soalnya, pinjem yakk, boleh kan? " oceh seorang pria dari seberang sana.

"Hmm.. Gue lagi ngerjain tugas juga, gimana ya?"

"Yahh, gimana dong, deadline ini masalahnya, bentar doang la.. Besok gue balikin deh! " jawab Raga dengan nada memohon dengan rengekan manja, terdengar menjijikan memang jika seorang pria mengatakan hal demikian.

"Yaudah deh, besok tapi balikin ya! Gak mau tau gue, ampe gak balik--harus balik pokoknya!" sahut gadis itu.

"Iya iyaa, eh btw lu gak ngampus ya tadi?"

"Emang kenapa?" jawab gadis itu malas

"Lu jawab woy, lu gak ngampus?" sahut Raga setengah kesal, mendengar jawaban temannya itu.

"Nggak ah males, gue capek ga, bye"

Telepon terputus.

Lala yang mematikannya. Dia malas harus menjawab semua pertanyaan Raga. Memang Raga hanya menanyakan satu hal, tapi pasti ia ingin tau alasan nya, belum dia pasti meminta Lala untuk menceritakan sebab akibatnya. Huh. Raga itu memang menyusahkan.

TeralihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang